Rabu, 27 Agustus 2008

DATA SISWA AKSELERASI
SMP TARUNA BAKTI


1. Data Siswa Akselerasi Angkatan I (Tahun Pelajaran 2002/2003)
1 Mario Lingga Wisnugraha
2 Ariana Alisjahbana
3 Zulfikar Hakim
4 Alissa Paramitha Hartanto
5 Esa Mahira Arman
6 Risqi Berliandie
7 Tamadara Hilman
8 Narpati Ardito Linuhung
9 Ahmad Nisjdan Rizki
10 Annisa Rahma Taya
11 Reza Narendra Muhammad
12 Denia Indah Permata Sari Nugroho

2. Data Siswa Akselerasi Angkatan II (Tahun Pelajaran 2003/2004)
1 Atika Diana Rahardjo
2 Ririn Nur Widyani
3 Krisna Aristya Fadliputra
4 Jesssica Rikantitawekal
5 Eric
6 Arif Ridha
7 Elia Robiyanto
8 Airis Astiani Taryana
9 T.M. Randy Shah Herizal
10 Azhar Abdul Aziz
11 Mohamad Ashyari Sastrosubroto

3. Data Siswa Akselerasi Angkatan III (Tahun Pelajaran 2004/2005)
1 Raisa Mentari Moeis
2 Nindyani
3 Rinomulat Sembhada
4 Dienda Citasyari Putri Hendrawan
5 Febrian Anugrah Putra
6 Mayandra Mahendrasti
7 Leonard Hendrawan
8 Achmad Feisal Anshari

4. Data Siswa Akselerasi Angkatan IV (Tahun Pelajaran 2005/2006)
1 Anastasia Anindyasarathi S
2 Billie Aditya Helmy
3 Calieda Lupindra
4 Citrya Saraswati
5 Elmi Julianto Suwono
6 Amri Athakautsar
7 Fadhila Ardanindita Arimurti
8 Ghea Utariani Sumantri
9 Herdanti Rizki Zuldwinar
10 Hilman Prasetya Edi
11 I Nyoman Arya Wiguna
12 Ibrahim Rashid
13 Jaza Yusron Solihin
14 Lukman Ramadhan
15 Made Ananda Krisna
16 Nadia Alexandra
17 Rheza Rahadian
18 Siddhattha Adhitthana Hartono

5. Siswa akselerasi Angkatan V (Tahun Pelajaran 2006/2007)
1 Anindhita Paramita Wibowo
2 Annysa Ayu Martina
3 Bhama Andy Pradhana
4 Bhama Putera Wima
5 Cecilia Octavia
6 Deanne Seyna Widjaya
7 Dessy Miranti
8 Karina Putri Kusumadewi
9 Luddiananda Azman Pitragoro
10 Nadia Afisya
11 Risang Pinandhita
12 Rizkita Widya Murwani
13 Sabrina Salma Thaher
14 Yunisa Arino Anwar
15 Evan Lysandra

6. Data Siswa Akselerasi Angkatan VI (Tahun Pelajaran 2007/2008)
1 Adi Basuki Gondopurwanto
2 Anggindita Diah Widihidayati
3 Dinar Ayu Saraswati
4 Dwiky Rizkya Ramadhan Zakaria
5 Erina Ayunda Syahrani
6 Fajar Ramadhan
7 Genki Imam Prayoga
8 Gusti Arif Hanifah Pawitan
9 Hafizh Adhitama
10 Kamila Okta Saarah
11 Laurifa Kristalina
12 Lira Dyah Anindita
13 Malik Abdul Alim
14 Muhamad Mulky Putera
15 Muhammad Garidya Bestari
16 Naufal Dzaky
17 Ningtyas Benita
18 Senator Kramadibrata
19 Shanry Nandya Anandita

Selengkapnya...

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan:
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasar­kan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Kajian IPS dikembangkan melalui tiga pendekatan utama, yaitu functional-approach, interdicipliner-approach, dan multidicipliner-approach.
Pendekatan fungsional digunakan apabila materi kajia lebih dominant sebagai kajian dari salah satu disiplin ilmu social, dalam hal ini diciplin-disiplin ilmu social lain berperan sebagai penunjang dalam kajian materi tersebut.
Pendekatan interdisipliner digunakan apabila materi kajian betul-betul menampilkan karakter yang dalam pengkajiannya memerlukan keterpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial.
Pendekatan multi disipliner digunakan manakala materi kajian memerlukan pendeskripsian yang melibatkan keterpaduan antar/lintas kelompok ilmu, yaitu ilmu alamiah (natural science), dan humaniora.
Materi IPS senantiasa berkenaan dengan fenomena dinamika sosial, budaya, dan ekonomi yan menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat baikk dalam skala kelompok masyarakat, lokal, nasional, regional, dan global.

A. Pengertian Silabus
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD dan SK.
Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
B. Prinsip Pengembangan Silabus
Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan.
Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain kompetensi dasar.
Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari lingkungannya.
Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

C. Tahap-tahap Pengembangan Silabus
1. Perencanaan: Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti multi media dan internet.
2. Pelaksanaan: Dalam melaksanakan penyusunan silabus, penyusun silabus perlu memahami semua perangkat yang berhubungan dengan penyusunan silabus, seperti Standar Isi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang bersangkutan dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
3. Perbaikan: Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pengkajian dapat melibatkan para spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf profesional dinas pendidikan, perwakilan orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.
4. Pemantapan: Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria rancangan silabus dapat segera disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
5. Penilaian silabus: Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan mengunakaan model-model penilaian kurikulum.



Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas Silabus
2. Standar Kompentensi
3. Kompetensi Dasar
4. Materi Pokok/Pembelajaran
5. Kegiatan Pembelajaran
6. Indikator
7. Penilaian
8. Alokasi Waktu
9. Sumber Belajar

GLOSARIUM

Kecakapan hidup (life skill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, misalnya: kemampuan berpikir kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan peran sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.
Kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran yang memadai untuk menunjang penguasaan Kompetensi Dasar maupun standar kompetensi.
Kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; kemampuan minimum yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk standar kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
Kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lu­lusan suatu jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Komunikasi: interaksi atau kontak berbahasa antara pihak satu dengan pihak lain.
Konsistensi (ketaatasasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus (Kompetensi Dasar, materi pembelajaran dan pengalaman belajar).
Kreatif: mampu menghasilkan suatu karya sastra meskipun dalam bentuk sederhana.
Materi pembelajaran: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai Kompetensi Dasar.
Mengoperasionalkan: menggunakan atau menerapkan berbagai unit atau sa­tuan lingual dalam kegiatan berbahasa
Pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan diru­muskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pendekatan apresiatif: upaya menyiasati pembelajaran sastra yang berupa pemahaman, penghayatan, penghargaan, dan jika mungkin penciptaan karya sastra.
Pendekatan hierarkis: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasar­kan penjenjangan materi pokok.
Pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pembelajaran berda­sarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas pembelajaran.
Pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan yang paling dekat de­ngan siswa menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.
Pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pembelajaran yang bertitik tolak dari sebuah tema.
Pendekatan terjala (webbed): strategi pengembangan pelajaran, dengan meng­gunakan topik dari beberapa mata pelajaran yang relevan sebagai titik sentral, dan hubungan antara tema dengan subtema dapat digambarkan sebagai sebuah jala (webb).
Pengalaman belajar: Menunjukkan aktivitas belajar yang dilakukan siswa melalui interaksi siswa dengan objek atau sumber belajar. Pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan kompetensinya, dapat diperoleh di dalam kelas dan di luar kelas. Bentuknya dapat berupa kegiatan mendemonstrasikan, mempraktikkan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen, menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah, dll., yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa seperti mendengarkan uraian guru, berdiskusi di bawah bimbingan guru, dll.
Performansi: keterampilan dan atau kemampuan dalam menggunakan bahasa secara nyata dalam konteks berbahasa sehingga dapat diamati
Pragmatis: penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan konteks dan situasi atau ruang serta waktu berbahasa
Premis: pernyataan yang disusun dalam rangka untuk menarik kesimpulan ber­sifat deduktif
Ranah afektif: aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat pe­nerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
Ranah kognitif: aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan; kemampuan yang berkaitan dengan peme­rolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penen­tuan, dan penalaran.
Ranah psikomotor: aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pe­kerjaan dengan melibatkan anggota badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.
Relevansi: keterkaitan
Sastra kontemporer: salah satu jenis karya sastra yang dihasilkan pada saat mutakhir, misalnya puisi-puisi karya Sutardji Calzoum Bachri
Satuan lingual: satuan yang bersifat kebahasaan seperti halnya fonem, morfem, kata, frase, dan sebagainya, baik dalam bentuk lisan maupun
Silabus: susunan teratur materi pembelajaran mata pelajaran tertentu pada ke­las/semester tertentu.
Standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk satu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
Strategi pembelajaran: dimaksudkan sebagai bentuk/pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Strategi pembelajaran dapat dipilih antara kegiatan tatap muka dan non tatap muka (pengalaman belajar).
Tatap muka: Menunjukkan aktivitas belajar yang dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi dasar atau materi pembelajaran, yang dilakukan melalui interaksi siswa dengan guru. misalnya: diskusi di bawah bimbingan guru, presentasi, ujian blok, kuis, dan sebagainya.
Tuturan langsung: ucapan atau perkataan seseorang yang disampaikan secara langsung atau secara lisan (bahasa lisan)
Variasi kalimat: jenis-jenis kalimat berdasarkan berbagai sudut pandang, mi­salnya kalimat baku, efektif, rancu, perubahan, dan sebagainya
Wacana: satuan kebahasaan yang mengandung makna atau maksud lengkap yang kedudukannya di atas kalimat, dan bersifat abstrak.

dirangkum dari berbagai sumber oleh
Imam Wibawa Mukti,S.Pd
guru dan koordinator Akselerasi SMP Taruna Bakti Bandung Selengkapnya...

Persoalan Kelas Akselerasi

Senin, 29 Maret 2004

PENYELANGGARAAN kelas akselerasi (mempercepat) yang sudah diujicobakan beberapa tahun terakhir ini masih mengandung pro dan kontra. Beberapa kelemahan mengiringi penyelenggaraan kelas akselerasi itu. Pertama, stigmatisasi pada diri siswa yang ada di kelas reguler. Dalam sebuah kesatuan lingkungan, bisa dikatakan bahwa kelas reguler adalah kelas yang relatif jelek bila dibandingkan dengan kelas akselerasi.
Kedua, timbulnya budaya inferior, muncul kelas eksklusif, arogansi, dan elitisme. Dengan kondisi yang betul-betul berbeda dengan segenap potensi intelektual yang lebih tinggi, jelas siswa-siswa kelas akselerasi akan jauh lebih berprestasi dibanding kelas reguler. Inferioritas pun mudah menghinggapi siswa-siswi kelas reguler, dan sebaliknya eksklusivisme, arogansi dan elitisme akan mudah melekat pada diri siswa-siswa kelas akselerasi. Masing-masing siswa membentuk group reference mereka sendiri-sendiri.
Ketiga, terjadi dehumanisasi pada proses belajar di sekolah. Materi pelajaran yang diselesaikan oleh siswa reguler selama satu tahun harus dilalap habis siswa akselerasi selama satu semester (setengah tahun). Dengan alokasi waktu yang jauh lebih pendek ini mau tidak mau siswa harus belajar keras. Segi intelektualitas, potensi mereka memang memungkinkan. Tetapi, mereka bukanlah mesin yang bisa diset untuk hanya melakukan satu aktivitas.
Keempat, siswa kelas akselerasi tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan aspek afektif. Padatnya materi yang harus mereka terima, banyaknya pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan, ditunjang kemampuan intelektual yang mereka miliki dan teman-teman sekelas yang rata rata pandai, membuat iklim kerja sama mereka menjadi terbatas. Tugas-tugas itu bisa mereka selesaikan sendiri. (Bernas, 18 Maret 2004).
Kelemahan
Kelas ini dirancang menjadi kelas unggulan. Proses rekrutmen untuk melihat potensi siswa dilakukan secara multidimensional. Rekrutmen dilakukan dengan mengembangkan konsep keberbakatan dari Renzulli, Reis dan Smith (1978). Konsep itu menyebutkan bahwa anak berbakat mempunyai IQ minimal 125 menurut skala Wechsler, selain itu harus mempunyai task commitment dan creativity quotion di atas rata-rata.
Dari sisi waktu, penyelenggaraan kelas akselerasi menguntungkan, siswa yang bakat intelektualnya tinggi dibantu secara khusus, sehingga mereka mendapatkan bantuan pengajaran lebih sesuai bakatnya. Mereka akan dapat cepat lulus, diperkirakan setahun lebih awal dibanding siswa biasa. Jadi, keuntungannya terletak pada akselerasi pengajaran. Dengan program percepatan ini diharapkan siswa berbakat tidak bosan di kelas yang sama dengan siswa lain, sehingga tidak mengganggu, mengacau kelas, dan dia dapat terus maju dengan cepat. Kelas model ini memang menjanjikan siswa lebih cepat selesai dibandingkan melalui tahapan-tahapan pada umumnya.
Dalam perdebatan soal pendidikan nasional, banyak dipersoalkan kurangnya pendidikan nilai di sekolah-sekolah, dari SD sampai SMU. Disadari, kebanyakan sekolah terlalu menekankan segi kognitif saja, tetapi kurang menekankan segi nilai kemanusiaan yang lain. Maka mulai disadari pentingnya pendidikan nilai, termasuk pendidikan budi pekerti dan segi-segi kemanusiaan lain, seperti emosionalitas, religiusitas, sosialitas, spiritualitas, kedewasaan pribadi, dan afektivitas. Masalahnya, pendidikan nilai tidak bisa dipercepat, bahkan instan.
Pendidikan nilai kemanusiaan memerlukan latihan dan penghayatan yang membutuhkan waktu lama, sehingga sulit dipercepat. Misalnya, penanaman nilai sosialitas perlu diwujudkan dalam banyak tindakan interaksi antarsiswa dan kerja sama; penanaman nilai penghargaan terhadap manusia lain membutuhkan latihan dan mungkin hidup bersama orang lain, dan tidak cukup hanya dengan pengajaran pengetahuannya.
Sebagai bangsa, kita perlu membantu anak-anak yang belum dapat menikmati pendidikan. Mereka akan menjadi bagian penting pengembangan bangsa ini di kemudian hari, maka kita bertanggung jawab untuk membantu mereka. Jangan sampai ada segelintir siswa dibantu dipercepat, sedangkan kebanyakan anak yang masih tidak dapat menikmati pendidikan minimal dibiarkan atau tidak diurus karena kurang menarik dan memakan biaya besar. Berapa lembaga yang kini ikut memikirkan pendidikan "anak-anak jalanan" dibanding yang mulai mernikirkan "program akselerasi?"
Dengan mencermati kelemahan-kelemahan kelas akselerasi, konsep itu mestinya dikembalikan pada gagasan awal sebagai proses uji coba. Landasannya ialah, perkembangan intelektual dan moral anak yang baik tidak bisa instan, mereka harus dipaksa melalui tahapan-tahapan perkembangan sebagaimana anak-anak pada umumnya. Memaksakan diri dalam berbagai ketimpangan tiada ubahnya mengejar gengsi, gengsi orang tua mempunyai anak-anak cerdas. Juga gengsi di pihak sekolah, karena akan dianggap sekolah unggulan, dan biaya pendidikan di kelas tersebut relatif memang lebih mahal.
Yang Kita Butuhkan
Menurut Prof Suyanto (2003) pengelompokan siswa secara homogen berdasarkan kemampuan akademik menjadi kelas superbaik, amat baik, baik, sedang, kurang, sampai ke kelas "gombal", tidak memiliki dasar filosofi yang benar. Yang memprihatinkan, pengelompokan itu disertai program promosi dan degradasi. Siswa yang tidak mampu mempertahankan prestasi akademiknya bisa digusur dari kelas superbaik ke kelas sedang. Bahkan mungkin bisa meluncur ke kelas paling bawah, kelas "gombal".
Persoalannya, apakah program kelas unggulan atau akselerasi mampu mendongkrak mutu SDM kita yang dinilai masih berada pada aras rendah? Apakah ada jaminan, anak-anak berotak cerdas yang jumlahnya hanya beberapa gelintir yang telah sukses menernpuh program kelas unggulan, atau akselerasi mampu menjadi generasi cerah budi yang memahami dinamika hidup yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan bangsanya? Jangan-jangan program kelas unggulan itu dibentuk hanya berdasarkan sikap latah.
Kalau ini yang terjadi, dunia pendidikan kita telah lepas dari lingkaran dan dinamika kehidupan kontekstual yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Implikasinya, out-put yang dilahirkan oleh institusi pendidikan kita hanyalah generasi-generasi berotak brilian dan cerdas intelektualnya, tetapi miskin kecerdasan hati nurani dan spiritual. Pada akhirnya justru membikin mereka menjadi asing hidup di tengah-tengah masyarakat. Tidak memiliki kepekaan dalam merasakan denyut nadi kehidupan yang berlangsung di sekelilingnya.
Kita amat membutuhkan sosok manusia yang memiliki kecerdasan spiritual dan apresiasi tinggi terhadap nilai-nilai kejujuran, yang menciptakan damai di tengah berkecamuknya kebencian, yang menawarkan pengampunan bila terjadi penghinaan. Yang menabur benih kerukunan bila terjadi silang sengketa, yang memberikan kepastian bila terjadi kebimbangan. Yang menegakkan kebenaran bila terjadi beragarn bentuk penyelewengan dan kesesatan. Yang menjadi pembawa terang di tengah kegelapan hidup.
Nilai-nilai kejujuran, sudah menjadi moralitas bangsa yang tergadaikan. Budaya malu sudah nyaris hilang dari memori bangsa. Korupsi, manipulasi, kolusi, nepotisme, dan sejenisnya marak terjadi di mana-mana. Perilaku keagamaan hanya sampai pada tataran ekstrinsik. Agarna hanya dijadikan sebagai topeng untuk pencapaian kepentingan. Para elite pemimpin tidak bisa jadi teladan bagi anak-anak bangsa. Yang terjadi justru sebuah kebanggaan bila mereka mampu melakukan pembohongan publik, sehingga terlepas dari jerat hukum yang mengancam mereka atas perbuatan korup yang telah dilakukan.


Sementara itu, di aras akar rumput, sentimen kesukuan dan etnis, anarkisme yang dibungkus fanatisme keagamaan, main hakim sendiri, dan kekerasan lainnya menjadi adonan perilaku yang gampang disaksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah kelas akselerasi mampu menjawab dilematika pendidikan yang "tergadaikan" ini? Secara konseptual bagus, tetapi jika di dataran implementasi menimbulkan pro dan kontra, perlulah dicari solusi yang paling tepat. Sebagai sebuah proses pendidikan memerlukan pentahapan yang matang. (29)
-Paulus Mujiran - pengamat pendidikan, mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, tinggal di Semarang.

Oleh: Paulus Mujiran Selengkapnya...

Selasa, 26 Agustus 2008

MELAYANI ANAK CERDAS ISTIMEWA

Oleh : Imam Wibawa Mukti,S.Pd
(Koordinator Akselerasi SMP Taruna Bakti Bandung dan
Tim Resource Center Keberbakatan Jawa Barat)

A. PENDAHULUAN
Sebuah kehormatan bagi saya bisa berdiskusi dan memaparkan tentang pelaksanaan program akselerasi sebagai salah bentuk implemetasi dari pendidikan inklusi di sekolah kami. Semoga dari kegiatan studi banding ini, kami SMP Taruna Bakti dapat memperoleh ilmu tentang dunia pendidikan, khususnya tentang penyelenggaraan program akselerasi.
Bapak/Ibu yang saya hormati, landasan filosofis yang melatarbelakangi penyelenggaraan program akselerasi di SMP Taruna Bakti adalah kesadaran kami akan pentingnya layanan ini sebagai pemenuhan akan hak mereka (anak jenius) untuk mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan mereka yang melebihi kebutuhan rata-rata usia sebaya mereka. Apabila kami tidak melayani mereka maka kami telah berbuat dzalim karena mengabaikan hak mereka.
Landasan empiris, selama dalam proses belajar mengajar, kami sering menemui tantangan dari beberapa murid yang sering dianggap “trouble maker”, “pemberontak”, “pembosan” atau “pemalas”. Namun dilain pihak kreatifitas dan nilai akademis mereka sangat menonjol dibandingkan teman sebaya mereka.
Landasan Yuridis, kemudian kami menyadari pula bahwa melayani kebutuhan anak cerdas istimewa adalah merupakan amanat dari UNDANG-UNDANG RI NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BAB IV PASAL 5 AYAT 4 MENYATAKAN BAHWA :
“WARGA NEGARA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA BERHAK MEMPEROLEH PENDIDIKAN KHUSUS”
BAB V PASAL 12 AYAT 1 MENEGASKAN BAHWA
“SETIAP PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN BERHAK :
1.MENDAPATKAN LAYANAN PENDIDIKAN SESUAI DENGAN BAKAT, MINAT, KEMAMPUANNYA
2.MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SESUAI DENGAN KECEPATAN BELAJAR MASING-MASING DAN TIDAK MENYIMPANG DARI KETENTUAN BATAS WAKTU YANG DITETAPKAN
Oleh karena itulah maka kami pada tahun 2003 membuka kelas khusus bagi anak cerdas istimewa yang disebut dengan kelas akselerasi. Jadi sampai saat ini kami telah menginjak tahun ke-6 penyelenggaraan akselerasi, telah meluluskan 4 angkatan ke SMA dan 2 angkatan ke perguruan tinggi. Tahun 2008-2009 ini kami sedang dalam proses perekrutan kelas akselerasi angkatan-7.

B. UNTUK SIAPA LAYANAN AKSELERASI ?
Layanan percepatan belajar ini diperuntukkan bagi siswa-siswa yang masuk dalam kategori cerdas istimewa. Adapun indikator yang dijadikan standar kategori cerdas istimewa adalah 3 ranah kemampuan, yaitu IQ,Task Commitment dan Emotional Quotion (Renzuli).

C. PENJARINGAN DAN PENYARINGAN SISWA AKSELERASI
Penentuan peserta akselerasi melalui du atahap yaitu penyaringan dan penjaringan :
1. Tahapan penyaringan meliputi :
a. Seleksi akademis :
1) Indeks Raport (diatas 110)
2) Nilai tes masuk (IPA, Mat,B.Ingg,B.Indonesia rata-rata 8)
b. Psikotest :
1) IQ diatas 129
2) TC dan CQ rata-rata 3 (scala Cattel dan Wesler)
2. Tahap penjaringan:
a. Observasi :
1) Guru Mata Pelajaran
2) Teman
3) Orang tua
b. Pernyataan kesiapan :
1) Orang tua
2) Siswa akselerasi
3. Penetapan (1 Agustus)

D. KURIKULUM AKSELERASI
Karena karakteristik dari siswa cerdas istimewa dan pelayanan yang bersifat individual maka menuntut adanya kurikulum yang fleksibel, “up to date” dan mampu memenuhi kebutuhan siswa akselerasi. Kurikulum untuk program akselerasi dituntut untuk mampu menampilkan kemampuannya dalam mengantisipasi waktu pembelajaran selama dua tahun tanpa membebani siswa dan guru secara tekhnis. Kurikulum ini disebut dengan KURIKULUM BERDIFERENSIASI YAITU KURIKULUM NASIONAL DAN LOKAL YANG DIMODIFIKASI DENGAN PENEKANAN PADA MATERI ESSENSIAL DAN DIKEMBANGKAN MELALUI SISTEM ESKALASI/PENDALAMAN DAN ENRICHMENT/PENGAYAAN YANG DAPAT MEMACU DAN MEWADAHI INTEGRASI SECARA PENGEMBANGAN SPIRITUAL, LOGIKA, ETIKA DAN ESTETIKA, KREATIF, SISTEMIK, LINIEAR DAN KONVERGEN

E. SYARAT GURU AKSELERASI
Pada prinsipnya, seluruh guru berhak mengajar di program akselerasi. Namun mengingat tingkat tuntutan dan wawasan yang diperlukan bagi guru akselerasi maka selama ini SMP Taruna Bakti melakukan identifikasi guru akselerasi melalui :
Ø Fun
Ø Creative
Ø Prepared
Ø A good listener
Ø Aware of individual students needs
Ø An active learner
Ø An inspiration to the students
Ø Committed
Ø Responsible
Ø Motivated
Ø Positive
Ø Terbuka pd ide baru & saran
Ø Supportive
Ø Tiap hari energinya utk siswa belajar
Penilaian ini berdasarkan pada hasil intersupervisi dari Kepala Sekolah, Koordinator Akselerasi dan rekan MGMP dan kemudian direkomendasikan kepada Kepala Sekolah untuk ditindaklanjuti.
Diikuti kemudian dengan sertifikasi internal dengan melakukan pelatihan dan lokakarya intern yang mengundang para pakar dan para ahli untuk membekali guru dalam melayani dan mendampingi siswa akselerasi.

F. STRATEGI PEMBELAJARAN DI KELAS AKSELERASI
1. Pair work
2. Group / team work
3. Discussion
4. Debate
5. Presentations
6. Project work
7. Ownership of work
8. Research
9. Multi-media
10. Quizzes / Games
11. Process not product
12. Choice of topics
13. Creative assignments

G. FASILITAS KELAS
Fasilitas yang dimiliki SMP Taruna Bakti tidak hanya di diberikan kepada program akselerasi karena SMP Taruna Bakti telah melaksanakan “Moving Class” dengan fasilits kelas yang merata terdiri atas :
White board
LCD/Infokus
Komputer
OHP
Televisi
DVD Player
AC
Gorden

FASILITAS SEKOLAH
RUANG PUSAT SUMBER BELAJAR DAN RUANG AUDIOVISUAL LENGKAP DENGAN SOFTWERE SEMUA MATA PELAJARAN
RUANG DAN BUKU PERPUSTAKAAN YANG MEMADAI
RUANG DAN ALAT LAB. IPA, IPS, BAHASA, KERTAKES DAN KOMPUTER JARINGAN INTERNET
RUANG OSIS
RUANG BIMBINGAN KONSELING
TEMPAT IBADAH
FASILITAS OLAHRAGA
RUANG SERBAGUNA/AULA
POLIKLINIK
RUANG KOPERASI
KANTIN SEKOLAH
KAMAR MANDI DAN WC

H. PENGATURAN WAKTU PROGRAM AKSELERASI
KELAS REGULER
KELAS VII
KELAS VIII
KELAS IX
SEMESTER I
SEMESTER II
SEMESTER III
SEMESTER IV
SEMESTER V
SEMSTER VI
SEMESTER I
SEMESTER II
SEMESTER III
SEMESTER IV
SEMESTER V
SEMSTER VI
TINGKAT I
TINGKAT II
KELAS AKSELERASI

JAM KE
WAKTU
KETERANGAN
1 07.00-07.45
2 07.45-08.30
3 08.30-09.15

09.15-09.45IBADAH PAGI
ISTIRAHAT

4 09.45-10.30

5 10.30-11.15

6 11.15-12.00
12.00-12.30 IBADAH SIANG
ISTIRAHAT

7 12.30-13.15
HARI JUMAT
PLH
8 13.15-14.00 HARI JUMAT
PENGEMBANGAN DIRI

I. PENUTUP
Demikianlah uraian singkat dari pelaksanaan layanan program akselerasi di SMP Taruna Bakti. Semoga informasi ini bermanfaat bagi seluruh dunia pendidikan khususnya layanan bagi siswa cerdas istimewa

J. REKOMENDASI
1. Akselerasi hanyalah salah satu layanan bagi siswa cerdas istimewa sehingga kami meminta Dinas Jawa Timur mengadakan penelitian dan pengembangan metode lainnya (Pull-Out, Skipping, Sekolah khusus, modul )
2. Memberikan perhatian khusus kepada sekolah yang berkomitmen memberikan layanan pendidikan inklusi dengan memberikan bantuan fasilitas dan pendampingan dalam peningkatan sumber daya guru (beasiswa studi lanjutan kepada guru yang berkomitmen pada layanan pendidikan inklusi)
3. Memberikan subsidi biaya sekolah kepada siswa cerdas istimewa karena mereka adalah asset bangsa dan sebagai komitmen pemerintah pada dunia pendidikan karena siswa cerdas istimewa bisa muncul dari status ekonomi apapun.
4. Melakukan sistem yang terintegrasi dan komprehensif dalam pelayanan pendidikan berkelanjutan bagi siswa akselerasi untuk melanjutkan pendidikan di sekolah lebih tinggi dengan kemudahan sebagai bentuk penghargaan kepada orang tua dan siswa yang memiliki keistimewaan kemampuan akademis.

Bandung, Juni 2008

Koordinator Akselerasi SMP Taruna Bakti
Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Info :
Web : www.smptarunabakti.com
Blog : www.cogitoergowibisum.blogspot.com
e-mail : akselerasismptarunabakti@yahoo.co.id Selengkapnya...

PROGRAM PEMBELAJARAN SISWA CERDAS

Perkembangan

Perubahan seluruh aspek kepribadian :
fisik-motorik, intelektual, sosial, afektif,
menuju tingkat yang lebih tinggi à
sempurna.

Perubahan struktur (tumbuh) dan fungsi (berkembang).

Perkembangan memiliki tempo dan
Irama

Perkembangan bersifat dinamis

Tahap Perkembangan
Usia Kategori
0.0 Dalam kandungan
0.0 2.0 Bayi
2.0 6.0 Anak Kecil (Pra-sekolah)
6.0 12.0 Anak (Anak sekolah)
12.0 15.0 Remaja Awal
15.0 18.0 Remaja
18.0 21.0 Remaja Akhir
21.0 35.0 Dewasa Muda
35.0 55.0 Dewasa
55.0 Usia Lanjut

Perkembangan Intelek: J.Piaget
0.0 2.0 Berpikir Sensori-motor: gerak refleks à reaksi
indra à pemahaman melalui pengindraan

2.0 4.0 Berpikir Prakonsep: egosentris, animis, meniru

4.0 7.0 Berpikir intuitif: mengikuti aku-nya, fantasi,

7.0 11.0 Berpikir konkrit: pemahaman melalui contoh nyata
memahami persamaan, perbedaan, hubungan

11.0 Berpikir formal: abstrak, hipotetis,
deduktif-induktif, konvergen-divergen,
evaluatif, pemecahan masalah, kreatif

Kepribadian: Kemandirian (Erikson)
0.0 1.0 Trust – Mistrust: percaya pd orang tua tetapi
tidak percaya pd yang lain
1.0 3.0 Autonomy – Shame: mampu berbuat
tetapi malu karena belum sempurna
3.0 6.0 Inisiative – Guilt: berusaha berbuat tetapi
merasa berdosa karena tidak sempurna
6.0 12.0 Industry – Inferiority: mampu berbuat tetapi
merasa rendah diri karena belum sempurna
12.0 18.0 Identity – Role confusion: mempunyai identitas
diri ttp bingung karena perannya belum jelas

Anak Cerdas
IQ di atas 110

Mampu berpikir thp tinggi: analisis, evaluasi, pemecahan masalah, penciptaan hal baru,

Penguasaan baik pd banyak mata pelajaran,
Cepat menguasai-memahami pelajaran,
Kondisi-perkembangan emosi tidak selalu sejajar dgn kemampuan berpikirnya,
Sering nampak kurang disiplin-kurang sopan,
Bila salah perlakuan dapat cenderung nakal.

Anak Berbakat
IQ normal, di atas atau di bawah rata-rata,
Penguasaan sangat baik dlm satu/beberapa mata pelajaran/bidang vokasional-ketrampilan,
Sangat cepat menguasai-memahami pelajaran, atau bidang yg diminatinya,
Perhatian sangat terfokus pada mata pelajaran /bidang yang diminati,
Sering mengabaikan mata pelajaran / bidang lainnya.

Bantuan bagi anak Cerdas/Berbakat
Penyusunan program khusus: aselerasi, pendalaman-perluasan.

Penyiapan bahan khusus: pendalaman-perluasan
Modul : cetak & elektronik
Pembelajaran berprogram: cetak-elektronik,
Pengayaan dalam pembelajaran:
layanan dalam pembelajaran,
layanan di luar pembelajaran,

Pemberian tugas:
Pendalaman-perluasan materi,
Latihan: pemecahan masalah, penyelesaian soal, dll.

Bimbingan belajar

Pembelajaran mengaktifkan Siswa
ØMendalami konsep, prinsip, metode, prosedur, dll
ØMenerapkan konsep, prinsip, metode, prosedur, dll
ØMelakukan analisis, pembandingan, sintesis,
ØMelakukan pengamatan, pengukuran, evaluasi,
ØMelakukan percobaan, penelitian sederhana,
ØMemecahkan masalah,
ØMenyusun rencana, program, membuat karya
tulis, peta, gambar, benda, perangkat lunak, dll.
ØMengapresiasi situasi, nilai, karya seni, ilmiah,
ØMengembangkan ketrampilan berpikir, sosial, motorik

Metode bervariasi
Ekspositori:
Lisan: Ceramah & Tanya - jawab,
Peragaan / demonstrasi (Guru-Siswa, Asli-
i. tiruan, Gambar, Rekaman)

Aktivitas kelompok:
Diskusi, Diskusi Panel,
Simulasi, Role playing,
Kooperatif, Seminar.

Belajar dengan berbuat (Learning by Doing):
Kerja kelompok, Pengalaman,
Pengamatan, Percobaan, Penelitian,
Pemecahan masalah,
Praktik terbatas, Praktik penuh.

Pembelajaran Berpikir Thp Tinggi
Pembelajaran mencari-bermakna
Pembelajaran berbasis pengalaman,
Pembelajaran kontekstual,
Pembelajaran kerja kelompok
Pembelajaran eksperimen
Pembelajaran pengamatan,
Pembelajaran penelitian
Pembelajaran pemecahan masalah,
Pembelajaran proyek
10. Pembelajaran praktik langsung

Pembelajaran Bermakna
Materi pelajaran:
berkenaan dengan kehidupan nyata,
berguna bagi kehidupan siswa,
menunjang pencapaian masa depan,
berguna bagi masyarakat,

Pembelajaran Mencari-Bermakna
Siswa melakukan pengalaman terstruktur: pengamatan, percobaan, penelitian, studi literatur, .

Bertanya-jawab tentang pengalamannya,
Membantu siswa berpikir ttg prinsip umum &
pengalaman emosional penting yg dialami

Kesempatan siswa sec. terstruktur menerapkannya dlm kehidupan, pemecahan masalah
Pembelajaran Menerima-Bermakna
Penyajian bahan: informasi, konsep, prinsip, kaidah, metode, model, prosedur

Pertanyaan atau tes utk mengukur pengetahuan-
pemahaman mahasiswa ttg bahan ajaran,
Memberikan kesempatan pd mahasiswa utk
mempraktekan pengetahuan,

Latihan transfer/aplikasi pengetahuan,

10. Kesempatan generalisasi, pemecahan masalah

Pembelajarn Berbasis Pengalaman

Menekankan proses, pengalaman berkelanjutan pengembangan pribadi utuh

Variasi pengalaman fakta konkrit konsep
abstrak, percobaan penghayatan reflektif,

Berisi proses adaptasi dgn lingkungan alam &
sosial,

Pengembangan pengetahuan sederhana kompleks

Langkah pembelajaran
Pengalaman konkrit: merancang- melaksanakan

Evaluasi reflektif: analisis- evaluasi: apa, bagaimana, mengapa,
Konseptualisasi abstrak: kesimpulan, generalisasi, abstraksi hasil kajian reflektif,
Percobaan aktif: percobaan, eksperimen, aplikasi hasil minimal simulasi, bermain peran

Metode Pemecahan Masalah
Langkah-langkah:

Merumuskan & membatasi masalah

Merumuskan hipotesis/pertanyaan

Pengumpulan pendapat & data
Membuktikan hipotesis - menjawab
pertanyaan,

Merumuskan alternatif pemecahan

Optimalisasi media-sumber
Penggunaan:
1. buku utama dan penunjang,
2. surat kabar, majalah, jurnal, dll,
3. media sebagai alat bantu,
4. media sebagai program pembelajaran,
5. laboratorium virtual/elektronik,
6. laboratorium nyata,
7. lingkungan sekitar sebagai sumber belajar,
8. perpustakaan nyata-virtual/elektronik,
9. e- learning.


Pemahaman kemampuan siswa
Tes Psikologis:
1. Mengukur kecerdasan, sosial, emosi, sikap,
minat, motivasi, dll.

2. Instrumen baku, disusun oleh psikometris (ahli
tes psikologis),

Tes buatan guru:
Mengukur hasil belajar dapat dibakukan,

Non tes:
menghimpun berbagai data ttg perkembangan, karakteristik, kegiatan, hasil karya, dan hasil evaluasi siswa.


Identifikasi kebutuhan siswa

1. Mengukur kecerdasan, sosial, emosi, sikap,
2. minat, motivasi, dll.

3. Instrumen baku, disusun oleh psikometris (ahli
4. tes psikologis),

Tes buatan guru:
Mengukur hasil belajaràdapat dibakukan,

Non tes:
menghimpun berbagai data ttg perkembangan,
karakteristik, kegiatan, hasil karya, dan hasil
evaluasi siswa.

Pengembangan Program Pembelajaran
1. Dasar : kemampuan, kebutuhan, masalah siswa,
tuntutan kurikulum
2. Tujuan : dirumuskan dalam SK dan KD
3. Lingkup : topik bahasan yang diturunkan dari SK-KD
4. Kegiatan : model dan metode pembelajaran
5. Alat : lab., media elektronik-non elektronik
6. Evaluasi : proses dan hasil belajar
7. Sumber : buku, perpustakaan, nara sumber ,dll.

Bentuk Program pembelajaran
Pembelajaran bersama guru:
1. Silabus atau GBPP
2. Ke bawah atau ke samping (matriks)
3. Satuan Pelajaran atau RPP
4. Ke bawah atau ke samping (matriks)
Belajar mandiri
1. Modul: cetak atau elektronik
2. Pembelajaran berprogram: cetak atau elektronik
3. Pembelajaran berbasis komputer: CAI-CAL
4. E- Learning (Pembelajaran berbasis internet)


Disampaikan oleh :
Prof.DR. Nana Syaodih Sukmadinata
Implementasi KTSP untuk siswa cerdas
Diberikan pada pelatihan dan workshop bagi sekolah penyelenggara akselerasi
Bandung 19 Agustus 2008 Selengkapnya...

Minggu, 24 Agustus 2008

QUO VADISPROGRAM AKSELERASI ?

1. MEMBANGUN SISTEM YANG KEBERLANJUTAN DAN TERINTEGRASI
• Setelah 6 tahun program ini berjalan, sistem apa yang telah terbangun bagi terciptanya layanan yang komprehensif dan terintegrasi bagi anak cerdas istimewa?
• Sejauh mana layanan akselerasi yang dijalankan telah memaksimalkan potensi,bakat dan kreatifitas siswa cerdas istimewa
• Apa kontribusi nyata program akselerasi bagi kehidupan bermasyarakat baik langsung maupun tidak langsung ?
2. MEMBANGUN STANDAR BAKU YANG DAPAT MENJADI ACUAN BAGI PELAKSANAAN PROGRAM AKSELERASI
• Standar Kurikulum
• Standar SDM Sekolah Pelaksana Program
• Standar Evaluasi
• Standar Kriteria dan Syarat Siswa Calon Akselerasi
• Standar Pembiayaan Operasional Program
3. MENCIPTAKAN BENTUK LAYANAN ALTERNATIF BAGI SISWA CERDAS ISTIMEWA
• Mengakomodasi Multy Talented Siswa Cerdas Istimewa
• Menciptakan Layanan Terbaik dan Teruji Yang Sesuai Dengan Perkembangan Mental/Psikologi Siswa Cerdas Istimewa
• Menciptakan Wadah Silaturahmi Siswa Cerdas Istimewa Dalam Upaya Memberikan Kontribusi Nyata Bagi Masyarakat

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Guru dan Koordinator Program Akselerasi SMP Taruna Bakti Bandung
SMP Taruna Bakti Bandung
Martadinata 52 Bandung
www.cogitoergowibisum.blogspot.com
www.imamwibawamukti@yahoo.co.id Selengkapnya...

KEGIATAN BELAJAR SMP TARUNA BAKTI

PSIKOTES=TES PSIKOLOGI
Pemeriksaan kondisi psikis /kepribadian seseorang dengan
Alat Tes Psikologi
untuk tujuan tertentu

KONDISI PSIKIS/KEPRIBADIAN
l Perkembangan aspek aspek psikologi:
l Aspek Kognisi
l Aspek Emosi
l Aspek Dorongan – Motivasi
l Pemfungsian ke 3 aspek diatas dalam berinterkasi dengan lingkungan ----- Kemampuan Sosialisasi

INTELIGENSI
l Kemampuan untuk memodifikasi dan menyesuaikan tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pengetahuan dalam rangka menyelesaikan suatu tugas yang baru.
l Makin banyak pengetahuan seseorang mengenai lingkungan dan mengenai tugas yang diharapkan daripadanya, maka ia akan dapat bertindak makin inteligent/pandai

BEBERAPA KUALITAS INTELIGENSI
l Kemampuan adaptif: dapat ecara fleksibel menanggapi berbagai masalah dan situasi

l Kemampuan belajar:

TUJUAN PSIKOTES
l Mendapatkan gambaran tentang kondisi psikis seseorang saat di tes.

FUNGSI PSIKOTES
l Melihat perkembangan aspek aspek psikologis pada diri seseorang.
l Menelusuri penjelasan dari perilaku seseorang dalam kehidupannya sehari hari.


Pengembangan diri dan Perwalian
Wadah komunikasi walikelas dan kelas binaannya
- Menambah wawasan
- Menumbuhkan sikap positif
- Motivasi
- Life skill sederhana
l JUMAT
l PUKUL 12.30 – 13.00: Perwalian
PUKUL 13.00 – 14.00: KEG. PD
1. NARASUMBER + WALIKELAS
2. DI KELAS MASING-MASING
Materi Pengembangan Diri
3. Memasak
4. Menjahit
5. Videografi
6. Kreativitas (batik jumputan)
7. PBI (Jepang)
8. Motivasi
9. Design Grafis
10. Dana praktek – partisipasi dari orang tua

Kegiatan Belajar Mengajar
Doa Pembuka dan Penutup Belajar
7 Sifat Dasar
- Jujur - Adil
- Tanggungjawab - Kerjasama
- Disiplin - Peduli
- Visioner
Musik selama pembelajaran tergantung situasi
Cerita teladan/menonton televisi pendidikan

Remedial
- Belum tuntas : belum memenuhi SKBM
- Pulang sekolah
- Tergantung guru

Pemantapan
- Bulan Desember 2006
- Jam 06.15 – 07.00
- Fotokopi soal
- Filekan
Ortu mengecek alat shalat anaknya

Ekstrakurikuler
l Senin – Jumat
l 14.30/16.30
l Lapangan Suci – Kampus SMP
l Jadwal ditempel di kelas dan mading
l Koord. Ekskul : Widhi Sobandi, S.Pd
• OSIS
• TERJADWAL

Kegiatan Agustus 2008
* Pagi Gembira : 15 Agst 2008
• Bulan Ramadhan : KBM (jam disesuaikan), lomba-lomba, tarawih bersama (terjadwal)
• * Retret dl

Pertemuan Orang Tua dan Guru
• WADAH SILATURAHMI
• WALIKELAS
• 1X/BULAN
• DI SEKOLAH /LUAR SEKOLAH
• NARASUMBER: ORANGTUA/YANG MEWAKILINYA
• TERJADWAL
• FEBRUARI 2009
• KOMPETISI PER DIVISI
• KEGIATAN TAHUNAN
• TINGKAT SD DAN SMP
• SE – JABAR
• SPONSOR DAN PIHAK LUAR YANG TERKAIT Selengkapnya...

PROGRAM PEMBELAJARAN SISWA CERDAS

Perkembangan

Perubahan seluruh aspek kepribadian :
fisik-motorik, intelektual, sosial, afektif,
menuju tingkat yang lebih tinggi à
sempurna.

Perubahan struktur (tumbuh) dan fungsi (berkembang).

Perkembangan memiliki tempo dan
Irama

Perkembangan bersifat dinamis

Tahap Perkembangan
Usia Kategori
0.0 Dalam kandungan
0.0 2.0 Bayi
2.0 6.0 Anak Kecil (Pra-sekolah)
6.0 12.0 Anak (Anak sekolah)
12.0 15.0 Remaja Awal
15.0 18.0 Remaja
18.0 21.0 Remaja Akhir
21.0 35.0 Dewasa Muda
35.0 55.0 Dewasa
55.0 Usia Lanjut

Perkembangan Intelek: J.Piaget
0.0 2.0 Berpikir Sensori-motor: gerak refleks à reaksi
indra à pemahaman melalui pengindraan

2.0 4.0 Berpikir Prakonsep: egosentris, animis, meniru

4.0 7.0 Berpikir intuitif: mengikuti aku-nya, fantasi,

7.0 11.0 Berpikir konkrit: pemahaman melalui contoh nyata
memahami persamaan, perbedaan, hubungan

11.0 Berpikir formal: abstrak, hipotetis,
deduktif-induktif, konvergen-divergen,
evaluatif, pemecahan masalah, kreatif

Kepribadian: Kemandirian (Erikson)
0.0 1.0 Trust – Mistrust: percaya pd orang tua tetapi
tidak percaya pd yang lain
1.0 3.0 Autonomy – Shame: mampu berbuat
tetapi malu karena belum sempurna
3.0 6.0 Inisiative – Guilt: berusaha berbuat tetapi
merasa berdosa karena tidak sempurna
6.0 12.0 Industry – Inferiority: mampu berbuat tetapi
merasa rendah diri karena belum sempurna
12.0 18.0 Identity – Role confusion: mempunyai identitas
diri ttp bingung karena perannya belum jelas

Anak Cerdas
IQ di atas 110

Mampu berpikir thp tinggi: analisis, evaluasi, pemecahan masalah, penciptaan hal baru,

Penguasaan baik pd banyak mata pelajaran,
Cepat menguasai-memahami pelajaran,
Kondisi-perkembangan emosi tidak selalu sejajar dgn kemampuan berpikirnya,
Sering nampak kurang disiplin-kurang sopan,
Bila salah perlakuan dapat cenderung nakal.

Anak Berbakat
IQ normal, di atas atau di bawah rata-rata,
Penguasaan sangat baik dlm satu/beberapa mata pelajaran/bidang vokasional-ketrampilan,
Sangat cepat menguasai-memahami pelajaran, atau bidang yg diminatinya,
Perhatian sangat terfokus pada mata pelajaran /bidang yang diminati,
Sering mengabaikan mata pelajaran / bidang lainnya.

Bantuan bagi anak Cerdas/Berbakat
Penyusunan program khusus: aselerasi, pendalaman-perluasan.

Penyiapan bahan khusus: pendalaman-perluasan
Modul : cetak & elektronik
Pembelajaran berprogram: cetak-elektronik,
Pengayaan dalam pembelajaran:
layanan dalam pembelajaran,
layanan di luar pembelajaran,

Pemberian tugas:
Pendalaman-perluasan materi,
Latihan: pemecahan masalah, penyelesaian soal, dll.

Bimbingan belajar

Pembelajaran mengaktifkan Siswa
ØMendalami konsep, prinsip, metode, prosedur, dll
ØMenerapkan konsep, prinsip, metode, prosedur, dll
ØMelakukan analisis, pembandingan, sintesis,
ØMelakukan pengamatan, pengukuran, evaluasi,
ØMelakukan percobaan, penelitian sederhana,
ØMemecahkan masalah,
ØMenyusun rencana, program, membuat karya
tulis, peta, gambar, benda, perangkat lunak, dll.
ØMengapresiasi situasi, nilai, karya seni, ilmiah,
ØMengembangkan ketrampilan berpikir, sosial, motorik

Metode bervariasi
Ekspositori:
Lisan: Ceramah & Tanya - jawab,
Peragaan / demonstrasi (Guru-Siswa, Asli-
i. tiruan, Gambar, Rekaman)

Aktivitas kelompok:
Diskusi, Diskusi Panel,
Simulasi, Role playing,
Kooperatif, Seminar.

Belajar dengan berbuat (Learning by Doing):
Kerja kelompok, Pengalaman,
Pengamatan, Percobaan, Penelitian,
Pemecahan masalah,
Praktik terbatas, Praktik penuh.

Pembelajaran Berpikir Thp Tinggi
Pembelajaran mencari-bermakna
Pembelajaran berbasis pengalaman,
Pembelajaran kontekstual,
Pembelajaran kerja kelompok
Pembelajaran eksperimen
Pembelajaran pengamatan,
Pembelajaran penelitian
Pembelajaran pemecahan masalah,
Pembelajaran proyek
10. Pembelajaran praktik langsung

Pembelajaran Bermakna
Materi pelajaran:
berkenaan dengan kehidupan nyata,
berguna bagi kehidupan siswa,
menunjang pencapaian masa depan,
berguna bagi masyarakat,

Pembelajaran Mencari-Bermakna
Siswa melakukan pengalaman terstruktur: pengamatan, percobaan, penelitian, studi literatur, .

Bertanya-jawab tentang pengalamannya,
Membantu siswa berpikir ttg prinsip umum &
pengalaman emosional penting yg dialami

Kesempatan siswa sec. terstruktur menerapkannya dlm kehidupan, pemecahan masalah
Pembelajaran Menerima-Bermakna
Penyajian bahan: informasi, konsep, prinsip, kaidah, metode, model, prosedur

Pertanyaan atau tes utk mengukur pengetahuan-
pemahaman mahasiswa ttg bahan ajaran,
Memberikan kesempatan pd mahasiswa utk
mempraktekan pengetahuan,

Latihan transfer/aplikasi pengetahuan,

10. Kesempatan generalisasi, pemecahan masalah

Pembelajarn Berbasis Pengalaman

Menekankan proses, pengalaman berkelanjutan pengembangan pribadi utuh

Variasi pengalaman fakta konkrit konsep
abstrak, percobaan penghayatan reflektif,

Berisi proses adaptasi dgn lingkungan alam &
sosial,

Pengembangan pengetahuan sederhana kompleks

Langkah pembelajaran
Pengalaman konkrit: merancang- melaksanakan

Evaluasi reflektif: analisis- evaluasi: apa, bagaimana, mengapa,
Konseptualisasi abstrak: kesimpulan, generalisasi, abstraksi hasil kajian reflektif,
Percobaan aktif: percobaan, eksperimen, aplikasi hasil minimal simulasi, bermain peran

Metode Pemecahan Masalah
Langkah-langkah:

Merumuskan & membatasi masalah

Merumuskan hipotesis/pertanyaan

Pengumpulan pendapat & data
Membuktikan hipotesis - menjawab
pertanyaan,

Merumuskan alternatif pemecahan

Optimalisasi media-sumber
Penggunaan:
1. buku utama dan penunjang,
2. surat kabar, majalah, jurnal, dll,
3. media sebagai alat bantu,
4. media sebagai program pembelajaran,
5. laboratorium virtual/elektronik,
6. laboratorium nyata,
7. lingkungan sekitar sebagai sumber belajar,
8. perpustakaan nyata-virtual/elektronik,
9. e- learning.


Pemahaman kemampuan siswa
Tes Psikologis:
1. Mengukur kecerdasan, sosial, emosi, sikap,
minat, motivasi, dll.

2. Instrumen baku, disusun oleh psikometris (ahli
tes psikologis),

Tes buatan guru:
Mengukur hasil belajar dapat dibakukan,

Non tes:
menghimpun berbagai data ttg perkembangan, karakteristik, kegiatan, hasil karya, dan hasil evaluasi siswa.


Identifikasi kebutuhan siswa

1. Mengukur kecerdasan, sosial, emosi, sikap,
2. minat, motivasi, dll.

3. Instrumen baku, disusun oleh psikometris (ahli
4. tes psikologis),

Tes buatan guru:
Mengukur hasil belajaràdapat dibakukan,

Non tes:
menghimpun berbagai data ttg perkembangan,
karakteristik, kegiatan, hasil karya, dan hasil
evaluasi siswa.

Pengembangan Program Pembelajaran
1. Dasar : kemampuan, kebutuhan, masalah siswa,
tuntutan kurikulum
2. Tujuan : dirumuskan dalam SK dan KD
3. Lingkup : topik bahasan yang diturunkan dari SK-KD
4. Kegiatan : model dan metode pembelajaran
5. Alat : lab., media elektronik-non elektronik
6. Evaluasi : proses dan hasil belajar
7. Sumber : buku, perpustakaan, nara sumber ,dll.

Bentuk Program pembelajaran
Pembelajaran bersama guru:
1. Silabus atau GBPP
2. Ke bawah atau ke samping (matriks)
3. Satuan Pelajaran atau RPP
4. Ke bawah atau ke samping (matriks)
Belajar mandiri
1. Modul: cetak atau elektronik
2. Pembelajaran berprogram: cetak atau elektronik
3. Pembelajaran berbasis komputer: CAI-CAL
4. E- Learning (Pembelajaran berbasis internet)


Disampaikan oleh :
Prof.DR. Nana Syaodih Sukmadinata
Implementasi KTSP untuk siswa cerdas
Diberikan pada pelatihan dan workshop bagi sekolah penyelenggara akselerasi
Bandung 19 Agustus 2008 Selengkapnya...

PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA

Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya.

Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik.

A. Kenapa Pendidikan Inklusif Harus Dipromosikan dan Diterapkan

•Semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak di-diskriminasi-kan dan memperoleh pendidikan yang bermutu.
•Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.
•Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
•Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.

B. Beberapa Kebaikan Pendidikan Inklusif
•Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
•Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi
•semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
•Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
•Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.

Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.

Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.

C. Kenapa Pendidikan Inklusif Harus Dipromosikan dan Diterapkan

•Semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak di-diskriminasi-kan dan memperoleh pendidikan yang bermutu.
•Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.
•Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
•Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.

D. Beberapa Kebaikan Pendidikan Inklusif

•Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
•Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi
•semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
•Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
•Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.

E. Sekolah Inklusif
Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.

Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.

F. Pengertian Pendidikan Inklusif
1. Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil 1994)
2. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback, 1980)

G. Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
1. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-ragaman dan menghargai perbedaan.
2. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual.
Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
4. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.

H. Jenis Layanan Pendidikan
1. PENDIDIKAN KHUSUS
Sekolah khusus untuk anak-anak :
1. Penyandang Cacat : (d/h TKLB, SDLB, SMPLB, SMLB)
2. Berkecerdasan Istimewa (e.g : Program “Aksel”)
3. Berbakat Istimewa

2. PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS
Sekolah layanan khusus untuk anak-anak :
a.pada daerah terbelakang/terpencil/pulau-pulau kecil/ pedalaman
b.masyarakat etnis minoritas terpencil
c.pekerja anak, pelacur anak/trafficking, lapas anak, anak jalanan
d.Pengungsi anak (gempa, bencana, konflik)
e.anak TKI, Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN)

3. PENDIDIKAN INKLUSIF
1. Sekolah Biasa/Sekolah Umum, yang mengakomodasi semua Anak Berkebutuhan Khusus
2. SLB/Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus yang mengakomodasi anak normal

3. (Sekolah Inklusif adalah Sekolah yang terpilih melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Peserta Didik, Tenaga Administrasi dan Lingkungan Sekolah/Masyarakat).

Disadur dari materi :
Drs.Sutji Heriyanto,MM,M,Pd
PLH Kasubdit Pembelajaran Direktorat PLB Jakarta
Materi disampaikan pada Pelatihan dan Workshop Sekolah Penyelenggara Program Akselerasi Tingkat Jawa Barat
Bandung, 19 Agustus 2008 Selengkapnya...

PENDAMPINGAN PSIKOLOGI BAGI GURU DAN KOORDINATOR CI/BI

DRA. INDUN LESTARI SETYONO. MPSI
Pelatihan Workshop Sekolah penyelenggara Akselerasi di Jawa Barat
Bandung, 19 Agustus 2008


LATAR BELAKANG
Perlunya acuan standar dalam tata laksana psikologi untuk layanan pendidikan siswa CI/BI
Sebagai wujud jaminan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan
Menghindari adanya kemungkinan penyimpangan dalam pelaksanaan

RUANG LINGKUP
Identifikasi, Rekruitmen dan Penjaringan
Pengembangan Desain Kurikulum
Pengembangan desain dan proses pembelajaran
Pengembangan model evaluasi
Standarisasi guru
Standarisasi sarana dan prasarana
Relasi sekolah dengan orang tua

IDENTIFIKASI SISWA CI/BI
Memiliki IQ yang tergolong very superior ( IQ >128 skala IST atau 130 skala WISC)
Kemampuan menampung materi pelajaran /stimulus di lingkungan lebih besar dibandingkan siswa reguler.
Lebih cepat menangkap dan menyelesaikan tugas yang dihadapi
Membutuhkan tugas yang menantang

Cepat bosan sehingga tampak malas untuk mengerjakan tugas

Banyak ide, sehingga sering memberi reaksi yang tidak sama dengan teman sebayanya

TUJUAN DAN PERILAKU YANG DIHARAPKAN DARI SIWA CI/BI
•Tujuan :
Mampu mengembangkan pemikiran yang kritis (Critical Thinking)
•Perilaku yang diharapkan ;
Siswa mudah membuat kesimpulan yang tepat berdasarkan suatu data

PERTIMBANGAN DALAM PEMBELAJARAN
Bagaimana dan kapan siswa dapat menjalankan penyelidikannya (Explorasi) secara mandiri ?

Dapatkah siswa CI/BI mengkreasi suatu produk yang sama dengan hasil yang pasti baik (Bagaimana perkembangan critical thinking nya ?
Apakah guru telah membuat suatu daftar materi yang dapat dipilih siswa , yang dapat menimbulkan minat belajar

Proses belajar yang mana yang tepat untuk dilakukan agar terjadi perkembangan belajar sisiwa

MENGAPA DIBUTUHKAN PENDAMPINGAN GURU
Sejauh mana guru memahami karakteristik dari siswa CI/BI

Sejauh mana guru mengkreasikan idenya dalam pembelajaran
Sejauh mana guru paham mengenai cara mengembangkan berpikir kritis pada siswa ?

Sejauh mana guru paham bahwa penanganan siswa CI/BI didasarkan pada paradigma yang berbeda dengan kelas reguler



HASIL TEMUAN DAN LOKAKARYA

•Guru paham mengenai kelas akselerasi namun kurang memahami karakteristik dari siswa CI/BI
Pembelajaran yang dilakukan sama dengan pembelajaran kelas reguler, hanya waktu dan materi lebih diperbanyak.
•Siswa kurang mempunyai kesempatan bermain atau mengembangkan aspek sosialisasi

•Guru yang mengajar di kelas aksel masih dilakukan dengan sistem bergiliran Selengkapnya...

Rabu, 20 Agustus 2008

PENDAMPINGAN PSIKOLOGI BAGI GURU DAN KOORDINATOR CI/BI

DRA. INDUN LESTARI SETYONO. MPSI
Pelatihan Workshop Sekolah penyelenggara Akselerasi di Jawa Barat
Bandung, 19 Agustus 2008


LATAR BELAKANG
Perlunya acuan standar dalam tata laksana psikologi untuk layanan pendidikan siswa CI/BI
Sebagai wujud jaminan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan
Menghindari adanya kemungkinan penyimpangan dalam pelaksanaan

RUANG LINGKUP
Identifikasi, Rekruitmen dan Penjaringan
Pengembangan Desain Kurikulum
Pengembangan desain dan proses pembelajaran
Pengembangan model evaluasi
Standarisasi guru
Standarisasi sarana dan prasarana
Relasi sekolah dengan orang tua

IDENTIFIKASI SISWA CI/BI
Memiliki IQ yang tergolong very superior ( IQ >128 skala IST atau 130 skala WISC)
Kemampuan menampung materi pelajaran /stimulus di lingkungan lebih besar dibandingkan siswa reguler.
Lebih cepat menangkap dan menyelesaikan tugas yang dihadapi
Membutuhkan tugas yang menantang

Cepat bosan sehingga tampak malas untuk mengerjakan tugas

Banyak ide, sehingga sering memberi reaksi yang tidak sama dengan teman sebayanya

TUJUAN DAN PERILAKU YANG DIHARAPKAN DARI SIWA CI/BI
•Tujuan :
Mampu mengembangkan pemikiran yang kritis (Critical Thinking)
•Perilaku yang diharapkan ;
Siswa mudah membuat kesimpulan yang tepat berdasarkan suatu data

PERTIMBANGAN DALAM PEMBELAJARAN
Bagaimana dan kapan siswa dapat menjalankan penyelidikannya (Explorasi) secara mandiri ?

Dapatkah siswa CI/BI mengkreasi suatu produk yang sama dengan hasil yang pasti baik (Bagaimana perkembangan critical thinking nya ?
Apakah guru telah membuat suatu daftar materi yang dapat dipilih siswa , yang dapat menimbulkan minat belajar
Proses belajar yang mana yang tepat untuk dilakukan agar terjadi perkembangan belajar sisiwa
MENGAPA DIBUTUHKAN PENDAMPINGAN GURU
Sejauh mana guru memahami karakteristik dari siswa CI/BI
Sejauh mana guru mengkreasikan idenya dalam pembelajaran
Sejauh mana guru paham mengenai cara mengembangkan berpikir kritis pada siswa ?

Sejauh mana guru paham bahwa penanganan siswa CI/BI didasarkan pada paradigma yang berbeda dengan kelas reguler



HASIL TEMUAN DAN LOKAKARYA
•Guru paham mengenai kelas akselerasi namun kurang memahami karakteristik dari siswa CI/BI
Pembelajaran yang dilakukan sama dengan pembelajaran kelas reguler, hanya waktu dan materi lebih diperbanyak.
•Siswa kurang mempunyai kesempatan bermain atau mengembangkan aspek sosialisasi
•Guru yang mengajar di kelas aksel masih dilakukan dengan sistem bergiliran Selengkapnya...

Minggu, 03 Agustus 2008

PELAKSANAAN PROGRAM AKSELERASI

PENJARINGAN DAN PENJARINGAN SISWA AKSELERASI SMP TARUNA BAKTI
A. Persyaratan Siswa Calon Akselerasi
1. IQ minimal 130 didukung kreativitas yang memadai dan mempunyai tanggung jawab yang baik terhadap rata-rata 3)
2. Penyelesaian tugas (Pendekatan Multi Faktor)
3. Sikap dan kepribadian baik
4. Motivasi dan tanggung jawab tinggi
5. Berbadan sehat yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter
6. Rata-rata nilai rapor kelas lima dan enam ³ 8,0 (delapan koma nol)
7. Nilai hasil Ujian Akhir Sekolah Dasar Rata-rata ³ 8,0
8. 8.Tidak terdapat nilai 6 di rapor SD
9. Nilai Rapor kelas 5 dan 6 untuk mata pelajaran Agama, Bahasa Indonesia dan Matematika ³ 8,0 (delapan koma nol)
10. Memiliki kemauan menjadi siswa akselerasi dan mendapat Persetujuan/dorongan dari orang tua

B. Proses penjaringan
TES AKADEMIS (RATA-RATA 8)
INDEKS RAPORT DIATAS RATA-RATA
TES PSIKOLOGI (IQ >129, TC DAN CQ RATA-RATA 3) SCALA CATTEL DAN WESLER DAN TES LANJUTAN (IDENTIFIKASI POTENSI)
SOSIALISASI DAN PENAWARAN KEPADA SISWA DAN ORANG TUA
PENGAMATAN (GURU MATA PELAJARAN, TEMAN,ORANG TUA)
PERESMIAN

C. DAFTAR SISWA AKSELERASI SMP TARUNA BAKTI
TAHUN PELAJARAN 2008-2009
1. MEIDIANA LARASATI UTOMO
2. SABILA TASYAKUR NIKMAH
3. ANGGITA LARAS TRIHAPSARI
4. D.A.K. SEPTIKA APSARI
5. FADHIL MOCHAMMAD
6. RAIHAN WISAKSONO
7. NADIA PRAMANIK N
8. NADYA ASTIANUR PUTRI
9. M. NAJMI NAUFAL
10. MUTHAHHARI WALI HIDAYATJATI
11. NAUFAL FAUZAN IHSAN
12. IRMINA DEANA KARNADI
13. ARLENE DUPE
14. TANIA DIAMANTA
15. CANDRA KUSUMARAHDI
16. AMANDA TALITHA RAHMADITA
17. SASHYA ADRIANA MA’MOER
18. HAUZAN IRSYAD FAUZY
19. CINDY PERMADI Selengkapnya...

SEJARAH LAYANAN ANAK BERBAKAT DI INDONESIA

A. 1904 Paris Perancis
Alfred Binet mengembangkan alat yang dapat mengukur tingkat intelegensia (IQ) dan diakui sebagai satu-satunya alat untuk menentukan tingkat kecerdasan seseorang dengan mngukur secara obyektif dan dapat dinyatakan dengan angka

B. Frames Of Mind:“The Theory of Multiple Intelligences”Howard Gardner (Harvard)
Kecerdasan Linguistik, kemampuan menggunakan kata secara efektif baiks secara lisan maupun tulisan
Kecerdasan Spasial, kemampuan mentransformasikan dunia spasial-visual secara akurat
Kecerdasan Kinestetis, kemampuan menggunakan seluruh anggota tubuh untuk mengekspresikan rasa atau ide
Kecerdasan musikal, kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal
Kecerdasan Interpersonal, kemampuan memahami dan peka terhadap perasaan orang lain
Kecerdasan intrapersonal, kemampuan memahami diri sendiri dan segenap perasaan

C. BEBERAPA BENTUK LAYANAN PADA ANAK CERDAS ISTIMEWA
Pertama pada awal tahun 1970, di dunia pendidikan telah kita kenal istilah Proyek Perintis II yang memberikan kesempatan kepada siswa yang berprestasi akademis secara menonjol untuk diterima di Institut Pertanian Bogor tanpa mengiktui ujian masuk layaknya calon mahasiswa yang lain
Kedua, pada tahun 1983 mulai diujicobakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat melalui proyek Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Depdikbud dengan mendirikan Kelompok Kerja Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB). Namun karena keterbatasan dana dan adanya prioritas pemerintah dibidang lain maka sekolah rintisan anak berbakat inipun dihentikan di tengah jalan
Ketiga, pada tahun 1987, sekolah swasta dengan di pelopori SD Ade Irma Suryani Nasution menyediakan kelas khusus dengan pengayaan bagi siswa yang berbakat dengan memberikan pendidikan pelatihan dalam bidang psikologi keberbakatan, kreatifitas dan kurikulum berdiferensiasi
Keempat, pada tahun 1989, Jendral Benny Murdani mendirikan SMU Taruna Nusantara yang mencaari bibit unggul di seluruh pelosok Nusantara untuk tidak hanya didik dalam bidang akademis tapi juga kepemimpinan
Kelima, tahun 1994/1995, Departemen Pendidikan dan Kkebudayaan memperkenalkan konsep sekolah unggul atau School of exelence yang mengakomodasi kebutuhan siswa kategori cepat belajar (fast learners) dan anak berbakat ( gifted)


Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Mengutip pada beberapa sumber Selengkapnya...

RENCANA PROGRAM AKSELERASI SMP TARUNA BAKTI

1
Psikotes terhadap semua siswa SMP Taruna Bakti / Tes lanjutan
Senin, 2 Juni 2008
Senin-Kamis/21-24 Juli 2008
2
Sosialisasi Akselerasi terhadap siswa calon akseleran
Senin, 9 Juni 2008
3
Observasi siswa calon akselerasi
Senin, 21 Juli 2008 – Selasa, 29 Juli 2008
Pengamatan yang menyeluruh oleh guru Kelas VII
4
Pengesahan siswa akselerasi tahun ajaran 2008 - 2009
Jumat,
1 Agustus 2008
Penentuan siswa akselerasi 2008 – 2009
5
Penyusunan Silabus / kurikulum diferensiasi dan Rencana pengajaran akselerasi
Agustus 2008
Menyusun Silabus / kurikulum diferensiasi dan Rencana pengajaran akselerasi
6
Silaturahmi dan pertemuan orang tua akselerasi untuk pembentukan forum orang tua akselerasi
Agustus 2008
Menyusun forum orang tua siswa akselerasi 2009 – 2009
7
Pendampingan guru akselerasi oleh Fakultas Psikologi Unpad
Sabtu, 13 Sept 2008
Pemahaman karakteristik dan permasalahan siswa CI
8
Tes kemampuan dan potensi siswa akselerasi
September 2008
Mengetahui potensi MultyTalented, otak kiri/kanan,emotional dan metode belajar yangtepat
9
Outbond
Januari 2008
Kegiatan sehari diikuti orang tua, siswa, guru smp dan SMA Taruna Bakti
10
Pertemuan siswa akselerasi I dengan akselerasi II
September 2008
Motivasi dan sharing pengalaman belajar Diskusi dan sharing
11
Pertemuan guru akselerasi
Akhir September 2008
Pemantauan perkembangan siswa dan persiapan ULUM
Tiap 2 bulan sekali
12
Pendampingan guru akselerasi oleh Fakultas Psikologi Unpad
Selasa, 28 Oktr 2008
Pengenalan metode pengajaran Khas untuk siswa Cerdas Istimewa
13
Saresehan akselerasi
Oktober 2008
Februari 2009
Mengundang pakar / pengamat akselerasi / anak cerdas
Peserta guru dan orang tua akselerasi
14
Pertemuan dengan orang tua siswa akselerasi I dan II
Akhir Oktober 2008
Pertemuan rutin memantau perkembangan siswa
Tiap 3 bulan sekali
15
Pertemuan siswa akselerasi II dengan alumni
Desember 2008
Motivasi dan sharing pengalaman belajar Diskusi dan sharing
16
Studi Banding Program Akselerasi
Desember 2008
Studi Banding ke SMP 1 Surabaya yang diikuti oleh guru akselerasi SMP Taruna Bakti
17
Pendampingan dan motivasi persiapan pemantapan
Maret 2009
Persiapan psikologi dan mental untuk pemantapan
Di gabung reguler bulan Februari 2009
18
Tes psikologi lanjutan untuk aksel II
Maret 2009
Tes
perkembangan mental siswa akselerasi untuk rekomendasi di sekolah lanjut
19
Pendampingan pendaftaran ke SMA
Mei 2009 Selengkapnya...

MENGENAL PROGRAM AKSELERASI


Imam Wibawa Mukti,S.Pd (Koordinator Akselerasi SMP Taruna Bakti 2007-2008)
Berikut adalah uraian singkat tentang program layanan akselerasi yang telah berlangsung selama 6 tahun di SMP Taruna Bakti. Uraian ini dibuat sesingkat mungkin dengan maksud untuk memberikan sedikit pemahaman kepada masyarakat yang masih belum tahu atau memahami salah satu bentuk layanan pendidikan kepada siswa yang termasuk kategori Cerdas istimewa.
Ini juga merupakan salah satu bentuk sosialiasi yang dapat dilakukan oleh SMP Taruna Bakti sebagai Resource Center keberbakatan tingkat Jawa Barat. Dengan adanya uraian ini maka kami harapkan dapat menjadi bahan atau materi dasar bagi diskusi lebih lanjut dengan berbagai elemen masyarakat yang peduli dengan pendidikan, khususnya pendidikan Inklusif.
Semoga dengan uraian ini pula semua masyarakat tidak lantas memandang sebelah mata berbagai program yang dilakukan pemerintah untuk terus meningkatkan layanan pendidikan, dengan tanpa menutup mata pada hal-hal lain yang masih dirasakan belum tuntas atau belum lengkapnya layanan ini.
Uraian ini belum membahas pada tingkatan lebih tinggi, misalnya apa yang harus dilakukan ketika anak telah menjalani program ini di satuan tingkat pendidikan? Atau seberapa jauh kepedulian pemerintah dalam mensukseskan program ini dan memandang siswa cerdas istimewa sebagai asset bangsa di masa depan? Atau seperti apa alat ukur evaluasi keberhasilan program ini atau keterampilan hidup seperti apa yang harus dimiliki anak cerdas setelah menyelesaikan program akselerasi?
Semoga tulisan ini mampu menjadi wacana terbuka bagi kemajuan dunia pendidikan. Amien…

A. Apa program akselerasi itu ?
Program percepatan belajar adalah program pemberian layanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa. Peserta didik dapat menyelesaikan belajar sekurang-kurangnya 2 tahun di SMP

B. Landasan hukum program layanan untuk anak cerdas istimewa ?
UNDANG-UNDANG RI NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
BAB IV PASAL 5 AYAT 4 MENYATAKAN BAHWA
“WARGA NEGARA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA BERHAK MEMPEROLEH PENDIDIKAN KHUSUS”
BAB V PASAL 12 AYAT 1 MENEGASKAN BAHWA
“SETIAP PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN BERHAK :
1.MENDAPATKAN LAYANAN PENDIDIKAN SESUAI DENGAN BAKAT, MINAT, KEMAMPUANNYA
2.MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SESUAI DENGAN KECEPATAN BELAJAR MASING-MASING DAN TIDAK MENYIMPANG DARI KETENTUAN BATAS WAKTU YANG DITETAPKAN

C. Mengapa harus ada layanan bagi mereka ?
KARENA ANAK YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA MEMERLUKAN PENANGANAN DAN PROGRAM YANG DIRANCANG KHUSUS AGAR BERKEMBANG SECARA OPTIMAL
MASYARAKAT BISA MEMAHAMI PERLUNYA SEKOLAH LUAR BIASA UNTUK ANAK YANG MEMILIKI KETERBATASAN FISIK DAN MENTAL

D. Apa saja syarat sekolah penyelenggara program akselerasi ?
A. SEKOLAH HARUS MENDAPATKAN IJIN DARI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI YANG MENJAMIN KEBERLANJUTAN SISWANYA DI SMA
B. SEKOLAH MEMILIKI GURU/TENAGA PENDIDIK YANG TELAH MEMENUHI KRITERIA SEBAGAI GURU PROGRAM AKSELERASI (SERTIFIKASI INTERNAL/EKSTERNAL)
C. SEKOLAH MEMILIKI SISTEM PENGATURAN JADWAL/WAKTU DAN PEMBAURAN ANTARA SISWA AKSELERASI DAN REGULER/BILINGUAL DALAM BERBAGAI PROGRAM SEKOLAH (ESKTRAKURIKULER)
D. SEKOLAH TELAH MENYUSUN KURIKULUM UNTUK SISWA AKSELERASI YANG DISEBUT KURIKULUM BERDIFERENSIASI YAITU KURIKULUM NASIONAL DAN LOKAL YANG DIMODIFIKASI DENGAN PENEKANAN PADA MATERI ESSENSIAL DAN DIKEMBANGKAN MELALUI SISTEM ESKALASI/PENDALAMAN DAN ENRICHMENT/PENGAYAAN YANG DAPAT MEMACU DAN MEWADAHI INTEGRASI SECARA PENGEMBANGAN SPIRITUAL, LOGIKA, ETIKA DAN ESTETIKA, KREATIF, SISTIMIK, LINIEAR DAN KONVERGEN

E. Bagaiman dengan SMP Taruna Bakti ?
1. SEKOLAH MEMILIKI GURU DENGAN KUALIFIKASI MEMADAI DALAM MEMAHAMI KARAKTERISTIK DAN MASALAH
2. GURU TELAH MENDAPATKAN PELATIHAN DAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN DALAM BIDANG PEMAHAMAN KARAKTERISTIK, MASALAH DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ANAK KATEGORI BERBAKAT ISTIMEWA
3. SEKOLAH TELAH MENERAPKAN SERTIFIKASI INTERNAL SEKOLAH DALAM MENYIAPKAN GURU AKSELERASI
4. FASILITAS YANG DISEDIAKAN ANTARA LAIN :
a. RUANG BELAJAR YANG CUKUP NYAMAN dengan fasilitas lengkap dan ada di semua kelas. (AC, Infokus, OHP, DVD, TV, GORDEN, MOVING CLASS, CCTV)
b. RUANG PUSAT SUMBER BELAJAR DAN RUANG AUDIOVISUAL LENGKAP DENGAN SOFTWERE SEMUA MATA PELAJARAN
c. RUANG DAN BUKU PERPUSTAKAAN YANG MEMADAI
d. RUANG DAN ALAT LAB. IPA, IPS, BAHASA, KERTAKES DAN KOMPUTER JARINGAN INTERNET dengan Web School : www.smptarunabakti.com
e. RUANG OSIS
f. RUANG BIMBINGAN KONSELING
g. TEMPAT IBADAH
h. FASILITAS OLAHRAGA
i. RUANG SERBAGUNA/AULA
j. POLIKLINIK
k. RUANG KOPERASI
l. KANTIN SEKOLAH
m. KAMAR MANDI DAN WC

F. Bagaimana perbandingan waktu belajar akselerasi dengan reguler ?
(Kelas Akselerasi, Kelas bilingual dan Kelas reguler memiliki waktu belajar yang sama)
Selengkapnya...