Senin, 09 November 2009

JANGAN BERHENTI BERMAIN…! (Bagian 1)

“Manusia berhenti bermain bukan karena menjadi tua, manusia menjadi tua karena berhenti bermain” OLIVER WENDELL HOLMES.

“Jangan kaya anak kecil dong…ayo kerja!”
“Kamu tuh dari tadi main terus, pekerjaan rumah masih banyak, kerjakan!”
“Jangan buang-buang waktu untuk main, ayo belajar/bekerja!”
“Kalian sudah dewasa. Perhatikan dan berhenti bermain!”

Kapan terakhir kali kita meluangkan waktu untuk bermain? Benar-benar bermain! Bukan Outbond, bukan pelatihan, bukan In House Training, bukan lomba dan bukan aktivitas dengan embel-embel melaksanakan tugas. Benar-benar bermain!

Dan pernahkah kita mendapatkan teguran disaat kita sedang melakukan sebuah kegiatan “BERMAIN”. Sebuah aktivitas untuk sekedar melepaskan diri dari rutinitas dipekerjaan atau sekolah dengan melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan pekerjaan namun hanya sekedar menyenangkan hati. Bahkan apabila kita meluangkan waktu disela-sela rapat yang serius, atau dalam kajian presentasi yang penting, maka kata teguran diatas sering terdengar.
Benarkah sebuah kreativitas hanya lahir dari suasana yang serius dan hanya fokus pada apa yang sedang kita kerjakan? Ataukah justru kreativitas lahir dalam suasana yang lebih longgar, fleksibel dan penuh humor?

“Orang kreatif yang sukses tahu bahwa jika suatu pekerjaan tidak menarik, pekerjaan itu tidak perlu dikerjakan. Pribadi kreatif amat mengagungkan suasana gembira karena membuatnya membumbung tinggi dalam upaya mengejar cita-cita. Begitu pentingnya suasana riang ini, dalam kegiatan sehari-hari pun orang kreatif sering menjadwalkan rehat untuk berasyik-ria.”(Jordan E. Ayan, Bengkel Kreativitas,2002).

Kita sering melihat sosok seorang joker atau pelawak didalam istana kerajaan jaman dahulu, atau kita sering juga melihat peran Semar dan anak-anaknya dalam cerita wayang di Indonesia, atau “Lengser” dalam budaya sunda? Mereka diperankan sebagai orang yang diharapkan mampu mencairkan suasana ketika semuanya sedang buntu dan kering dengan ide. Sebenarnya seberapa besar pengaruh “bermain” terhadap pengembangan potensi dan kreativitas lingkungan sekitar.

“Hampir semua gagasan baru memiliki ‘sisi pandir’ saat pertama dihasilkan” –Alfred North Whitehead-

Setiap bentuk kreativitas selalu melangkah maju satu -seribu- langkah dari pikiran masyarakat pada umumnya. Karena langkah orang-orang kreatif senantiasa “tidak biasa” maka pola perkembangan dan proses kelahirannya pun senantiasa dari pikiran kekanak-kanakan pelakunya. Untuk itu maka, untuk merangsang sebuah proses berpikir dan mencipta yang kreatif diperlukan sebuah suasana yang kondusif bagi hal tersebut, yaitu kondisi yang santai dan bernuansa bermain.

Dalam pandangan masyarakat sekarang, seolah sebuah proses berpikir dan bertindak kreatif harus dalam suasana yang serius dan fokus dalam satu permasalahan, padahal banyak suatu hasil kreatif pada suatu bidang muncul dari permainan di bidang lain. Pandangan ini tidak selamanya salah, namun biasanya kondisi serius justru bukan pada proses berpikir memunculkan ide kreatif, namun pada proses aktivitas mewujudkan hasil ide tersebut.
“Etika bermain” yang kita alami dimasa anak-anak, berubah seiring waktu menjadi “etika bekerja atau belajar” sehingga pola pikir dan daya imajinasi kita terkungkung da terjebak dalam rutinitas. Dalam etika bermain, kita bisa menemukan banyak hal karena memang nuansa bermain melahirkan sebuah kondisi pikiran yang mengandung kreativitas, yaitu –RASA INGIN TAHU-, ingin mecoba, tidak puas dengan cara biasa, rasa takjub atau sekedar mencoba sesuatu hal yang tidak biasa.

“Seseorang bisa saja bermain tanpa menjadi kreatif, namun mustahil dia menjadi kreatif tanpa bermain”-Wake Up Your Genius, Kurt Hanks and Jay Parry-

Bermain juga melahirkan suasana yang menyenangkan dan melepaskan diri kita dari rintangan kreativitas yang umum kita temukan, yaitu rasa tegang dan ketakutan yang berlebih. Di suasana yang tegang dan takut yang berlebihan, insting lari atau nekad menjadi dominan sehingga pikiran “tidak biasa” menjadi tidak mewujud dalam pikiran dan ide.

Bermain juga melahirkan suasana yang relaks, mengurangi ketegangan dan akhirnya membawa efek fisiologis, dimana mampu mendorong otak untuk mengeluarkan beta-endorfin, “opium rasa nyaman” dan menjadikan hidup semarak dan mampu mendongkrak rasa percaya diri. Bermain bisa mencegah rasa bosan. Dunia kerja tanpa canda dan gelak tawa akan melahirkan suasana kaku dan hambar.

Yang paling penting dari bermain adalah terciptanya jalur komunikasi yang lebih rileks dan intens dalam suasana yang santai dan penuh canda. Jalur ini penting untuk munculnya tukar pengalaman dan gagasan “gila” dari satu orang ke orang lainnya. Banyak organisasi bisnis yang menerapkan metode bermain untuk memuculkan ide brilyan ini dengan mengadakan acara “family gathering”, “outbond” atau sekedar jalan-jalan dan memancing.

Kegembiraan yang disulut oleh perlengkapan mainan, juga mampu mengilhami segala jenis pencarian dalam bidang seni. Winnie the Pooh diciptakan A.A. Milne berdasarkan boneka beruang kesayangan putranya. Tari Balet Nutcracer karya Tcaikovsky berkisah tentang boneka prajurit telah terbukti mampu mengeruk uang dalam jumlah besar.

Berikut adalah cara menambahkan suasana asyik daam rutinitas sehari-hari .”(Jordan E. Ayan, Bengkel Kreativitas,2002):
1. Ambil crayon dan buatlah gambar tentang kegembiraan anda.
2. Mainkan alat musik ringan seperti harmonika atau suling.
3. Ada acara “Spons Berjalan”, yaitu berjalan-jalan sambil menyerap ide dari pengalaman sepanjang jalan.
4. Bawa “kotak mainan” dan mainkan ketika kita berada dalam suasana buntu kreativitas.
5. Bermain lompat tali, gasing atau hula hup.
6. Luangkan untuk memulai hobi baru.
7. Rancang sebuah rumah pohon khayalan.
8. Mainkan musik dan menarilah.
9. Bermain dengan gumpalan malam dan cat minyak.
10. Pergilah bersepeda atau sepatu luncur.
11. Pakai topi dan aksesoris yang tidak biasa.
12. Baca buku lelucon.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
9 November 2009
Selengkapnya...

Kamis, 27 Agustus 2009

KENAPA HARUS ANGKLUNG PAK?

Di SMP Taruna Bakti, siswa akselerasi harus mengikuti program ekstrakurikuler ANGKLUNG. Tidak popular memang! Tapi tentunya sekolah melakukan hal ini bukan tanpa maksud dan pertimbangan, bahkan keputusan ini adalah salah satu hasil konsultasi sekolah dengan pihak psikolog yang menjadi konsultan bagi SMP Taruna Bakti dalam melaksanakan program akselerasi. Angklung adalah ekskul wajib, yang lainnya siswa dibebaskan untuk memilih ekskul seusai dengan minat dan bakat.
Oleh karena itu, sekolah harus terus melakukan sosialisasi baik kepada siswa maupun kepada orang tua tentang pentingnya siswa akselerasi untuk mengikuti akskul angklung ini. Karena setelah satu tahun berjalan, ternyata untuk calon siswa akselerasi ekskul ini tidak popular dan dengan berbagai alasan atau usaha , mereka cenderung ingin menolaknya.
Baiklah, mungkin kita harus langsung menguraikan alasan mengapa siswa akselerasi “diwajibkan” mempelajari angklung. Alasan tersebut adalah :
UNIK
Dari berbagai ekskul yang ada, mungkin hanya angklung yang bernuansa tradisional. Dan ini jelas unik! Keunikan ini memang ayak dijadikan alasan nomor satu. Di SMP Taruna Bakti, banyak siswa yang telah mengikuti berbagai les alat musik seperti gitar, piano, biola, drumband dan lainnya. Namun hampir tidak ada siswa yang mampu memainkan alat musik tradisional.
Dari keunikan ini, kami mengira bahwa atensi anak untuk mempelajarinya akan cukup tinggi walaupun dalam kenyataanya ternyata belum terjadi. Masih ada yang ragu untuk mempelajarinya. Saya yakin bukan karena alasan tidak suka, tapi takut akan sulit mempelajarinya. Ketidaktahuan tentang alat musik tradisional menjadi momok bagi siswa untuk mempelajarinya.
Tradisional memang unik untuk saat ini. Tradisional juga menunjukkan sebuah ke-adiluhung-an dari jenis musik yang satu ini. Bagaimana tidak, musik ini sangat mengutamakan permainan rasa. Satu hentakan dari tangan satu anggotanya akan sangat mempengaruhi tingkat kualitas dari suara yang dikeluarkan.
Sebenarnya, semua alat musik sangat dipengaruhi oleh perasaan namun perbedaannya dengan angklung adalah pada jenis bahannya yang unik. Bambu memang bisa menimbulkan bunyi yang keras, namun dengan sentuhan nenek moyang kita, bunyi itu tidak hanya sekedar keras namun juga indah.
Kelebihan lain adalah permainannya ini dimainkan secara berkelompok. Kalau alat musik lain masih bisa dimainkan secara individual, maka angklung ini hanya bisa dimainkan dengan baik jika dilakukan oleh orang banyak. Kelebihan ini membuat setiap anggota yang tergabung dalam grup angklung merasa memiliki peran yang sama dalam komunitas. Kekosongan satu posisi akan berdampak pada keharmonisan permainan secara keseluruhan.
Memang tidak perlu diuraikan secara lengkap karena penulis sendiri tidak pernah memainkannya, hanya menikmatinya. Namun tanpa mereka sadari, hikmah itu tumbuh dengan sendiri. Misalnya ketika mereka tampil di berbagai acara sekolah atau di sekoah lain, ketika mereka bermain buruk, mereka akan mengakuinya dengan jantan. Bahkan menyebutkan siapa yang beermain tidak baik. Juga ketika mereka akan ijin untuk tidak latihan, maka perasaan mereka menyadari bahwa absennya mereka akan membuat kelompok akan pincang.
Jadi, untuk anak-anak yang akan ”berusaha’ menolak untuk mengikuti ekskul ini, cobalah sedikit membuka diri untuk mencobanya. Pengalaman belajar kalian hanya dua tahun di sekolah ini, jadi cobalah sesuatu yang baru! Sesuatu yang belum pernah kita coba! Kalau ada siswa yang pernah dan juga sedang ikut les angklung, bersinergilah dengan teman-teman kalian untuk menghasilkan sebuah karya yang baik, bagus dan indah serta adiluhung.

MENYEIMBANGKAN RASA DAN AKAL
Nah ini yang paling penting untuk dipahami siswa maupun orang tua. Teori ini sudah lama ada dan memang sedang menjadi ”trend” di dunia pendidikan. OTAK KIRI DAN OTAK KANAN!
Otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta. Otak manusia memiliki tiga bagian dasar, yaitu :
Batang otak (Otak Reptilia)
Bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi motor sensorik.
Perilaku berkaitan dengan insting mempertahankan hidup, dorongan untuk mengembangkan spesies.
Perhatiannya adalah pada makanan, tempat tinggal, reproduksi, dan perlindungan wilayah. Otak reptil berperan dalam reaksi “Hadapi atau Lari”.
Sistem Limbik
Fungsinya bersifat emosional dan kognitif: Ia menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori, dan kemampuan belajar kita.
Otak ini pun mengendalikan system bioritme kita, misalnya pola tidur, lapar, haus, detak jantung, gairah seksual, temperatur dan kimia tubuh.
Neokortek
Merupakan tempat berhimpunnya semua kecerdasan yang lebih tinggi.
Fungsinya berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif, penalaran, perilaku waras, dan bahasa.Terdiri dari 12-15 juta sel saraf yang disebut neuron.
Sel-sel ini dapat saling berinteraksi melalui vibrasi disepanjang dendrit (cabangnya).
Kunci penghubung antara dendrit adalah myelin, protein lemak yang dikeluarkan oleh otak untuk melapisi hubungan antara dendrit ketika kita mempelajari suatu informasi baru.
Semakin sering informasi itu diakses maka mielinisasi semakin sempurna, dan semakin mudah bagi kita untuk mengingat informasi tersebut

Otak kanan dan kiri
Otak kiri

  1. Melakukan pengorganisasian pekerjaan teknis
  2. Pekerjaan teknis yang berulang
  3. Sesuatu pekerjaan yang berurutan
  4. Keterampilan berbahasa dan berpidato
  5. Keterampilan menulis (eksak dan linier)
  6. Sesuatu yang memerlukan rutinitas dan berulang
  7. Sesuatu yang rinci dan detail
  8. Kemampuan memperoleh data primer
  9. Berhubungan dengan data dan informasi
  10. Kemampuan matematis, garis lurus
Otak kanan
  1. Imajinasi, melukis
  2. Berpikir kreatif
  3. Mereka-reka, ngakal-akali
  4. Melucu, membuat “joke” yang reflektif
  5. Kemampuan melakukan artikulasi
  6. Menulis fiksi, imajinatif, nglamun
  7. Berpikir holistik, menyeluruh dan 3 dimensi (spasial)
  8. Melakukan pendekatan sistem
  9. Berpikir pola acak, abstrak
  10. Melakukan sintesa, penggabung-gabungan dll.

Masing-masing dari dua belahan otak bertanggung jawab atas cara berpikir yang berbeda-beda dan mengkhususkan diri pada kemampuan-kemampuan tertentu, walalupun penyilangan memang bisa terjadi dan anda memiliki potensi sama dengan orang-orang lain. Perbedaannya adalah bagaimana anda menggunakan otak anda.
Apabila seseorang lebih menekankan aspek otak kiri, maka kemampuannya dibidang akademis akan tinggi. Kemampuan analisa dan penyelesaikan soal-soal ilmu pasti akan sangat mudah dikerjakan karena kemampuannya berpikir logis dan sistematis serta matematis. Kemampuannya ini akan bermanfaat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan mengerjakan sesuatu yang membutuhkan pekerjaan tekhnis yang berulang, misalnya bekerja sebagai operator atau programer komputer.
Namun kelemahan dari ketidakseimbangannya dengan otak kiri adalah dalam hal kemampuannya mengolah rasa. Orang yang mengembangkan kekuatan otak kiri akan cenderung statis dan sulit bergaul dengan manusia lain karena dalam hubungan sosial mereka kering dari emosi. Kecenderungannya untuk egois menjadi sangat tinggi karena manusia dihadapinya dengan tahapan sistematis, padahal manusia bukanlah mesin yang dapat dianalisis secara pasti. Kelemahan lainnya adalah pada kemampuan berpikir imajinatif kreatif. Oleh karena itu maka apabila otak kanan dikembangkan lebih dominan maka akan terjebak pada pekerjaan yang rutin dan sulit untuk mengembangkan kemampuannya dalam melakukan hal-hal diluar kebiasaan, seperti proyek baru atau membuat sesuatu yang spontan dan diluar kebiasaan.
Begitu pula bagi orang yang hanya mengembangkan kemampuan otak kanan. Orang tipe seperti ini akan mudah terjebak pada pikiran yang imajinatif dan kurang dapat mengembangkan kemampuan analistis. Orang ”otak kanan” cenderung anti kemapanan karena lebih menyukai perubahan dan sesuatu yang baru. Pola pikirnya terlalu general atau menyeluruh sehingga sering mengabaikan hal-hal yang bersifat detail atau rinci dan bersifat tekhnis. Akibatnya mereka cenderung lebih mengutamakan intuisi dalam mengambil keputusan ketimbang analisis yang mendalam.
Mana yang akan kita pilih? Tentunya adalah keseimbangan antara dua kemampuan otak kanan dan kiri. Oleh karena itu, selain belajar dalam tempo yang lebih cepat maka siswa juga dituntut untuk mengikuti ekskul angklung sebagai aktivitas yang menyeimbangkan kemampuan otak kanan.
Nah dari uraian singkat tentang otak, khususnya tentang otak kiri dan otak kanan, maka tentunya kita ingin kedua sisi otak kita seimbang dan bisa memaksimalkan potensinya. Oleh karena itu, kita harus mencoba melakukan hal-hal yang bisa melakukannya, seperti bermain angklung. Sekolah pasti mempersiapkan apa yang terbaik bagi siswanya, begitu pula dengan orang tua! Namun demikian, sekolah tetap membuka diri terhadap masukan dan saran yang membangun bagi kemajuan pendidikan di sekolah kita, terima kasih!

10 Agustus 2009
Selengkapnya...

Sabtu, 15 Agustus 2009

MERANCANG STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK CERDAS ISTIMEWA (2)

STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertimbangan Dalam Pemilihan Strategi Pembelajaran
Dalam memilih strategi pembelajaran, guru harus mempertimbangkan beberapa hal agar strategi yang dibuat dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal, efektif dan efisien. Beberapa pertimbangan diutarakan oleh Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. dalam buku Strategi Pembelajaran diantaranya adalah :

Tujuan yang diharapkan.

  1. Ranah yang akan dicapai (Afektif, Kognisi atau Psikomotor)
  2. Tingkat kompleksitas materi yang akan disampaikan
  3. Tingkat keterampilan guru dan siswa yang tersedia
Bahan dan materi pembelajaran
  1. Bahan (fakta, konsep, hukum atau teori)
  2. Kerterhubungannya dengan materi sebelum dan sesudahnya
  3. Buku sumber yang tersedia
Siswa
  1. Tingkat pemahaman dan kematangan siswa
  2. Tingkat minat dan bakat serta kondisi siswa
  3. Gaya belajar siswa
  4. Lainnya
Berapa strategi dan metode yang harus dipersiapkan?
  1. Apakah kita memerlukan strategi cadangan?
  2. Memperkirakan tingkat efektifitas dan efisiensi?
Namun demikian, untuk menangani anak cerdas yang tergabung dalam kelas akselerasi, guru harus mengenal karakter sebagai bahan pertimbangan tambahan. Diantaranya adalah Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan, Tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia lebih tua darinya dan Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil. Dengan mengenal karakter tersebut maka guru telah dapat merancang sebuah strategi yang cerdas dan mampu memenuhi kebutuhan mereka yang haus akan tantangan dan sesuatu yang senantiasa baru.

Beberapa prinsip yang harus dikembangkan guru dalam membuat strategi pembelajaran anak akselerasi diantaranya ialah :
Interaktif, yaitu penciptaan lingkungan yang kondusif bagi proses pembelajaran dengan melibatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Aturlah siswa untuk memberikan kontribusi dalam persiapan sarana, sumber dan metode pembelajaran. Hal ini akan membuat siswa merasa sebagai pemegang peran dalam proses pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan mental dan intelektualnya.
Inspiratif, yaitu memungkinkan siswa untuk mencoba atau melakukan sesuatu yang baru. Pada dasarnya anak akselerasi telah memiliki bahan pengetahuan yang memadai untuk dirangkai dan disusun untuk menjadi sebuah ilmu. Guru dituntut untuk mampu mengeksplore potensi tersebut dengan menerapkan sebuah taktik yang santai, teknik diskusi dan metode aperspsi dan motifasi yang baik sehingga siswa merasa nyaman dan senang dalam melakukan proses pembelajaran.
Menyenangkan, atau dikenal dengan enjoyful learning. Menyenangkan dalam hal ini bisa menyangkut materi yang menantang, suasana yang bersih dan nyaman, dan metode yang bervariasi.
Menantang, dengan karakter yang selalu ingin mendalami sesuatu yang mereka sukai maka sebuah keharusan bagi guru untuk menyiapkan metode dan materi yang baru dan merangsang siswa untuk mencari informasi secara mandiri. Mungkin guru harus bisa mengurangi dominasinya dalam proses dan hanya mengarahkan tatkala mereka membutuhkan solusi bagi masalah yang berkembang dalam proses.
Motivasi, dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak sesuai dengan yang diharapkan strategi yang dikembangkan. Diantara siswa akselerasi tidak jarang kita menemukan semangat belajar siswa yang ng-drop secara tajam dan mendadak karena hal-hal tertentu dan guru harus cerdas, cepat dan tepat mengganti sebuah metode dengan metode lainnya.

Macam-Macam Metode Pembelajaran
Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat dijadikan bagian dalam merancang strategi pembelajaran bagi siswa cerdas istimewa. Dalam menetapkan sebuah metode, guru harus mampu melakukan improvisasi apabila menemukan suatu masalah atau kendala pada saat pelaksanaannya.

Pada tulisan ini hanya akan dibahas mengenai macamnya dan uraiannya akan kita tulis pada kesempatan lainnya. Beberapa metode tersebut adalah :
Ceramah, cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada kelompok siswa.
Demontrasi, menyajikan pelajaran dengan memperagakan dan menujukkan kepada siswa tentang sesuatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau tiruan.
Diskusi, metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dan pemecahan masalah.
Simulasi, cara penyajian melalui pengalaman dengan meniru kondisi tiruan untuk memahami konsep tertentu.
Selengkapnya...

MERANCANG STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK CERDAS ISTIMEWA (1)

Pernahkah kita merasa bahwa kegiatan pembelajaran di kelas selama ini sia-sia belaka. Mungkin kita pernah merasakan bagaimana materi dan ilmu yang kita berikan tidak membawa dampak perubahan tingkah laku terhadap siswa. Mereka masih juga melakukan sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan, seperti mencontek, rebut dan kurang sopan dalam bertutur kata. Kita mengajarkan ilmu matematika, namun siswa sulit memahaminya bahkan untuk sekedar berpikir logis sistematis sekalipun, kita mengajarkan agama dan moral tapi mereka tidak pernah melaksanakannya, kita mengajarkan kepada mereka cara melindungi dan memelihara lingkungan tapi mereka tetap saja membuang sampah sembarangan.

Apa masalahnya?
Pernahkah kita merenungkan mengapa hal itu terjadi? Mungkin apa yang kita lakukan selama ini hanya pada tataran menyampaikan teori dan materi tanpa diikuti kemampuan untuk menyampaikan pemahaman dan hakekat dari setiap materi yang disampaikan. Dan untuk itu kita harus belajar tentang strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran ini penting karena setiap mata pelajaran memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Oleh karena itu, proses penyampaiannya pun harus dengan strategi tertentu. Mari kita kupas bersama dan belajar bersama pula.
Pada tulisan ini, kita akan mencoba mengurai lebih khusus pada anak cerdas. Bukan sebuah kebetulan kalau anak cerdas relatif lebih peka dan kritis untuk menyikapi gaya dan metode pembelajaran di kelas ketimbang anak-anak lainnya. Sebuah karakteristik anak cerdas adalah sering mementingkan proses ketimbang hasil sehingga sering mereka ”rewel” dengan gaya pakaian dan sumber pembelajaran ketimbang memikirkan besaran nilai hasil ulangan atau ujian.

Memahami Hakekat Belajar
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan beberapa konsep, yaitu pertama, usaha sadar yang terencana. Kedua, diarahkan untuk mewujudkan suasana dan proses belajar. Ketiga, pendidikan diarahkan kepada pengembangan potensi diri yang berorientasi kepada siswa. Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan konsep diatas, kita menyadari bahwa pendidikan harus menghasilkan sebuah proses dan produk perubahan tingkah laku baik dari aspek kognisi, afeksi dan psikomotor.
Namun dalam kenyataanya, pendidikan di Indonesia belum sesuai dengan harapan. Ini tidak lepas dari masih adanya pandangan yang salah terhadap hakekat pendidikan itu sendiri dari guru sebagai ujung tombak pendidikan. Masih banyak pendidik yang menganggap bahwa pendidikan adalah proses pengalihan dan penyampaian ilmu dan menyerahkan sepenuhnya pemahaman serta pelaksanaannya kepada siswa semata. Padahal dalam pendidikan, proses pengenalan dan pelaksanaannya harus dilakukan secara seimbang dalam sebuah komunitas yang mendukung dan kondusif. Misalnya bertingkah laku sopan dan menghargai sesama manusia, sekolah harus mampu menciptakan suasana yang memberikan apresiasi terhadap segala hal yang berhubungan dengan etika, sopan santun dan menghargai manusia sebagai individu yang utuh. Itu semua harus terjalin secara sinergis antara guru, siswa dan orang tua. Tanpa itu semua, maka pendidikan sehebat apapun hanya akan berdampak sementara dan sekedar mengejar tujuan jangka pendek, ujian misalnya tanpa ada kesadaran dan keinginan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selengkapnya...

DOMINASI OTAK dan GAYA BELAJAR

TOOLS of LEARNING SKILLS

Fungsi bagian otak
Batang otak (Otak Reptilia)

  1. Bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi motor sensorik.
  2. Perilaku berkaitan dengan insting mempertahankan hidup, dorongan untuk mengembangkan spesies.
  3. Perhatiannya adalah pada makanan, tempat tinggal, reproduksi, dan perlindungan wilayah. Otak reptil berperan dalam reaksi “Hadapi atau Lari”.

Sistem Limbik
  1. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif: Ia menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori, dan kemampuan belajar kita.
  2. Otak ini pun mengendalikan system bioritme kita, misalnya pola tidur, lapar, haus, detak jantung, gairah seksual, temperatur dan kimia tubuh.

Neokorteks
  1. Merupakan tempat berhimpunnya semua kecerdasan yang lebih tinggi.
  2. Fungsinya berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif, penalaran, perilaku waras, dan bahasa.
  3. Terdiri dari 12-15 juta sel saraf yang disebut neuron. Sel-sel ini dapat saling berinteraksi melalui vibrasi disepanjang dendrit (cabangnya).
  4. Kunci penghubung antara dendrit adalah myelin, protein lemak yang dikeluarkan oleh otak untuk melapisi hubungan antara dendrit ketika kita mempelajari suatu informasi baru.
  5. Semakin sering informasi itu diakses maka mielinisasi semakin sempurna, dan semakin mudah bagi kita untuk mengingat informasi tersebut


DUA SISI OTAK KITA
SISI KIRI OTAK
AKADEMIS
Logika
Kata-kata
Angka
Matematika
Urutan

SISI KANAN OTAK
KREATIVITAS
Irama
Musik
Gambar
Imajinasi

Corpus Collosum
Menjalankan pertukaran informasi yang mengirimkan jutaan pesan per detik antara sisi kanan dan kiri

Fungsi Otak Kiri Bawah
  1. Melakukan pengorganisasian pekerjaan teknis
  2. Pekerjaan teknis yang berulang
  3. Sesuatu pekerjaan yang berurutan
  4. Keterampilan berbahasa dan berpidato
  5. Keterampilan menulis (eksak dan linier)
  6. Sesuatu yang memerlukan rutinitas dan berulang
  7. Sesuatu yang rinci dan detail
  8. Kemampuan memperoleh data primer
  9. Berhubungan dengan data dan informasi
  10. Kemampuan matematis, garis lurus

Otak kiri atas
  1. Berpikir logis
  2. Berpikir analisis
  3. Berpikir berdasarkan pengolahan data
  4. Menggunakan data, peristiwa dan informasi
  5. Perhitungan kuantitatif
  6. Mengembangkan rasionalitas
  7. Melakukan penalaran dari informasi dan data
  8. Membuat alur proses dan sistem
  9. Merumuskan masalah
  10. Melakukan proses data untuk diolah menjadi sesuatu yang lebih bermakna

Otak kanan atas
  1. Imajinasi, melukis
  2. Berpikir kreatif
  3. Mereka-reka, ngakal-akali
  4. Melucu, membuat “joke” yang reflektif
  5. Kemampuan melakukan artikulasi
  6. Menulis fiksi, imajinatif, nglamun
  7. Berpikir holistik, menyeluruh dan 3 dimensi (spasial)
  8. Melakukan pendekatan sistem
  9. Berpikir pola acak, abstrak
  10. Melakukan sintesa, penggabung-gabungan dll.

Otak kanan bawah
  1. Menikmati warna
  2. Musik
  3. Berhubungan Perasaan (emosi)
  4. Ketrampilan interpersonal
  5. Kinestetik
  6. Berhubungan dg estetika (keindahan)
  7. Menikmati seni
  8. Merasakan pengakuan diri
  9. Perenungan diri

Dominasi Otak dalam Berfikir
Cara kita mengatur dan mengolah informasi yang masuk ke dalam OTAK
Anthony Gregorc: ada dua kemungkinan dominasi otak
  1. Persepsi KONKRIT dan ABSTRAK
  2. Kemampuan pengaturan secara SEKUENSIAL (linear) dan ACAK (nonlinear)
Ini dapat dipadukan menjadi empat kombinasi perilaku yang disebut GAYA BELAJAR


Kits untuk menemukan gaya belajar anda (Cara Berfikir)
  1. Bacalah setiap kelompok kata-kata berikut yang terdiri dari empat kata/frase
  2. Tandailah dua buah pilihan yang paling baik menggambarkan diri Anda dengan cara melingkari huruf yang anda pilih pada lembar jawaban yang disediakan
  3. Tidak ada jawaban yang benar atau salah
  4. Setiap orang mungkin memberikan jawaban yang berbeda
  5. Anda hanya dituntut untuk menjawab secara jujur tentang gambaran diri anda

1.
Imajinatif
Investigatif
Realistis
Analitis

2.
Teratur
Mudah beradaptasi
Kritis
Penuh rasa ingin tahu
3.
Suka berdebat
Langsung pada permasalahan
Suka mencipta
Suka menghubung-hubungkan
4.
Personal
Praktis
Akademis
Suka bertualang
5.
Tepat
Fleksibel
Sistematis
Penemu
6.
Suka berbagi
Teratur
Penuh perasaan
Mandiri
7.
Kompetitif
Perfeksionis
Kooperatif
Logis

8.
Intelektual
Sensitif
Kerja keras
Mau mengambil resiko
9.
Pembaca
Suka bergaul
Mampu memecahkan masalah
Perencana

10.
Penghafal
Berasosiasi
Berpikir mendalam
Pemulai

11.
Pengubah
Penilai
Spontan
Mengharapkan arahan

12.
Berkomunikasi
Menemukan
Waspada (hati-hati)
Menggunakan nalar

13.
Suka tantangan
Suka berlatih
Peduli
Memeriksa

14.
Menyelesaikan pekerjaan
Melihat kemungkinan-kemungkinan
Mendapatkan gagasan-gagasan
Menafsirkan

15.
Mengerjakan
Berperasaan
Berpikir
Bereksperimen











  1. Jumlahkan jawaban Anda pada masing-masing kolom I, II, III, dan IV.
  2. Kalikan masing-masing kolom dengan 4
  3. Kotak dengan jumlah terbesar menjelaskan dengan cara apa Anda paling sering mengolah informasi
  4. Petakan diri Anda pada grafik

SEKUENSIAL KONKRIT
  1. Berpegang pada kenyataan
  2. Proses informasi dengan cara linear, teratur, dan sekuensial
  3. Realitas adalah apa yang diketahui melalui indra fisik: sentuhan, penglihatan, peraba, pendengaran, penciuman
  4. Lebih tertarik dan mengingat rumus-rumus, informasi spesifik, kejadian-kejadian, dan peraturan
  5. Cara belajar yang baik baginya adalah metode praktek
  6. Mengatur tugas-tugas secara bertahap
  7. Menyukai pengarahan atau prosedur
  8. Pebisnis yang baik

Kiat belajar bagi tipe SK
  1. Bangunlah kekuatan organisasional Anda
  2. Aturlah hari-hari anda secara realistis
  3. Buatlah jadwal teratur mengenai aktivitas/belajar Anda
  4. Ketahuilah semua detail yang diperlukan
  5. Pastikan Anda mengetahui segala sesuatu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas Anda
  6. Bagilah tugas anda menjadi beberapa tahap
  7. Tentukan tenggat waktu supaya Anda tidak merasa harus terburu-buru
  8. Aturlah lingkungan kerta yang tenteram
  9. Ketahuilah apa saja yang dapat mengganggu konsentrasi belajar Anda dan singkirkanlah segera

ACAK KONKRIT
  1. Sikap eksperimental yang diiringi perilaku kurang terstruktur
  2. Berpikir berdasarkan kenyataan
  3. Melakukan pendekatan coba-coba
  4. Berpikiran kreatif
  5. Termotivasi untuk memakai cara sendiri
  6. Lebih berorientasi pada proses daripada hasil
  7. Jika punya proyek sering tidak berjalan sesuai rencana

Kiat jitu bagi pemikir AK
  1. Gunakan kemampuan berpikir Divergen
  2. Temukan ide-ide inovatif
  3. Lihatlah segala persoalan dari banyak arah
  4. Siapkan diri untuk memecahkan masalah
  5. Cermati waktu
  6. Berikan tenggat waktu untuk tiap tugas
  7. Usahakan untuk menyelesaikannya
  8. Terimalah kebutuhan Anda untuk berubah
  9. Jangan monoton
  10. Ubahlah situasi agar tak bosan
  11. Carilah dukungan bagi diri Anda
  12. Carilah orang yang setipe dan berhasil

SEKUENSIAL ABSTRAK
  1. Realitas bagi pemikir SA adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak
  2. Suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi
  3. Sangat menghargai orangbatau peristiwa yang teratur rapi
  4. Menyukai hal-hal yang penting, detil
  5. Proses berfikir logis, rasional, dan intelektual
  6. Aktivitas favorit adalah membaca dan meneliti
  7. Lebih suka bekerja sendiri daripada kelompok
  8. Para filsuf dan ilmuwan

Kiat belajar bagi tipe SA
  1. Latihlah logika anda
  2. Ubahlah masalah menjadi situasi yang bersifat teoritis/logis dan pecahkan dengan cara itu
  3. Perbanyak rujukan anda (informasi)
  4. Bacalah secara detail hal-hal yang mendukung penyelsaian tugas Anda
  5. Upayakan keteraturan
  6. Buatlah langkah-langkah dan waktu yang diperlukan untuk melewati setiap langkah tsb.
  7. Analisislah orang-orang yang berhubungan dengan Anda
  8. Pahami dan tirulah gaya orang lain yang telah berhasil

ACAK ABSTRAK
  1. Dunia nyata bagi orang tipe AA adalah dunia perasaan dan emosi
  2. Menyerap ide/informasi/dan kesan dan mengaturnya dengan refleksi
  3. Hal ini membutuhkan waktu yang lama sehingga orang lain tidak menyangka kalau orang bertipe AA punya reaksi atau pendapat
  4. Tidak menyukai keteraturan
  5. Berpikir secara holistik
  6. Bekerja lebih baik pada situasi kreatif
  7. Perlu kerja keras jika berada pada situasi yang sangat teratur

Kiat belajar bagi tipe AA
  1. Gunakan kemampuan alamiah Anda untuk bekerjasama dengan orang lain
  2. Carilah orang yang bisa diajak kerjasama
  3. Ketauilah betapa kuat emosi mempengaruhi konsentrasi Anda
  4. Selesakan persoalan pribadi dengan cepat
  5. Hindari orang-orang negatif
  6. Bangunlah kekuatan belajar dengan berASOSIASI
  7. Lihatlah gambaran yang besar
  8. Cermati waktu
  9. Gunakan isyarat-isyarat VISUAL
Selengkapnya...

SELAMAT BELAJAR DI KELAS AKSELERASI ANAK-ANAKKU!

Ini bukan takabur karena kalian memang telah dianugrahi Tuhan dengan sebuah kelebihan yang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Populasi kalian hanya 2 – 5% dari sebuah komunitas sehingga kalian memang memiliki kelebihan itu. Tapi semoga saja kalian benar-benar memahami kelebihan secara baik dan dimaksimalkan untuk kebaikan kalian sendiri, orang tua, bangsa dan agama.
Namun sebagai orang tua, kami hendak memberikan beberapa petuah yang mungkin akan berguna bagi kalian selama belajar di kelas akselerasi. Petuah ini adalah buah dari pengalaman kami menyelenggarakan akselerasi selama 8 tahun. Sebuah perjalanan yang cukup panjang walaupun tidak bisa juga disebut sebagai waktu yang cukup untuk menjadi lebih bijak. Pengalaman-pengalaman ini penting diidentifikasi sehingga dapat dijadikan bahan renungan dan pengalaman yang bermanfaat.
Beberapa petuah tersebut diantaranya :
JANGAN PERNAH TAKABUR
Kelebihan yang Tuhan berikan kepada kita adalah bekal yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengabdi pada orang tua, masyarakat, bangsa dan agama. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk menjadikan kelebihan itu sebagai alasan untuk sombong.
Dengan kelebihan yang kita miliki saja -dalam hal ini potensi intelektual- orang sudah melihat kelebihan kita, sehingga apabila kita kemudian sombong maka orang lain akan menjadi antipati dan tidak lagi menghargai kelebihan yang kita miliki tersebut.
Tugas kita saat ini adalah bagaimana mewujudkan potensi kita bisa bermanfaat bagi orang lain, misalnya untuk sekolah, teman atau orang tua. Mereka tidak mau peduli dengan potensi kita apabila semua itu tidak bisa kita buktikan dengan karya nyata yang bisa mereka akui sebagai sebuah prestasi.
JANGAN PERNAH TAKUT DAN RAGU
Kita, selama ini dididik untuk selalu sama dan sejajar dengan orang lain, padahal setiap kita memiliki perbedaan dan kelebihan masing-masing. Kebiasaan ini pada akhirnya membuat kita takut bila dikatakan berbeda. Kita merasa lebih nyaman ketika dianggap sama dengan kebanyakan orang, dan disaat kita harus melakukan yang berbeda, maka kita menjadi ragu.
Begitu pula dengan kelas akselerasi. Ketika kalian masuk akselerasi yang hanya belajar dua tahun dan jumlah siswanya sedikit, maka terlintas rasa takut dan ragu menyelimuti hati dan pikiran kita. Padahal ketakutan itu, keraguan itu, adalah karena ketidaktahuan kita terhadap sesuatu yang baru tersebut.
Beberapa ketakutan yang umum menghinggapi siswa akselerasi adalah tentang pertemanan, menumpuknya tugas dan ulangan, dipandang ”aneh”, atau merasa dituntut lebih dari siswa yang lain. Padahal akselerasi seyogyanya tidak membedakan siswanya dari program lainnya, namun hanya pada proses dan metode belajarnya. Dan masalah pertemanan bukan karena kalian diakselerasi atau bukan namun lebih disebabkan oleh cara kalian berteman dan bersikap.
Jadi, mengapa masih ragu dan takut kalau ketakutan dan keraguan itu akan menghalangi kita untuk lebih berprestasi?
BUATLAH WAKTU YANG SINGKAT MENJADI WAKTU YANG PALING BERKESAN
Dua tahun belajar sering dijadikan alasan kalian atau orang tua untuk memandang sebelah mata program ini. Ada yang menganggap bahwa dengan dua tahun maka beban akan terasa berat atau dengan dua tahun, tidak memiliki signifikansi dalam meraih kesuksesan.
Setahun bukanlah waktu yang pendek bagi kalian untuk mampu berbuat lebih baik daripada teman-teman kalian yang lain. Kalau kita analogikan dengan teori relatitifitas Einstein, anggap saja sekarang kalian sedang menaiki sebuah pesawat menuju Bali sementara teman kalian direguler naik bus travel menuju tempat yang sama. Karena kalian sampai ditujuan lebih cepat maka kalian bisa memanfaatkan kelebihan waktu itu untuk melakukan hal-hal yang berguna dan paling mengesankan dalam hidup kalian dan belum tentu bisa dilakukan teman kalian yang lain.
Untuk itu, kalian harus sudah merancang secara garis besar rencana kalian yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian maka kalian tidak akan menyesali telah memiliki waktu lebih banyak daripada yang lain.
HINDARI SIKAP EGOIS
Terkadang egois itu perlu, khususnya bila berhubungan dengan prestasi dan berbuat baik. Mementingkan diri sendiri adalah naluri manusia, namun yang harus kalian sadari bahwa mementingkan diri sendiri akan menjadi benturan ketika suatu saat kalian memerlukan orang lain. Selama di akselerasi kalian mungkin bisa mengekspresikan kelebihan dan keunikan itu secara bebas, namun ketika berhubungan dengan orang lain di lingkungan yang lebih besar, maka kalian harus pandai menyesuaikan diri.
Dikelas lain, kalian akan melihat banyak juga yang memiliki keunikannya sendiri, namun terbiasa untuk menyesuikan dengan lingkungan dimana mereka berada. Oleh karena itu, sikap egois karena merasa lebih baik harus dan wajib dihindari. Bergaul dengan semua usia, kelas atau kebiasaan akan membuat kalian peka dalam menyelami perasaan orang lain. Dan itu adalah bekal paling penting dalam meraih kesuksesan dimasa depan ketimbang intelektual semata.
TERUS OPTIMIS DAN BERUSAHA UNTUK MENJADI LEBIH BAIK
Optimis ketika menghadapi masalah dan terus berusaha untuk mencari solusi dan menyelesaikannya adalah sebuah keterampilan yang membutuhkan kemampuan intelektual yang cukup tinggi. Dan kalian memiliki bekal kemampuan itu!
Jangan pernah menghindari masalah apakah itu masalah pertemanan, tugas sekolah, keluarga atau masalah lainnya. Berbicaralah dengan orang tua, guru atau sahabat dan coba untuk mencari akar penyebab dari masalah yang kalian hadapi, mencari solusi penyelesaian dan melakukan pilihan terbaik. Masalah yang kita hadapi akan membuat kita semakin dewasa dalam berpikir dan bertindak.
Jadi, selamat belajar anak-anakku.

Bandung, 15 Agustus 2009
Selengkapnya...

Sabtu, 08 Agustus 2009

MENGAPA MASIH RAGU

(Ditulis untuk orang tua siswa cerdas istimewa)

“Saya masih ragu pak kalau anak saya itu mampu belajar di kelas akselerasi!”
Ini pernyataan kesekian kalinya dari seorangg ibu yang sama. Mungkin juga mewakili beberapa orang tua yang menitipkan anaknya dalam program akselerasi.
Saya tidak ingin membahas tentang program akselerasi-nya, namun saya lebih tertarik pada ”keraguan” orang tua terhadap kemampuan anaknya. Program akselerasi adalah salah satu bentuk layanan terhadap siswa yang termasuk kategori cerdas istimewa. Program ini dirancang sebenarnya untuk memberikan ruang yang luas kepada siswa CI untuk mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan kecerdasannya dalam ranah akademis dengan menyelesaikan masa belajar lebih cepat (dan ini dijamin Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional).
Jadi program akselerasi adalah sebuah layanan untuk siswa yang dianggap (melalui pengujian dan observasi yang komprehensif) siap untuk mengikuti program akselerasi. Berarti siswa yang dinyatakan siap untuk mengikuti program ini adalah siswa yang telah melalui berbagai pertimbangan baik dari aspek akademis, prestasi pada saat SD, IQ dan komitmen serta kreatifitas.
Namun masih ada orang tua yang berkata,”Saya masih ragu pak kalau anak saya itu mampu belajar di kelas akselerasi!”
Ini bukan hanya masalah akselerasi atau bukan. Ini masalah pengetahuan dan pengamatan orang tua terhadap kemampuan anaknya yang kemudian akan menjadi landasan bagi orang tua untuk kemudian memandang anak dalam kehidupannya sehari-hari.
Nah, masalahnya adalah sejauh mana orang tua kemudian telah mengenal anaknya lebih dalam dari sekedar menilai secara kasat mata. Ada orang tua yang tidak percaya anaknya genius karena selama ini anaknya tidak atau belum menunjukkan dalam sikapnya sehari-hari.

ANAK SAYA PEMALAS!
”Anak saya males belajar pak , bahkan untuk mengejar PR pun harus berantem dulu”.
Jadi, apa yang dilihat orang tua adalah ”Malasnya” anak dan bukan menyentuh akar permasalahan yaitu mengapa anak menjadi malas untuk belajar atau mengerjakan PR.
Seorang anak menjadi ”malas” bisa disebabkan beberapa faktor, misalnya lingkungan belajar (Sekolah dan keluarga) yang tidak mampu merangsang anak untuk memaksimalkan kemampuannya, anak merasa jenuh dengan kegiatan belajar yang monoton, guru atau orang tua terlalu memaksakan jenis tipe atau metode belajar tertentu, orang tua atau guru terlalu membebani anak untuk mencapai target tertentu. Sebab-sebab diatas harus menjadi pusat perhatian orang tua dan guru sehingga tidak hanya bisa menyalahkan anak ketika muncul sikap malas dalam belajar.
Tentang lingkungan yang kurang kondusif, tentunya semua orang tahu bahwa masih ada guru yang menjalankan proses pendidikan yang bersifat satu arah, merasa menjadi satu-satunya sumber ilmu yang absah dan menjalankan metode pengajaran yang tradisional. Ini bukan masalah usia, jam terbang atau bagus/buruknya sekolah. ini masalah paradigma sang guru memandang sebuah proses pendidikan.
Masih ada guru yang memandang proses pembelajaran di sekolah hanya merupakan ”Transfer of Knowledge” dari guru sebagai pemegang otoritas keilmuan kepada siswa yang dianggap masih ”polos, lugu dan bersih” dari sebuan ilmu pengetahuan. Pandangan ini akan berakhir pada proses pembelajaran yang bersifat satu arah, centralistis dan cenderung otoriter.
Apabila masih ada sebuah proses pembelajaran seperti ini, tidak mustahil anak menjadi jenuh dan merasa ”terpaksa” untuk belajar. Tekanan dalam proses pembelajaran akan menimbulkan suasana yang kurang menyenangkan bagi siswa untuk belajar karena mereka merasa hanya menjadi objek dari sebuah proses, padahal hakekat belajar adalah ”proses perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri seseorang sebagai hasil dari akhir dari sebuah proses aktivitas tertentu dimana siswa adalah subjek dan objek pembelajaran itu sendiri”. Sehingga keterlibatan siswa sangat penting dan menjadi sesuatu yang pokok sehingga siswa diakui keberadaannya sebagai seorang individu yang utuh.
Begitu juga dengan orang tua! Masih ada orang tua yang memandang bahwa proses perkembangan anaknya harus sesuai dengan paradigma, keinginan dan bayangan orang tua. Tidak akan akstrim dan sadar memang! Banyak orang tua merasa dirinya sangat demokratis memberikan kebebasan kepada anaknya, padahal disadari atau tidak , ketika anaknya mengambil sikap bersebrangan dengan orang tua maka otoritas orang tua dikeluarkan.
Penyebab lainnya adalah orang tua melakukan pemaksaan jenis atau metode belajar tertentu kepada anaknya. Dirumah, orang tua selalu merasa telah melakukan berbagai cara untuk ”mengawal” anaknya dalam melakukan kegiatan belajar. Yang menjadi masalah adalah, apakah orang tua telah tepat memberikan alternatif jenis metode belajar yang tepat kepada anaknya?
Jadwal yang ketat, fasilitas yang lengkap dan alokasi waktu yang terukur dianggap telah memenuhi syarat bagi si anak untuk belajar dengan benar, padahal setiap anak memiliki karakter unik sehingga metode belajarnya pun berbeda. Apabila metode belajarnya tidak tepat, maka berapa jam pun anak belajar tidak akan bisa menghasilkan pemahaman yang optimal. Ada dua kemungkinan bila metode belajar tidak tepat. Pertama, anak akan frustasi karena belajarnya tidak mampu memaksimalkan pemahamannya terhadap sebuah materi. Kedua, anak akan mampu memahami sebuah materi dan berprestasi baik namun dengan kerja keras dan ekstra energi. Sehingga kegiatan belajar menjadi sesuatu yang melelahkan dan menjenuhkan.
Begitu juga guru! Masih banyak guru yang menyeragamkan metode pengajaran sehingga keanekaragaman karakter siswa didik dinafikan. Dengan alasan jumlah siswa yang sangat banyak dan waktu yang terbatas, sudah cukup bagi guru untuk cuci tangan dari kewajiban memberikan layanan yang ”mendekati” pemenuhan kebutuhan siswa sesuai dengan karakternya.
Untuk mengatasi masalah seperti ini, guru maupuan orang tua dituntut untuk terus menambah wawasan dan pengetahuan tentang berbagai gaya belajar dan berbagai karakter anak. Hal ini sudah diulas banyak dalam berbagai buku tentang belajar.

ANAK SAYA NAKAL
”Wah saya merasa senang anak saya masuk akselerasi. Karena kalau dia ada di kelas reguler, saya takut dia menganggu teman atau gurunya!”
Kalimat ini juga sering saya dengar dari orang tua sehingga terkesan kelas akselerasi ini adalah bengkel sikap bagi siswa yang nakal. Masalahnya adalah seberapa paham, orang tua dan siswa terhadap kepribadian anak ketika sampai pada kesimpulan anaknya nakal.
Sama halnya dengan sikap malas anak-anak kita, maka sikap nakal siswa merupakan sebuah akibat dari sebuah kondisi yang kurang nyaman bagi siswa dalam belajar. Kekurangjelasan guru dalam menerangkan sebuah materi atau kekurangakuratan data yang ditujukkan guru dapat memunculkan rasa kepenasaran yang tinggi bagi siswa untuk mempertanyakannya lebih lanjut.
Siswa yang termasuk kategori Cerdas memiliki karakteristik untuk mempertanyakan segala hal. Alasan mereka menanyakan segala bisa jadi karena mereka telah merasa lebih tahu tentang sesuatu dan bermaksud untuk mencocokannya dengan data yang dimiliki guru atau orang tua. Hal ini sering disalahpahami seolah mereka sedang menguji atau meragukan kemampuan guru. Alasan lainnya adalah karena ketertarikan mereka terhadap materi tertentu. Pertanyaan akan berantai dan terkesan sangat rinci. Bila guru tidak memahami hal ini maka akan mudah memberikan label kepada mereka sebagai siswa cerewet atau bawel yang selalu mempermasalahkan hal-hal sepele.
Untuk menghadapi anak seperti ini memang diperlukan sebuah strategi yang baik dan sistematis sehingga apa yang kita terangkan dapat dipahami oleh mereka secara utuh. Namun kalau pun siswa tetap bertanya dan mencecar kita dengan berbagai argumen, maka guru dituntut untuk bijak dalam menyikapi. Sering penulis menemukan sebuah ”kebenaran” dan ”pencerahan” justru dari lontaran maupun ungkapan mereka yang cerdas dan spontan.

ANAK SAYA PEMBERONTAK
”Semoga di kelas akselerasi kelak, guru dapat membantu saya untuk menangani anak saya yang sering bermasalah dengan gurunya karena dianggap suka menentang”
Mereka adalah anak-anak pemberontak! Mungkin itu yang ada dalam bayangan kita ketika mereka mempertanyakan segala peraturan dan kondisi lingkungan yang kita anggap sudah final dan mapan.
Pada prinsipnya, mereka hanya menanyakan alasan logis mengapa suatu peraturan, adat, budaya, kebiasaan atau sebuah pernyataan itu ada. Mungkin mereka tidak pernah membayangkan bahwa pertanyaan dan sikapnya bisa menimbulkan kesalahpaham dari guru atau orang tua, namun terkadang kita sendiri yang terlalu dini menyatakan mereka tidak mau menurut atau mengikuti aturan yang sudah ada.
Logis dan rasional! Itu saja!
Ketika mereka dilarang keluar malam oleh orang tua, mereka akan menanyakan mengapa hal itu diberlakukan bagi dirinya. Berikan alasan yang logis tidak ketika mereka akan keluar malam, tapi berikan pemahaman, alasan dan kekhawatiran kita mengapa kita memberlakukan jam malam dihari-hari tertentu dan tidak memberlakukannya dimalam-malam tertentu. Ketika mereka menanyakan mengapa anak seusia mereka tidak boleh merokok sementara ayahnya merokok. Mengapa tidak boleh membawa handphone ke sekolah sementara gurunya aktif mempergunakan HP di sekolah.
Berikan mereka alasan yang logis dan tanggapi semua serangannya dengan alasan-alasan yang rasional dan objektif. Jawaban “itu sudah dari sananya”, “jangan banyak tanya”, “guru dan murid beda aturan” atau “Papa sudah punya uang sendiri” tidak akan cukup memuaskan mereka.
Bahkan yang menarik, sering mereka menanyakan sebuah aturan atau sangsi bukan karena mereka melanggar, tapi dengan tujuan untuk membela teman-temannya. Ini juga sering penulis temui dalam proses pembelajaran di kelas akselerasi. Guru dan orang tua harus membuktikannya langsung bahwa mereka adalah orang yang kaya pengalaman dan orang yang bijak. Semoga bisa!
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menjadi motivasi bagi orang tua dan guru untuk lebih memahami mereka. Anak-anak cerdas istimewa.

Bandung, 8 Agustus 2009
Selengkapnya...

Jumat, 31 Juli 2009

CARA AGAR SISWA MUDAH MENGINGAT?

“Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa dengan cepat dan siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan lebih cepat”
Sebagai guru tentunya kita sering menemukan kasus dimana siswa sering melupakan materi yang telah diajarkan atau dibahas di depan kelas. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi guru karena hal tersebut berhubungan dengan metode dan cara seorang guru dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran. Namun hal ini sering kurang dipahami guru sehingga sering pula guru menekankan kesalahan itu kepada siswa dengan tuduhan kurang memperhatikan, tidak konsentrasi atau tidak serius menyimak pelajaran.
Hal ini tentunya tidak selamanya benar, karena menurut sebuah penelitian yang diungkap dalam buku Active Learning yang disusun oleh Melvin L.Silberman, bahwa pada umumnya guru yang menggunakan metode ceramah berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Jika siswa benar-benar berkonsentrasi menyimak perkataan guru maka mereka akan mengingat sekitar 50 sampai 100 kata permenit. Bayangkan bila guru terus berbicara selama 45 menit atau lebih? Sementara siswa dapat menyimak materi hanya 70% dari sepuluh menit pertama dan 20% di sepuluh menit terakhir. Jadi siapa yang salah kalau siswa tidak bisa mengingat materi dari gurunya?.
Untuk mengatasi hal tersebut maka guru dituntut untuk mampu merancang sebuah metode pengajaran yang efektif dan efisien. Artinya bagaimana guru bisa meminimalisir dominasi guru di kelas (terutama dalam hal berbicara) dan siswa dapat lebih banyak mengingat dan memahami materi yang diterima dalam satu waktu pelajaran.
Karena peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka idealnya guru harus mampu menggabungkan berbagai gaya belajar siswa, mulai dari yang dominan belajar dengan gaya audio, visual maupun kinestetik. Namun pada kenyataannya guru dihadapkan pada kendala teknis yang membuat gabungan gaya belajar tersebut menjadi sulit diterapkan di kelas. Oleh karena itu guru kembali dituntut untuk mampu menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan dan bisa menarik sebanyak mungkin perhatian dan minat siswa.
Berikut ada beberapa metode yang ditawarkan oleh banyak pakar dalam menyiasati kendala diatas, diantaranya adalah dengan :
Siswa diminta untuk mengemukakan kembali informasi dengan kalimat mereka sendiri
Guru mampu memberikan contoh yang dekat dengan kehidupan dan pengalaman mereka sehari-hari
Menerangkan dalam berbagai bentuk informasi (lisan, model, gambar, suara) dan situasi
Mengaitkan suatu materi dengan fakta atau gagasan lain yang tengah berkembang dilingkungan siswa
Menjelaskan dengan berbagai cara (berdiri, bergerak, intonasi dan mimik) atau melalui ceramah, latihan dan diskusi
Membuat lawan atau kebalikan ( sesuatu yang ganjil lebih mudah diingat) dari materi yang diterangkan
Tentunya metode tersebut harus ditunjang dengan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Dimana guru mampu menghadirkan suasana yang nyaman sehingga siswa mampu mengaktualisasikan dirinya tanpa hambatan dari rasa ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan kesalahan. Dalam merancang suasana yang aktif dan menyenangkan tersebut tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru, diantaranya :
Tidak semua belajar aktif berarti bersenang-senang dan bermain-main. Guru harus mampu menerangkan tujuan pokok atau indikator yang harus dipahami siswa dalam sebuah prose pembelajaran
Tetap menjaga konsentrasi siswa pada tema atau materi yang sedang dipelajari. Hal ini penting karena dalam membangun suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, pertanyaan dan pembahasan siswa cenderung melebar dan mendalam.
Lebih rinci dalam mengatur waktu. Kegiatan yang berpusat pada siswa melahirkan sebuah konsekuensi waktu pembalajaran yang lebih lama sehingga siswa dapat maksimal mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar tersebut
Tidak terjebak pada metode baku yang monoton atau menjemukan. Belajar aktif akan sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengakomodasi masukan dan usulan dari siswa tentang cara belajar. Misalnya siswa akanmengusulkan belajar pasar langsung di kantin sekolah atau langsung pergi ke pasar dekat sekolah.
Merangsang siswa untuk mau berkompetensi secara individual maupun kelompok dengan standar yang telah disepakati bersama
Guru berada pada posisi untuk memberikan makna dari setiap materi yang ditemukan siswa. Kurang pengalaman dan pengetahuan siswa secara utuh akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang bias atau menyimpang dan guru wajib membenahi tanpa berarti menyalahkan.
Mempersiapkan metode dan perlengkapan dengan matang, karena kurangnya persiapan justru akan memakan waktu lebih banyak khususnya bila metode tersebut pertama kali dilaksanakan.
Lakukan evaluasi timbal balik dengan menggunakan tanya jawab atau kuisioner dari metode yang telah dilaksanakan sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang masih terjadi dalam metode tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita sebagai guru dalam mendampingi siswa belajar dan lebih lama mengingat dan memaknai materi.
Imam Wibawa Mukti,S.Pd (Koordinator akselerasi SMP Taruna Bakti).
Selengkapnya...

BERPIKIR HISTORIS....!


(BAGAIMANA MENGEMBANGKAN SIKAP TOLERANSI ANTAR AGAMA DAN MEMAHAMI SEJARAH DALAM KONTEKS KEKINIAN…?)

Ketika pertama kali mengajar IPS terpadu, yang saya khawatirkan adalah bagaimana saya harus mengajar sejarah. Sebuah mata pelajaran yang penuh dengan hapalan dengan deretan kejadian dengan angka-angka yang menunjukkan waktu peritiwa itu terjadi. Lantas apa yang harus saya lakukan menghadapi tanggung jawab ini?
Akhirnya saya mengambil sikap untuk mengajar sejarah dari sudut pandang yang berbeda ! Sejumlah fakta sejarah dan segala legenda atau aksesoris cerita lainnya yang sering membuat sejarah menjadi bias, saya serahkan kepada siswa untuk menghapalkannya. Tugas saya sekarang adalah bagaimana saya mencoba menggali hikmah, makna dan nilai dari setiap peristiwa yang pernah dialami oleh bangsa ini.
Dan sejalan dengan waktu, saya semakin memantapkan diri untuk mengembangkan sebuah misi pribadi yang lebih khusus, yaitu ingin membangun sebuah kesadaran utuh pada siswa siswi untuk saling menghormati hak paling asasi manusia, yaitu AGAMA. Hal ini merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap sikap dari sebagian kecil masyarakat Indonesia yang belum bisa melapangkan dada dengan perbedaan, khususnya agama. Masih ada penganut dari agama-agama yang ada di Indonesia untuk menunjukkan eksistensi melalui simbol, baju, ritual dan jumlah.
Bukan tidak penting simbol, bukan tidak penting jumlah, namun tentunya yang jauh lebih hakiki dari adanya agama adalah terciptanya kehidupan yang damai, harmonis dan seimbang. Sehingga merupakan sebuah kebodohan dan kemunduran apabila kita mengotorinya dengan hal-hal berbau anarkisme, kekerasan, pembunuhan dan darah.

Misi Pertama.....
Misi ini terasa berat ketika pertama kali saya mengajar tentang sejarah perkembangan agama Hindu dan Budha di Indonesia. Banyak sekali siswa yang belum memahami hakekat dari setiap agama sehingga terkesan mempermainkan, melecehkan dan bercanda ketika saya menerangkan tentang Dewa-Dewa agama Hindu. Misalnya sekitar anggapan bahwa Agama Hindu itu Tuhannya banyak, mengapa bentuk Dewa itu aneh, apa itu reinkarnasi, mengapa ada kasta, ngaben dan sebagainya. Pertanyaan itu sebenarnya juga pernah muncul di benak saya ketika masih remaja dan saat itu saya tidak pernah mendapatkan jawaban yang bijak selain penguatan akan miringnya pandangan kita tentang agama Hindu dan Budha.
Sekarang saya sendiri yang harus menjawab pertanyaan itu! Akhirnya jalan satu-satunya adalah dengan membaca sendiri buku tentang kedua agama tersebut. Dan apa yang saya dapatkan dari kegiatan membaca tersebut? Pencerahan….!
Saya mendapatkan jawaban-jawaban yang selama ini terpendam dalam benak saya dan siswa-siswa saya. Beberapa hal yang saya temukan adalah :
Banyaknya Dewa dalam agama Hindu, Reinkarnasi, Kasta, Kremasi, dan nilai filosofi dari kedua agama tersebut. Terlepas dari uraian yang panjang tentang hal-hal tadi, yang terpenting adalah bagaimana saya menjelaskan kepada siswa tentang bahwa sebenarnya pandangan miring atau anggapan-anggapan yang salah selama ini tidak terlepas dari ketidaktahuan dan ketidakmauan kita untuk mempelajari dan memahami nilai-nilai agama di luar agama kita sendiri.
Itu wajar, jangankan mempelajari agama orang lain, mempelajari agama sendiri saja sering siswa merasa sulit dan enggan dengan berbagai alasan. Oleh karena itu, minimal tugas guru dan orang tua untuk berperan aktif menyampaikan pentingnya saling memahami dan terus meningkatkan rasa hormat kepada agama lain sebagaimana kita pun ingin dihormati oleh agama lain. Tanamkan bahwa ketakutan, kekhawatiran dan pandangan miring kita terhadap agama lain, tidak lain hanyalah karena ketidaktahuan kita tentang agama orang lain.
Dan yang lebih penting lagi adalah, orang tua dan guru memberikan teladan yang baik dengan melakukan tindakan, mengeluarkan ucapan dan pikiran secara bijak ketika berbicara tentang perbedaan kepercayaan ini. Dan mempraktekan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Janganlah memperuncing kebencian terhadap agama yang berbeda, terlepas dari berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh hampir semua agama yang ada di dunia ini.

Dari tindakan-tindakan kecil tadi, kita berharap dimasa datang akan muncul sebuah masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran dan pemahaman yang tinggi akan pentingnya menghoramti keyakinan orang lain, yang berbeda dari kita. Agama apapun itu….!
Ada sebuah pernyataan menarik dari seorang anak muda beragama Hindu dari Bali yang seharusnya mampu menjadi bahan renungan kita semua, “ janganlah mengaku-ngaku agama kita paling toleran apabila isi dakwahnya justru menebarkan kebencian terhadap agama lain! Jangan merasa diri paling toleran apabila kita masih memandang agama lain sebagai agama yang sesat. Apabila kita ingin melihat tingkat toleransi sebuah agama, maka dengarkan saja apa yang pendakwah mereka katakan tentang sesuatu dari agama orang lain”

Misi Kedua…
Melalui sejarah juga saya memiliki misi untuk kembali menata ulang pemikiran kita tentang sejarah. Sejarah bukanlah cerita masa lal dengan sederet fakta dan peninggalan lainnya. Sejarah lebih bermakna sebagai belajar hidup dari pengalaman untuk melakukan sesuatu lebih baik untuk hari ini dan masa depan.
Kekeliruan pikiran ini tidak lepas dari cara seorang guru mengajar mata pelajaran sejarah itu sendiri. Bisa kita rasakan dahulu, bila belajar sejarah maka yang akan diajarkan dan dievaluasikan tidak pernah lebih dari menghapal kejadian demi kejadian dari aktivitas manusia dahulu kala atau kemarin sore. Deretan waktu dan tokoh dalam kejadian menjadi momok paling menakutkan bagi siswa ketika mendengar kata sejarah. Ditambah lagi dengan metode pengajaran yang satu arah dan monoton. Lengkaplah sudah penderitaan siswa saat belajar sejarah.
Mengenai pemaknaan kembali sejarah menjadi sangat penting ketika kita melihat dan merasakan bahwa pelajaran sejarah yang disampaikan kepada siswa atau masyarakat sangat dipengaruhi sekali oleh pelaku yang berwenang untuk menentukan rentetan sejarah dari sebuah peristiwa. Dalam hal ini pemerintah, sangat berkepentingan dalam mengolah, mengumpulkan dan menentukan peritiwa apa yang layak untuk disampaikan termasuk interpretasi terhadap sejarah itu sendiri.
Contoh paling telanjang adalah bagaimana berkembangnya berbagai versi dari peristiwa G30S-PKI setelah 30 tahun kita mendengar satu versi yag sah menurut pemerintah. Juga peristiwa SuPerSeMar yang masih gelap dan membingungkan masyarakat. Dapat kita bayangkan berapa banyak lagi sejarah yang selama ini disembunyikan, direkayasan dan disampaikan kepada publik sebagai kebohongan hanya untuk mempertahankan kekuasaan. Dan bayangkan pula seandainya PKI berhasil menguasai Indonesia pada tahun 1965, sejarah seperti apalagi yang akan kita terima?
Karena sejarah tidak pernah lepas dari subyektifitasdan kepentingan penyusun sejarah itu sendiri, maka sebagai guru sejarah yang terpenting adalah bukan menghapalkan deretan angka dalam dimensi waktu namun lebih penting adalah kemampuan guru memberikan makna dari setiap peristiwa yang sudah terjadi dalam konteks kekinian.
Tugas guru adalah bagaimana guru bisa mengeksplore pemikiran siswa untuk mengidentifikasi nilai dan makna dari sebuah peritiwa secara bebas dan terbuka dan kemudian guru membuka perspektif siswa dengan mencoba menganalisis secara sederhana bersama siswa baik dengan hanya berlandasakan logika mereka, data dan fakta yang mereka kumpulkan kemudian didiskusikan secara mendalam di kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan sikap kritis siswa terhadap setiap peristiwa yang mereka lalui.
Tidak sulit kok....! Jangan gambarkan kita seperti diskusinya para pakar sejarah di dunia kampus perguruan tinggi, tapi ciptakan saja ruang akademis terbuka di kelas masing-masing secara sederhana. Justru yang tersulit adalah merubah kebiasaan guru ketika mengajar sejarah, dari kebiasaan monolog, dominan dan sentralistis menjadi multilog, kesetaraan dan desentralisasi pengetahuan akan kebenaran antara guru dengan siswa.
Bukan saatnya lagi sejarah menjadi pelajaran yang menakutkan karena menjenuhkan. Sekarang saatnya!
Bandung, 3 Juni 2009.
Selengkapnya...

Kamis, 30 Juli 2009

PROFESIONALISME GURU, SIAPA YANG PUNYA ?

Oleh : Imam Wibawa Mukti,S.Pd*
(Diterbitkan Pada Harian Umum Galamedia, 3 Juli 2009)
Kalau kita berbicara tentang profesionalisme guru, ada dua hal menarik yang ingin penulis paparkan disini sebagai wacana yang semoga dapat menambah wawasan dan masukan bagi semua unsur yang terlibat dalam pendidikan formal dan semoga dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru sendiri.
Pertama adalah adanya perbedaan penekanan dan tuntutan ketika berbicara profesioanlisme antara profesi guru dengan profesi lainnya. Profesi selain guru, seperti pengacara dan dokter ketika berbicara masalah profesionalisme, maka yang membicarakan masalah itu adalah kalangan mereka sendiri sebagai pelaku. Karena kalangan mereka sendiri yang berbicara, maka segala hal yang mereka ungkapkan, baik itu tugas, wewenang maupun etika profesi sangat lugas dan menyentuh kepentingan mereka secara praktis dilapangan. Dengan kemampuan dan daya tawar mereka yang tinggi di masyarakat maka ketika berbicara profesionalisme, yang muncul adalah nuansa hak. Misalnya mereka akan berkata, “karena kami profesional, maka dalam bertugas kami berhak untuk…”. Dengan demikian maka posisi mereka menjadi sangat diperhitungkan dalam menentukan nasib mereka dan profesinya.
Namun ketika berbicara profesionalisme guru, maka yang banyak bicara adalah justru kalangan diluar guru itu sendiri, misalnya masyarakat, orang tua ataupun pemerintah. Kondisi ini menunjukkan bahwa posisi tawar guru dimasyarakat masih sangat rendah karena ketika pihak luar bicara masalah profesionalisme guru maka yang muncul kepermukaan adalah nuansa kewajiban. Mereka akan berkata, “ guru harus profesional! maka guru harus……..”. Dan dampak nyata dari situasi seperti ini adalah ketika terjadi suatu kesalahan dalam proses maupun hasil belajar maka yang disudutkan adalah guru itu sendiri, baik dibidang hasil ujian maupun moral atau etika peserta didik.
Kedua adalah, profesionalisme guru dapat berjalan dengan baik apabila dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu guru dan pihak lain yang terlibat dalam dunia pendidikan. Ibarat tepuk tangan, maka akan mengeluarkan bunyi yang baik apabila kedua tangan kita kompak bertemu dalam posisi yang baik, artinya guru akan profesional apabila didukung oleh semua pihak baik dari aspek materil maupun moril. Apabila usaha guru untuk menjadi lebih baik tidak didukung oleh pihak lain atau dukungan pihak lain tidak dimanfaatkan dengan tepa oleh guru untuk menjadi lebih baik, maka profesionalisme guru hanyalah angan belaka.
Dari kedua paparan tadi, maka sudah saatnya guru mulai merumuskan secara tepat standar profesionalisme guru secara mandiri tanpa menunggu pihak lain yang menentukannya. Karena dengan demikian maka setiap butir kesepakatan tentang hal –hal yang berkaitan dengan profesi guru, akan sangat menyentuh kepentingan guru dan peserta didik secara kongkret dilapangan sehingga akan mudah diaplikasikan dalam setiap proses belajar mengajar. Dengan standar dan indikator yang mandiri, seragam dan tepat maka akan muncul kesadaran dari setiap guru untuk menilai kemampuan dan pengetahuannya dalam menjalankan profesinya dan juga akan menimbulkan kesadaran bahwa profesi guru bukanlah profesi kelas dua dan hanya sampingan sambil menunggu pekerjaan lain yang lebih baik. Profesionalisme adalah totalitas pengabdian terhadap pekerjaan dengan kesanggupan menanggung semua konsekuensi dari pekerjaan tersebut. Dan guru adalah profesi yang sangat agung sehingga untuk itu sangat memerlukan kemampuan dan pengabdian yang total pula dari setiap pelakunya.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru, harus ada kesinambungan dan sinergi yang sangat tinggi antara guru dan berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan dunia pendidikan.
Sambil menunggu proses penyadaran dan kesadaran masyarakat maupun pemerintah untuk mendorong peningkatan profesionalisme guru melalui berbagai kebijakan yang berpihak kepada guru, kita sebagai guru pun wajib terus berusaha untuk meningkatkan kualitas secara mandiri pula. Tak ada pihak yang patut disalahkan atas kurangnya perhatian dan penghargaan pihak lain terhadap profesi guru selain kita sendiri sebagai guru.
Sudah saatnya kita berhenti mengeluh dengan keadaan seperti sekarang dan mulailah membangun kompetensi pribadi dengan berbagai usaha. Tidak ada alasan kita untuk berhenti membangun dan membangkitkan semangat profesi untuk mengabdi. Materi atau fasilitas bukanlah alasan utama kita untuk berjuang meningkatkan kemampuan, karena Tuhan telah memberikan kita berjuta jalan atau alternatif untuk terus menjadi lebih baik.
Dan apabila kita mampu melaksanakan profesi kita dengan baik, maka masyarakat dan pemerintah dengan sendirinya akan memperhitungkan dan memperhatikan segala keperluan dan kepentingan kita. Jadikan setiap kesempatan, seminar, lokakarya, In House Training dan pelatihan lainnya sebagai bahan belajar dan menambah wawasan. Semoga Tuhan selalu bersama kita. Amin.

* Penulis adalah guru SMP Taruna Bakti Jalan Martadinata 52 Bandung.
Selengkapnya...

MENCINTAI PROFESI GURU DENGAN SEPENUH HATI


<<
Diawal kuliah, penulis merasa tidak yakin telah mengambil Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di salah satu universitas swasta di kota Bandung. Alasannya, selain memang bukan cita-cita dari kecil juga masih terbayang profesi guru yang menjadi profesi kelas dua, gaji yang kecil dengan berbagai pungutan yang besar, masa depan yang suram dan kehidupan serba apa adanya. Belum lagi tanggung jawab sebagai penjaga moral, etika, nilai agama dan dituntut menjadi teladan tidak hanya di depan siswa tapi juga di masyarakat pada umumnya.
Tapi apa yang terjadi kemudian, seiring waktu dan setelah mengenal ilmu serfta profesi guru di pertengahan semester perkuliahan, sedikit demi sedikit kepercayaan diri ini muncul. Berbagai buku yang dibaca turut membuka wawasan dan menimbulkan tantangan tersendiri bagi “pertarungan” di masa depan. Ditambah keyakinan pribadi tentang masa depan pendidikan yang cerah. Hal ini menjadi keyakinan saya, pada suatu saat, masyarakat dan negara akan menyadari bahwa pendidikan adalah pilar terpenting dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.
Sekarang penulis telah menjadi guru di sekolah swasta di kota Bandung. Tidak terasa telah memasuki tahun ke-sepuluh. Ah…telah lebih dari sembilan angkatan tahun pelajaran dilepas dan sedikit memberikan wawasan dan pengalaman kepada siswa untuk mampu menempuh tantangan lebih lanjut. Walaupun belum seberapa dibandingkan dengan guru-guru lain yang telah puluhan tahun melintang di dunia pendidikan, mungkin penulis belum ada apa-apanya. Tapi perasaan bahagia dan suka cita senantiasa mengisi relung hati tatkala tahun demi tahun kami korps guru berhasil melepas siswa dengan hasil maksimal. Pantas saja banyak orang bilang (siswa, orang tua siswa dan rekan sebaya) yang mengetakan, “guru mah awet muda dan selalu kelihatan tenang” atau “pak, saya sekarang sudah kuliah dan sebentar lagi lulus jadi dokter, tapi bapak mah keliatan ngga berubah, apa rahasianya pak?”. Mungkin ini pula perasaan yang dirasakan oleh guru-guru penulis yang pernah temui dan mereka masih sangat terlihat bahagia di masa pensiunnya.
Belum lagi berbagai kebijakan pemerintah yang sedikit demi sedikit mulai memperhatikan dunia pendidikan dan guru pada khususnya serta masyarakat yang menaruh ekspektasi yang sangat besar pada dunia pendidikan untuk terus menambah profesionalisme guru demi melahirkan generasi mendatang yang lebih baik, setelah “berbagai usaha dinilai telah gagal” menjadikan Indonesia lebih baik.
Sekarang, apa lagi hambatan bagi kita sebagai guru untuk menjadi lebih baik dan terus meningkatkan layanan terbaik bagi calon-calon pemimpin bangsa ini ? sudah saatnya sekolah berhenti menjadikan institusi pendidikan sebagai mesin penyedot uang dengan 1001 alasan. Saatnya guru menghentikan siswa menjadi obyek pendidikan tanpa dihormati hak-haknya sebagai manusia yang utuh dan unik. Sudah saatnya, guru mencintai profesi dengan sepenuh hati dan terus memperbaiki diri demi pendidikan bangsa yang lebih baik.
Mungkin banyak guru yang sudah mengenal “Zero Mind Process” (ESQ Leadership Training), bahwa ketika hati kita mengosongkan hati dari berbagai ketakutan, kekhawatiran, kekecewaan, penyakit hati dan berbagai tuntutan yang menekan perasaan, pada saat itu hanya “Ikhlas” yang menggelembung dalam hati maka yang ada dalam otak, perasaan dan kalbu hanyalah mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apa dampaknya pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru? Semangat, kepedulian dan pengabdian tulus sepenuh jiwa raga pada sekolah, siswa, masyarakat dan bangsa. Tidak ada lagi keluh kesah ! Tidak ada lagi penyesalan karena kita bergelut dengan anak manusia yang haus akan ilmu dan pendidikan.
Tanpa menghapuskan perjuangan guru untuk terus memperjuangkan hak dan menuntut sistem yang lebih baik di dunia pendidikan, tapi selayaknya semua perjuangan itu tidak menganggu kegiatan proses pembelajaran. Selayaknya, semua tuntutan tidak menjadikan hambatan kita dalam mengajar. Tahun ajaran baru telah menjelang dan siswa baru berharap mereka akan menemukan butir-butir kebijakan diri mereka melalui proses pendampingan guru yang bijak dan ikhlas.
Profesi dengan landasan cinta akan melahirkan roman muka, bahasa tubuh dan pikiran yang senantiasa dirasakan oleh siswa sebagai energi tanpa batas untuk mengeksplorasi kehidupan ini melalui belajar dengan senang hati. Teguran, marah, sanjungan dan hukuman akan sampai kepada siswa dalam koridor cinta kasih alksana kasih Tuhan ketika membimbing Adam mengenal nama-nama alam raya.
Semoga tulisan ini mampu menjadi suluh bagi percikan semangat untuk mencintai profesi guru dengan sepenuh hati.


Bandung, 21 Juni 2008
Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Guru serta Koordinator Program Akselerasi SMP Taruna Bakti dan
Sekretaris Resource Center Keberbakatan Jawa Barat
Jln. LL.RE Martadinata 52 Bandung (022) 4261468
085624098017
Selengkapnya...

MENGHADIRKAN SUASANA DEMOKRATIS DI KELAS

Oleh : Imam Wibawa Mukti,S.Pd*

Tulisan ini mungkin jauh dari sebuah karya tulis ilmiah, namun saya ingin berbagi pengalaman tentang proses belajar mengajar yang demokratis di kelas. Tulisan ini ingin sedikit merubah paradigma semua elemen yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya guru sebagai “panglima: di dalam kelas.
Kata “panglima” yang saya maksud adalah, selama ini guru sering menganggap bahwa dirinya adalah subyek dari sebuah proses pembelajaran, sementara siswa adalah tak lebih dari sekedar obyek yang harus menerima setiap tahapan pembelajaran tanpa menyadarkan arti dirinya sebagai manusia yang utuh, yang mempunyai kebutuhan dan pengalaman dalam setiap tahap kehidupannya.
Demokratis yang dimaksud dalam kegiatan belajar di kelas adalah bagaimana kita, sebagai guru mampu membangun suatu suasana yang berlandasakan bahwa, belajar adalah dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Suasana seperti ini sangat diperlukan agar siswa menyadari dan mengetahui untuk apa dirinya belajar, apa manfaatnya bagi mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat menemukan materi apa yang penting bagi mereka dan apa manfaatnya dalam kehidupan merke asekarang dan masa yang akan datang.
Suasana demokratis di kelas dapat dibangun melalui dua pilar, yang pertama adalah merubah paradigma mengajar guru dari sentralistis menjadi desentralistis wewenang belajar dari guru kepada siswa. Paradigma ini akan membuka pikiran guru untuk mau menerima kebenaran sekecil apapun dari siswa. Siswa sebagai manusia yang mempunyai emosi dan perasaan akan terus berfikir dan mencari korelasi dari setiap materi yang dia dapat dengan kehidupannya sehari-hari, yang sangat mungkin materi yang diajarkan guru berbeda dengan nilai-nilai kehidupan yang dia peroleh dari keluarga dan masyarakat, sehingga setiap proses akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis kritis dan membutuhkan jaaban praktis dari guru untuk memuaskan penasaran mereka.
Pilar yang kedua adalah membiasakan dan mengajarkan kepada siswa apa dan bagaimana yang dimaksud dengan demokratis. Tingkat kekritisan siswa pada suatu materi sangat tergantung pada kemampuan guru mengatur irama pembelajaran menjadi sangat memungkinkan mereka untuk mengemukakan pendapat secara terbuka dan transparan tanpa dihantui ketakutan. Suasana yang kondusif tersebut akan merangsang siswa untuk mempertanyakan segala hal, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang agak “aneh” untuk ukuran kita sebagai guru. Terkadang kita terlalu sibuk dengan target kurikulum sehingga pertanyaan yang “aneh” tersebut selalu diabaikan atau mungkin kita tidak mau terlihat tidak menguasai materi sehingga membunuh hasrat mereka untuk bertanya, dengan dalih “menyimpang dari materi”.
Suasana demokratis yang kita bangun, pada akhirnya akan membawa dampak dimana sangat terkesan guru adalah terdakwa di dalam pengadilan yang dihujani berbagai macam pertanyaan dan sanggahan dari siswa. Pada saat seperti itu, kita dituntut untuk mau dan mampu belajar dan berdebat secara terbuka, logis dan diplomatis, karena sebagai manusia guru pun tentunya tak mungkin tahu segalanya.
Kekhawatiran bahwa siswa tidak menghormati guru sebagai dampak dari proses belajar mengajar yang demokratis, akan hilang seiring dengan tingkat kedewasaan siswa melalui proses belajar yang terus menerus. Cara bicara, berpendapat, menerima sanggahan, dengan sendirinya akan mengkristal pada diri siswa begitu merkea berhadapan dengan suasana yang terbuka dan saling menghargai satu sama lainnya.
Tulisan ini adalah sebuah wacana yang masih dapat diperdebatkan, tapi setidaknya kita sebagai guru dapat memberikan sedikit pengalaman kepada siswa tentang kehidupan di masyarakat yang sangat beraneka ragam. Metode atau cara mengatur suasana tersebut setiap guru pasti mempunyai trik tersendiri, tapi yang penting adalah kemauan untuk memulainya sekarang.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Penulis adalah guru SMP Taruna Bakti Bandung. Jl. LLRE. Martadinata No.52 Bandung dan pengurus Asosiasi Sekolah Penyelenggara Akselerasi Jawa Barat.
Selengkapnya...

Senin, 27 Juli 2009

PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN MELALUI PENERAPAN E-LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP TARUNA BAKTI BANDUNG

ABSTRAKSI
“Lebih Cepat Lebih Baik karena tak ada rotan, akar pun jadi”

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis merasa di tahun 2009 ini adalah tahun yang paling tepat untuk mempelopori pelaksanaan pembelajaran melalui e-learning. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, pertama karena adanya desakan kebutuhan sumber informasi yang paling “up to date” dalam proses pembelajaran IPS Terpadu. Kedua, karena adanya desakan kebutuhan akibat mobilitas dan aktivitas siswa maupun guru yang sangat tinggi. Ketiga, desakan orang tua yang khawatir dengan perkembangan teknologi informasi khususnya internet yang telah masuk dalam hampir semua kegiatan siswa. Keempat, fasilitas dan sarana yang ada di SMP Taruna Bakti masih belum maksimal dimanfaatkan oleh guru untuk menunjang pembelajaran karena selama ini fasilitas multimedia yang ada disetiap kelas baru sebatas dipakai untuk menayangkan film, power point dan presentasi siswa. Kelima, kemampuan dan fasilitas yang dimiliki siswa serta guru sangat mendukung bisa terlaksananya kegiatan pembelajaran melalui media e-learning.
Untuk kegiatan tersebut, penulis melakukan beberapa persiapan dan aktifitas yang dapat menunjang kegiatan e-learning. Persiapan meliputi pengajuan pembuatan website sekolah, pemasangan hotspot di lingkungan SMP Taruna Bakti, terhubungnya semua ruang (15 kelas + 4 laboratorium + ruang guru + perpustakaan) untuk akses internet. Persiapan lainnya adalah pembuatan modul dan tata laksana pembelajaran e-learning. Untuk pelaksanaannya, guru harus membuat beberapa program yang menunjang kegiatan belajar mengajar melalui internet.
Setelah sekian lama berjalan, media e-learning telah memberikan dampak positif baik bagi guru maupun bagi siswa. Hal ini sudah dipraktekan dengan semakin mudahnya penulis melakukan kegiatan pembelajaran secara langsung walaupun penulis dan siswa tidak berada di tempat yang sama, pengumpulan tugas dan remidial yang lebih praktis melalui email, dan semakin banyaknya situs yang dipergunakan siswa atau guru sebagai sumber pembelajaran alternatif.

A. PENDAHULUAN
Tahun 2009 SMP Taruna Bakti mulai mencanangkan e-learning. Sebuah metode pembelajaran yang memanfaatkan kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi yang sedang gencar dilaksanakan dan di fasilitasi oleh berbagai perusahaan atau lembaga pendidikan saat ini.
Pencanangan tahun 2009 sebagai tahun e-learning ini tidak terlepas dari kesadaran Yayasan Taruna Bakti dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat. Perkembangan iptek ini menempatkan guru, sekolah dan lembaga pendidikan yang ada sekarang tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pembelajaran, sehingga menjadi suatu keharusan bagi sekolah dan lembaga pendidikan lainnya menyesuaikan diri dengan perkembangan di masyarakat.
Untuk itu, maka dua tahun sebelumnya, Yayasan dan SMP Taruna Bakti telah mempersiapkan berbagai fasilitas dan sarana untuk mendukung terlaksananya proses e-learning ini, diantaranya perangkat computer lengkap di setiap kelas, adanya infokus dan layar untuk menayangkan layar computer di kelas, hotspot yang kemampuannya terus ditingkatkan dan dapat diakses dari ruang guru atau kelas, dan telah selesainya pembuatan Website SMP Taruna Bakti sebagai pusat dan media komunikasi antara SMP Taruna Bakti dengan masyarakat melalui internet.
Berdasarkan perkembangan di lingkungan sekolah, maka penulis menganggap tahun 2009 adalah saat yang tepat untuk mempelopori proses pembelajaran dengan metode e-learning. Adapun harapan dan tujuan dari dimulainya pembelajaran e-learning ini adalah untuk memperkenalkan metode pembelajaran ini kepada siswa dan guru di lingkungan SMP Taruna Bakti. Selain itu juga, secara bertahap melakukan identifikasi permasalahan dari berbagai program, materi dan proses yang dialami selama pembelajaran. Dari hasil identifikasi tersebut diharapkan menjadi bahan masukan dan kajian bagi berbagai pihak dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar dengan media e-learning.
Tentunya, dalam pelaksanaannya di SMP Taruna Bakti untuk saat ini, penulis masih menghadapi berbagai kendala, khususnya seputar penggunaan software dan berbagai program untuk memperlancar kegiatan tersebut. Namun semua itu bukanlah halangan bagi penulis untuk terus mencoba mempergunakan fasilitas yang ada secara mandiri. Beberapa yang secara mandiri penulis lakukan untuk mempraktekan e-learning antara lain dengan membuat fasilitas chat di Yahoo messenger, mempergunakan fasilitas blog untuk menyimpan materi pembelajaran, mencari situs yang bisa menjadi sumber belajar,

B. METODOLOGI
Metodologi penulisan dilakukan melalui metode Telaah Pustaka, dimana penulis mencoba mencari landasan teori maupun pengalaman lembaga lain yang melakukan e-learning, khususnya dibidang pendidikan. Sumber pustaka diperoleh dari internet, buku dan majalah. Setelah mendapatkan beberapa materi yang diharapkan maka penulis menyesuaikannya dengan pengalaman yang dialami selama pelaksanaan e-learning kemudian merangkum dan menjadikannya sebagai sebuah kesimpulan baru

C. PEMBAHASAN
1. Selintas tentang e-learning di SMP Taruna Bakti
paling penting untuk diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan program pembelajaran e-learning adalah bagaimana menyusun, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran e-learning agar dapat membawa lebih banyak dampak positif, baik dari segi kualitas proses pembelajaran maupun dari segi kualitas hasil pembelajaran.
Untuk itu maka kita harus terlebih dahulu memahami arti dari e-learning itu sendiri. Banyak teori yang mencoba untuk menguraikan definisi e-learning, salah satu diantaranya adalah dikemukakan oleh Allan J. Henderson ,(2003) ”e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya disebut Internet”. Pengertian e-learning juga dikemukakan oleh Jaya Kumar.C . ( Koran : 2002), e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan”.
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa e-learning tidak hanya sekedar menampilkan materi melalui fasilitas multimedia berupa tayangan film atau power point di depan kelas. E-learning juga memiliki makna yang lebih luas dari sekedar memberikan tugas kepada siswa untuk mencari materi dari internet lalu di “print” dan dikumpulkan. Namun lebih penting dari itu adalah pemanfaatan jaringan internet sebagai media untuk melakukan kegiatan belajar mengajar yang selama ini senantiasa dilaksanakan secara tradisional di dalam kelas.
Di SMP Taruna Bakti, penulis mencoba menerapkan suatu pembelajaran dengan membuat jaringan melalui internet yang ”dirajut” antara guru dengan siswa sehingga terjalin sebuah rangkaian hubungan yang tersebar dan memiliki akses serta distribusi yang merata antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Dengan jaringan tersebut, maka guru dapat melakukan pembelajaran walaupun guru dan murid tidak berada di tempat yang sama.
Pelaksanaan pembelajaran e-learning ini telah dilaksanakan secara efektif 6 bulan yang lalu (Oktober 2008) dengan mengembangkan kegiatan belajar mengajar dari tempat yang berbeda antara guru dengan siswa dan terakhir adalah kegiatan belajar mengajar terjadi ketika penulis berada di Jogjakarta dan Solo sementara siswa berada disekolah.

2. Latar Belakang Pemanfaatan e-learning di SMP Taruna Bakti
Seperti diuraikan dalam abstraksi, ada beberapa hal yang mendorong penulis untuk melaksanakan pembelajaran melalui e-learning. Beberapa diantaranya adalah :

a. Desakan akan kebutuhan sumber informasi yang paling “up to date” dalam proses pembelajaran IPS Terpadu .
Mata pelajaran IPS Terpadu merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat dinamis perkembangan objek pembelajarannya. Sebagai ilmu pengetahuan humaniora (kemanusiaan), maka perkembangan ilmu dan aplikasinya di dalam masyarakat sangat pesat seiring dengan semakin rumitnya permasalahan yang berhubungan dengan manusia, seperti ekonomi, sejarah, geografi dan sosiologi.
Dengan melaksanakan e-learning maka guru dan siswa dapat secara bersama-sama memperbaharui keilmuannya dan bersinergi melalui diskusi membahas masalah yang dipelajari melalui komunikasi internet.

b. Desakan kebutuhan akibat mobilitas dan aktivitas guru dan siswa yang sangat tinggi.
Sebagai tenaga pendidik, guru dituntut untuk mengembangkan keilmuannya baik melalui kegiatan pelatihan maupun seminar yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga. Namun salah satu konsekuensinya adalah terganggunya kegiatan belajar mengajar yang telah dijadwalkan sebelumnya. Dan salah satu cara mengantisipasinya adalah dengan memanfaatkan media e-learning karena memang salah satu dari manfaat e-learning adalah memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).

c. Desakan orang tua yang khawatir dengan perkembangan teknologi informasi khususnya internet yang telah masuk dalam hampir semua kegiatan siswa.
Perkembangan yang sangat pesat di bidang teknologi telah membuat siswa begitu mudah mengakses berbagai informasi yang ada di internet. Masalah muncul karena di internet informasi yang tersedia tidak saja yang menunjang pada peningkatan ilmu pengetahuan namun juga terdapat materi yang belum layak untuk dikonsumsi siswa secara bebas. Dilema dialami orang tua yang merasa sulit dan tidak pada tempatnya melarang putra-putrinya untuk mengakses internet namun dipihak yang lain orang tua juga khawatir untuk memberikan akses yang luas kepada mereka untuk mempergunakan fasilitas internet.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka orang tua dan guru, mencoba melakukan kerjasama untuk secara terarah, terencana dan sistematis melakukan pendampingan kepada siswa dalam memanfaatkan internet. Salah satunya adalah dengan menjadikan mereka sebagai pelaku dalam dunia maya dan mendidik siswa untuk tidak hanya bertindak sebagai ”user” dan pasif menghadapi gempuran informasi.

d. Fasilitas dan sarana yang ada di SMP Taruna Bakti masih belum maksimal dimanfaatkan oleh guru untuk menunjang pembelajaran.
Telah hampir 3 tahun Yayasan dan SMP Taruna Bakti terus membenahi diri, khususnya dalam melengkapi sarana belajar. Dimulai dari pemasangan televisi dan DVD player, pemasangan perangkat komputer serta pembuatan website SMP Taruna Bakti dan terakhir adalah pemasangan hotspot di lingkungan SMP Taruna Bakti.

e. Kemampuan dan fasilitas yang dimiliki siswa serta orang tua sangat mendukung bisa terlaksananya kegiatan pembelajaran melalui media e-learning.
Perkenalan dengan teknologi canggih yang lebih dini membuat siswa SMP Taruna Bakti lebih menguasai tekhnologi, khususnya komputer dibandingkan dengan guru itu sendiri. Oleh karena itu sangat mudah bagi guru di SMP Taruna Bakti mengembangkan metode e-learning. Bahkan di awal pelaksanaan, penulis banyak sekali berkonsultasi dengan siswa dalam hal pemanfaatan fasilitas yang ada di internet seperti YM, blog dan pembuatan web gratis yang tersedia.
Namun dalam prakteknya, guru menghadapi berbagai kendala dalam melaksanakan e-learning karena disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah kemampuan individu guru dalam memanfaatkan fasilitas yang ada masih terbatas. Padahal dengan aktifitas sehari-hari guru dan siswa telah begitu akrab dengan berbagai program yang bisa membantu terlaksananya kegiatan e-learning.

3. Fasilitas E-learning SMP Taruna Bakti
Berikut adalah beberapa fasilitas yang dimiliki guru dan SMP Taruna Bakti:

a. Perangkat komputer lengkap di semua ruang SMP Taruna Bakti (15 ruang kelas, 4 laboratorium, ruang BK, ruang guru dan kepala sekolah, dan perpusatakan) dan terhubung dengan internet sehingga memudahkan guru untuk mengakses internet ketika melakukan pembelajaran di kelas.

b. Hotspot sebanyak 5 titik di lingkungan SMP Taruna Bakti sehingga dapat diakses oleh semua siswa dan guru.

c. Sekolah telah memiliki website lengkap yang mempermudah masyarakat untuk dapat mengakses semua informasi tentang SMP Taruna Bakti. 80% guru SMP Taruna Bakti dan 90% siswa memiliki laptop yang mempermudah mobilitas untuk melakukan e-learning di manapun.

d. 100% guru memiliki ”jejaring” pribadi seperti blog, wordpress, email, facebook dan friendster yang bisa dimanfaatkan untuk menyimpan berbagai data dan materi.
Sementara untuk melaksanakan e-learning secara mandiri, penulis telah membuat beberapa perangkat/program tambahan yaitu :

a. e-mail khusus untuk menampung atau mengumpulkan tugas dan data dari siswa.
b. Yahoo messenger sebagai media komunikasi interaktif antara guru dan siswa.
c. Blog untuk menyimpan teori dan berbagai infomasi yang berhubungan dengan materi pendidikan secara umum.
d. Rangkuman materi, tugas, soal dan kurikulum yang dipublikasikan dalam blog sebagai bahan masukan bagi siswa dan orang tua untuk merancang pembelajaran secara mandiri.
e. Modul pembelajaran yang dijadikan panduan dan pedoman bagi siswa untuk bisa berperan aktif dalam e-learning.

Tentunya program yang dimiliki penulis belum ideal untuk dikatakan program e-learning secara utuh. Namun dengan keterbatasan yang ada, penulis berupaya untuk terus melakukan perbaikan dengan mempelajari berbagai program yang layak supaya bisa dikatakan e-learning yang utuh.

Namun, pada dasarnya penulis telah menerapkan tiga dasar e-learning yang dikemukakan oleh Rosenberg (2001), yaitu :

a. Bersifat jaringan, di mana siswa dapat mengakses, menyimpan, memunculkan, mendistribusikan dan sharing antar anggota e-learning. Kegiatan ini penulis lakukan dengan membuat blog dan wordpress yang berisi materi pembelajaran dan link dengan sumber lainnya yang tersedia di internet.

b. e-learning terjalin dengan saling berhubungan melalui internet. Penulis mempergunakan media yahoo messenger dengan webcame sehingga terjalin komunikasi interaktif antara guru dengan siswa secara langsung.

c. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih sumber belajar sesuai dengan keinginan mereka . Hal ini akan melatih siswa untuk belajar secara otonom dan mandiri dalam memilih topik dan sumber pembelajaran sehingga terasa lebih luas dan kontekstual dibandingkan metode tradisional.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan

a. Tahap Persiapan
Membuat perangkat pelengkap :
1). E-mail, media ini dapat dipergunakan untuk mengirim atau menerima data baik berupa tugas makalah, gambar atau kumpulan tulisan.
2). Yahoo messenger,meskipun fasilitas ini memiliki kemampuan untuk mengirimkan data, namun penulis persiapkan hanya untuk melakukan dialog dalam YM conference. Dalam YMC, guru dan siswa dapat melakukan dialog secara terbuka dan dapat dibaca oleh anggota e-learning.
3). Blog, dipergunakan untuk menyimpan data berisi materi pembelajaran IPS. Dalam blog juga terdapat link ke beberapa sumber pembelajaran alternatif. Untuk kepentingan yang berbeda, penulis juga membuat blog yang berisi tentang artikel yang berisi perkembangan dan opini dunia pendidikan sebagai referensi siswa untuk berdiskusi dengan orang tua dalam hal pendidikan.
4). Facebook, dibuat selain sebagai media komunikasi juga sebagai media memberikan pengumuman kepada siswa karena lebih dari 100% siswa SMP Taruna Bakti memiliki link pertemanan baik dengan penulis maupun dengan alumni. Facebook biasanya berisi informasi tentang SMA atau perguruan tinggi dari alumni yang kemudian dapat diakses oleh seluruh siswa SMP.
5). Modul, seperangkat aturan dan petunjuk kerja yang menuntun dan menjadi pedoman pelaksanaan bagi siswa untuk melaksanakan e-learning. Modul ini perlu sehingga guru dapat berkomunikasi secara tidak langsung dengan siswa pada saat guru berhalangan hadir di kelas. Dengan adanya petunjuk dan modul tersebut, guru hanya perlu mengirim sms pada salah satu siswa untuk mengerjakan modul bagian tertentu, dengan jadwal pasti tentang waktu pertemuan lewat internet. Manfaat lainnya dari modul tersebut adalah sebagai indikator dan alat evaluasi siswa karena berisi langkah, rincian tugas, dan soal yang hanya dapat dijawab siswa dengan melakukan langkah-langkah e-learning.

b. Tahap Pelaksaaan

1). Percobaan
Dilaksanakan pada jam pembelajaran kelas akselerasi SMP Taruna Bakti angkatan I tahun ajaran 2008-2009. Hal tersebut karena pertimbangan jumlah siswa akselerasi yang hanya 19 orang dan kebutuhan akan informasi serta sumber pembelajaran yang lebih variatif dalam mata pelajaran sistem ekonomi dunia dan Indonesia.
Karena dilaksanakan sebagai tahap percobaan, maka penulis dan siswa banyak menghadapi kendala, diantaranya belum terpola sistem dan aturan yang jelas sehingga siswa masih belum fokus untuk mengerjakan urutan tugas secara sistematis.
Beberapa kekurangan yang terjadi pada saat percobaan tersebut diantaranya adalah :
• Belum ada penjelasan detail tentang sistematika pelaksanaan e-learning, dan tugas baru dijelaskan secara lisan pada saat tatap muka di kelas, sehingga siswa merasa bingung untuk memulai akses internet dan melakukan kontak interaktif.
• Belum ada modul kerja yang tertulis sehingga siswa masih bebas dalam mengakses bentuk dan situs internet. Hal ini membuat tugas yang terkumpul menjadi lebih bervariatif dan meluas dari tujuan yang diharapkan.
• Untuk mengatasi hal tersebut maka penulis membuat modul dan tata kerja yang menjadi pedoman bagi siswa dalam melaksanakan tugasnya. Modul dan tugas dibuat dalam bentuk buku dan ada juga yang disimpan dalam blog.

2). Pelaksanaan
Setelah tahap percobaan di kelas akselerasi, maka program e-learning mulai diperkenalkan di kelas-kelas reguler. Dengan kelemahan yang telah diperbaiki, maka proses e-learning di kelas reguler lebih berjalan lancar.
Langkah-langkah pelaksanaan :

a). Di sekolah :
• Membagikan modul kerja kepada siswa untuk dipelajari secara berkelompok.
• Siswa disebar untuk menempati ruangan atau tempat yang paling nyaman dan bagus dalam menerima sinyal hotspot. Mereka tersebar di kantin, perpustakaan, koridor kelas, sekitar lapangan upacara atau di ruang kelas yang kosong. Guru dan siswa secara bersama masuk ke alamat YM masing-masing untuk bergabung dalam YM conference.
• Setelah tergabung dalam YM messenger, guru memberikan instruksi tertentu untuk dilaksanakan oleh siswa.
• Dialog, pertanyaan, diskusi dan opini disampaikan secara berurutan melalui YM conference dan langsung ditanggapi oleh anggota lainnya.
• Guru bisa memeriksa keberadaan siswa dengan cara mengaktifkan wabcame dan mengundang siswa secara random untuk meresponnya.
• Di menit-menit akhir, setiap siswa atau kelompok harus mengirimkan tugasnya melalui e-mail.
• Waktu akhir penyerahan tugas maksimal satu hari setelah tugas diberikan.
b). Di rumah
Guru membuka kontak dengan siswa di luar jam pelajaran untuk melakukan dialog tentang materi pelajaran pada hari Jum’at dan Sabtu malam, antara pukul 21.00-22.00 WIB. Forum ini disediakan oleh penulis untuk penugasan, menjawab pertanyaan siswa atau memberikan soal untuk remedial siswa. Forum ini telah membantu siswa dan guru dalam hal pelaksanaan proses belajar di luar jam pelajaran yang telah ditentukan. Karena disaat belum dilaksanakan program e-learning, untuk remedial, guru dan siswa harus mengatur waktu bersama karena perbedaan aktivitas guru dan siswa.
Proses ini juga diharapkan dapat mengajarkan dan mendidik siswa untuk lebih mandiri menyelesaikan berbagai kewajibannya yang berhubungan kegiatan belajar mengajar. Dengan media e-learning, guru memang tidak dapat melakukan interaksi langsung yang mengikat dengan mewajibkan siswa melakukan kontak, namun sangat melandaskan aktivitasnya berdasarkan kepercayaan guru kepada siswanya.
Hal ini sejalan dengan beberapa teori yang menyatakan salah satu kelebihan e-learning adalah memberikan kesempatan bagi pelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dahulu. (Allan J.Handerson,2003)
Dari kegiatan tersebut, guru bisa mengidentifikasi ciri atau karakter siswa yang perlu mendapatkan layanan secara khusus dengan memberikan instruksi khusus dan langsung dengan berkoordinasi bersama orang tua dengan siswa yang telah mampu belajar secara mandiri.

c). Tele-Conference
Dilakukan apabila guru dan siswa tidak berada di tempat yang sama. Langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
• Dua atau tiga hari sebelum berangkat, penulis memberitahukan kepada siswa untuk membawa laptop ke sekolah.
• Pada saat pembelajaran IPS Terpadu, guru menelpon atau mengirim sms supaya anak-anak siap dengan semua perangkat e-learning, seperti masuk ke YM, membuka blog atau facebook.
• Guru memberikan pengarahan secara umum di facebook dan instruksi langsung di YM conference.
• Siswa melaksanakan pembelajaran dengan arahan jarak jauh dengan bimbingan dari guru tentang target pembelajaran dalam dua jam pelajaran.
• Hasilnya dikirim melalui e-mail.

5. Pengaruh e-learning Terhadap Proses Pembelajaran
Sebagai sebuah layanan, e-learning dilaksanakan tidak sebagai bentuk pengalihan tanggung jawab guru sebagai pengajar, namun lebih berorientasi pada proses pendidikan yang dapat dibangun dengan memanfaatkan media e-learning.
Yang dirasakan langsung oleh penulis dalam pelaksanaan e-learning adalah melatih siswa untuk mampu melaksanakan program pembelajarannya secara mandiri. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran dengan media e-learning, guru tidak dapat berinteraksi secara intens dengan siswa secara fisik, sehingga siswa dididik untuk menanamkan komitmen pada diri pribadi untuk dapat terlibat secara langsung dalam pembelajaran e-learning.
Beberapa dampak lain yang dirasakan diantaranya ialah :
Pertama, siswa dapat merencanakan secara mandiri penyelesaian tugas yang dibebankan oleh guru. Melalui e-learning, secara tidak langsung penulis berusaha mendidik siswa untuk termotivasi dalam belajar, karena bila berhubungan dengan teknologi, siswa biasanya memililki animo yang cukup tinggi. Pengaruh lainnya yang penulis rasakan adalah siswa mulai gemar membaca, walaupun media bacaannya adalah internet. Dengan segala kelebihan yang dimiliki internet, siswa sangat mudah mengakses berbagai sumber informasi yang sulit mereka dapatkan bila membaca buku atau majalah. Bagi yang kesulitan belajar secara mandiri maka guru menyediakan modul yang diberikan kepada siswa, seingga mereka dapat mengerjakan dan langsung mengirimkan hasil pekerjaannya melalui e-mail. Setelah mendapat rekomendasi nilai dari guru, siswa dapat mengerjakan tugas berikutnya. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat merancang waktu dan metode tugas yang dibebankan secara leluasa disesuaikan dengan kesibukan dan kegiatannya masing-masing. Namun sebagai proses pendidikan, guru tentunya harus lebih intens untuk melakukan pemeriksaan tugas siswa, karena bila hal tersebut terabaikan maka siswa yang tingkat kemandiriannya rendah, akan sulit terdeteksi kemajuan belajarnya. Caranya adalah dengan cara memberikan modul pembelajaran yang menjadi alat monitoring dan evaluasi bagi guru, siswa dan orang tua. Dengan demikian, semua komponen dan pelaku pembelajaran secara aktif ikut terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Selama ini apabila pembelajaran di kelas, yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran hanya siswa dan guru.
Kedua, siswa mulai mengenal beberapa situs yang menyediakan berbagai informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. Selama ini siswa pada umumnya hanya mengenal wikipedia sebagai sumber pengetahuan, hal ini dapat dilihat dari tugas yang dikerjakan siswa apabila harus mencari materi di internet. Padahal bila siswa dan guru aktif untuk mencari, maka sumber pengetahuan di internet relatif tidak terbatas, mulai dari buku pelajaran, sejarah, teknologi dan lain sebagainya.
Ketiga, diskusi dan pertukaran informasi tidak dibatasi oleh kelas atau angkatan. Hal ini terjadi bila proses pembelajaran terjadi di rumah masing-masing pada hari Jumat dan Sabtu malam. Di saat itu, yang tergabung sudah tidak lagi dipisahkan oleh kelas, namun melibatkan semua siswa dari semua kelas, baik reguler, bilingual maupun akselerasi. Hal ini sangat bermanfaat bagi perkembangan dan perluasan wawasan dan sosialisasi di mana siswa menjadi lebih mengenal satu sama lain di dunia maya dengan mendiskusikan satu subjek yang sama. Dari diskusi tersebut, banyak sekali permasalahan yang terungkap secara bebas dan mendapatkan tanggapan lebih variatif.
Keempat, siswa terasa lebih leluasa mengemukakan pendapat dan pertanyaan dibandingkan ketika proses pembelajaran terjadi di kelas. Hal ini mungkin terjadi karena secara fisik guru dan siswa tidak bertatap muka langsung sehingga siswa tidak khawatir dengan ekspresi guru bila pertanyaan atau jawabannya terasa konyol. Siswa juga tidak mengalami ”tekanan mental” dari rekan-rekannya bila ada pertanyaan yang agak aneh atau menyimpang dari materi. Kedua hal tersebut sangat terasa karena penulis justru banyak menerima jawaban dari siswa yang di kelasnya justru sangat pendiam dan ketika ditanya mengapa dia lebih berani, ternyata pengaruh faktor teman dan guru lebih dominan menjadi penghalang mereka dalam berpartisipasi dalam mengajukan pertanyaan atau jawaban.
Kelima, materi yang dipelajari lebih mendalam dan meluas. Karena materi yang dibahas adalah materi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, maka pertanyaan dan diskusi melalui e-learning biasanya dihubungkan dengan pengamatan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pertanyaan yang kemudian melebar dan langsung bersentuhan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya ketika membahas hukum, motif maupun prinsip ekonomi, maka pertanyaan mereka dihubungkan dengan kondisi ekonomi nasional maupun global. Apalagi bila mereka menemukan informasi terbaru tentang materi yang dibahas, maka seketika hal tersebut mereka tanyakan dan menjadi bahan diskusi bersama.
Keenam, untuk itu, maka guru dituntut pula untuk terus berpacu bersama siswa menambah wawasan dan pengetahuan melalui tukar informasi terbaru yang mereka dapatkan di internet. Dengan demikian, guru bisa mengakui bahwa ilmu yang selama ini dimiliki sangat terbatas, apalagi seandainya guru hanya mengandalkan buku pegangan dari penerbit yang tahun penerbitan dilakukan setahun atau dua tahun sebelumnya sebagai sumber pembelajaran.
Ketujuh, guru dapat melakukan tukar informasi tanpa merasa sungkan di hadapan murid. Terkadang apabila ada pertanyaan yang sulit dijawab, biasanya guru langsung mencari jawabannya di internet, sementara apabila pertanyaan tersebut dilontarkan di dalam kelas biasanya guru membutuhkan waktu untuk mencari jawabannya, itupun kalau guru tidak lupa baik sengaja maupun tidak sengaja.

6. Beberapa Prinsip Penyelenggaraan e-learning
Pertama kali penulis mencoba menyelenggarakan pembelajaran melalui media e-learning, yang ada dalam benak adalah bagaimana meningkatkan layanan pendidikan kepada siswa. Sejalan dengan bergulirnya waktu dan seringnya pelaksanaan e-learning, maka penulis menyadari ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan e-learning di sekolah, diantaranya ialah :

a. Penyelenggaraan e-learning tidak berarti mengurangi atau menghilangkan hakekat belajar yang selama ini terjadi di kelas, namun justru harus mampu memperkuat dan menopang penyelenggaraan di kelas. E-learning yang penulis laksanakan selama ini dilakukan sebagai suplemen (penambah), komplementer (pelengkap) dan substitusi (pengganti) dari pembelajaran yang terjadi di kelas. Karena salah satu pentingnya interaksi langsung antara siswa dengan guru dikelas adalah memberikan ruang bagi siswa dan guru untuk memaknai dari setiap informasi yang diperoleh di internet. Begitu banyak informasi yang dapat diperoleh oleh siswa di jaringan internet yang mungkin belum saatnya atau belum sepenuhnya di mengerti oleh siswa SMP. Misalnya tentang adanya persengkongkolan internasional dalam menciptakan ketimpangan sosial ekonomi dunia saat ini, atau tentang berbagai gambar atau artikel yang menyudutkan suatu golongan, bangsa atau agama tertentu. Di sini guru berfungsi sebagai mediator bagi siswa untuk berdiskusi membahas materi tersebut secara bijak, tidak dengan cara menghakimi benar-salah suatu opini yang terjadi di masyarakat, namun yang jauh lebih penting adalah menanamkan kemampuan siswa dalam menyaring, memilih dan memilah jenis informasi yang disesuaikan dengan materi yang mereka pelajari.

b. Pelaksanaan e-learning harus mampu menciptakan suatu metode pembelajaran yang efektif, efisien dan sederhana. Karena apabila dengan segala kekurangan yang ada, e-learning malah menimbulkan kesulitan dan ketidakajegan dalam raihan hasil pembelajaran, maka tujuan e-learning sebagai media yang mempermudah suatu kegiatan menjadi bias. E-learning hanyalah salah satu dari berbagai media atau metode yang bisa dilakukan oleh guru dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, sehingga pelaksanaannya harus direncanakan dan dipersiapkan dengan lebih baik. Diawal percobaan memang akan terjadi beberapa kendala, namun berbagai kendala yang terjadi harus segera diatas sehingga pemborosan waktu dan fasillitas tidak lagi menjadi hambatan untuk pembelajaran berikutnya.

c. e-learning harus mampu memberikan layanan kepada siswa secara lebih personal. Siswa memiliki keunikan-keunikan tersendiri yang membutuhkan perhatian dan layanan secara individual. Namun dengan sistem pendidikan di Indonesia yang masih bersifat klasikal, maka pemenuhan hak tersebut belum maksimal terlayani. Dengan adanya e-learning, guru sebenarnya memiliki banyak kesempatan untuk memberikan layanan sesuai dengan kemampuan dan keunikan dari setiap siswa. Misalnya ada siswa akselerasi atau reguler yang cerdas, maka guru dapat memberikan layanan materi secara lebih mendalam dan meluas. Hal tersebut dimungkinkan karena bagi siswa cerdas, sekolah biasanya mempergunakan kurikulum berdiferensiasi, yaitu kurikulum nasional yang telah mengalami penambahan dan pengembangan baik berupa pengayaan maupun mendalaman. Begitu juga dengan siswa yang memiliki masalah dalam konsentrasi atau kesulitan belajar. Guru dapat memberikan tugas yang lebih ringan namun membuka kesempatan kepada siswa untuk memilih materi yang diminatinya.

d. Prinsip terakhir adalah kecepatan. Kecepatan di sini dalam pengertian pelayanan penyampaian informasi dari guru kepada siswa atau sebaliknya. Cepat juga dapat berarti memberikan kesempatan kepada siswa yang rajin dan cerdas untuk dapat menyelesaikan materi dalam jangka waktu lebih singkat. Hal ini penting karena apabila pembelajaran di kelas, guru harus memperhatikan kemampuan siswa secara umum, sehingga siswa yang cerdas dan rajin harus menunggu dan menyesuaikan diri dengan rekannya yang lain.

7. Kendala dan solusi dalam pelaksanaan e-learning di sekolah
Dalam penyelenggaraan e-learning di sekolah, penulis merasakan beberapa kendala yang dialami, diantaranya yaitu :

a. Siswa belum terfasilitasi dengan laptop yang memadai untuk dipergunakan di sekolah. Selama ini, siswa hanya membawa laptop bila guru memberitahukan sehari sebelumnya. Terkadang ada siswa yang tidak membawa laptop karena harus bergantian dengan orang tua atau saudaranya. Kekurangan ini bisa disiasati oleh penulis dengan aturan minimal ada satu laptop untuk dua siswa. Dengan demikian, kedua siswa tersebut bisa bersinergi untuk saling membantu dalam melaksanakan tugas. Dan penulis pun memberikan kesempatan kepada siswa supaya dapat meneruskannya secara mandiri dirumah.
b. Kurangnya software penunjang yang dapat mempercepat proses e-learning. Penulis belum memahami benar beberapa software yang masih harus disiapkan sekolah atau penulis sendiri dalam penyelenggaraan e-learning. Untuk permasalahan tersebut, penulis akan membuat proposal pengajuan kepada pihak sekolah untuk terus membenahi fasilitas yang ada sehingga e-learning akan terselenggara lebih baik.
c. E-learning belum sepenuhnya diselenggarakan oleh semua guru di SMP Taruna Bakti, sehingga materi yang bisa diakses oleh siswa selama ini baru terbatas pada materi IPS Terpadu, IPA, TIK, Seni, Bahasa Inggris. Hal ini pun masih bersifat parsial atau terpisah antara materi yang satu dengan materi lainnya. Setiap guru memiliki blog masing-masing yang harus diiingat siswa, sehingga agak mempersulit siswa dalam mengakses materi tersebut. Ke depan, guru harus mulai membuat sebuah media yang sama sehingga siswa dapat dengan mudah mengakses semua materi di tempat yang sama. Website SMP Taruna Bakti selama ini belum maksimal dimanfaatkan karena banyak hal teknis yang kurang dimengerti oleh guru.

D. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penyelenggaraan e-learning sebagai media pembelajaran tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang. Masalah pokok dalam pelaksanaan e-learning bukan terletak pada kemampuan guru dalam mengoperasional beberapa program komputer dan internet, namun pada kemampuan mengkombinasikan beberapa program yang telah diketahui untuk dijadikan sistem yang terpadu. E-mail, messenger, facebook, blog, wordpress, bukanlah barang yang baru bagi kebanyakan guru karena dalam keseharian hampir semua guru maupun pelajar telah mempergunakannya. Yang terpenting adalah bagaimana kemudian guru menggabungkan dan merancangnya menjadi sebuah sistem terpadu dan menunjang pelaksanaan e-learning.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua guru yang sampai saat ini masih ragu untuk menyelenggarakan e-learning karena takut tidak paham program, asing dengan bahasa internet dan komputer, atau khawatir dengan hasil pembelajaran yang kurang baik. Semoga juga tulisan ini dapat menjadi bahan masukan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam pengambilan kebijakan mengenai pentingnya e-learning bagi pembelajaran dengan terus membenahi hal-hal yang selama ini dirasakan masih menjadi kendala, seperti pengadaan komputer, pengadaan jaringan maupun peningkatan sumber daya guru dalam memanfaatkan teknologi bagi pendidikan di Indonesia.
Setiap proses membutuhkan waktu dan energi, namun dengan semangat dan optimisme penulis yakin dalam jangka waktu yang tidak lama lagi, e-learning akan mampu mempercepat peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Semoga.

Bandung, April 2009

Penulis

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Website : www.smptarunabakti.com
Email : imamwibawamukti@yahoo.co.id
Blog : e-ducationsmptarbak.wordpress.com
Selengkapnya...