Selasa, 31 Maret 2009

BAGAIMANA BERBICARA AGAR ANAK BERPIKIR (2)

(bagian kedua dari tiga tulisan)
Edisi Adversity Quotient

BAGAIMANA BERBICARA AGAR ANAK BERPIKIR

Pada tulisan pertama...
A. Cara Berbicara Yang Membuat Anak Sulit berpikir
B. Prinsip-Prinsip Penuntun EQ
1. Prinsip-prinsip keseharian

2. Teknik-teknik bertanya
Guru maupun orang tua sering menganggap bahwa bertanya bukan pekerjaan yang sulit. Hanya merangkai kalimat dengan kata depan apa, mengapa, siapa, bagaimana, dimana lalu diikuti dengan tekanan diakhir kalimat. Beres! Setelah itu kita tinggal menunggu jawabannya. Tapi tahukah kita, terkadang (sering juga sih) lupa bahwa mengajukan sebuah pertanyaan memiliki teknik-teknik tertentu supaya apa yang kita maksud itu sampai dan kita mendapatkan jawaban yang sesuai.
Mengajukan pertanyaan terbuka
Menurut Maurice J. Elias dkk dalam buku Cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, mengatakan ada empat jenis pertanyaan :
Pertanyaan kausal : ”mengapa kau memukulnya?”, ”mengapa kau mengganggunya”, ”mengapa kamu abaikan nasehat mama?”.
Pertanyaan pilihan ganda : ”kau menganggunya karena dia iseng atau kamu yang memulainya duluan?”, ”apakah kamu akan belajar kalau ayah menghukummu atau kalau ibu memberi hadiah?”
Pertanyaan benar-salah : ”kamu khan yang memukulnya, ya atau tidak?”, ”kamu mau bantu ibu atau tidak sih?”
Pertanyaan terbuka : ”apa yang terjadi diantara kalian berdua?”, ”apa yang bapak harus lakukan agar kamu bisa belajar dengan baik?”, ”bagaimana caranya agar kau bersedia membantu adikmu saat dia membutuhkannya?”
Kata ”mengapa” yang diajukan kepada anak sering diterjemahkan oleh anak sebagai tuduhan sehingga anak lebih bersikap defensif dengan menjawag ”tidak tahu...”, ”nggak...saya ngga ngelakuinnya kok”. Oleh karena itu, hindari kata mengapa. Mengapa juga menyiratkan sebuah tuduhan, misalnya seorang siswa mendapatkan nilai buruk dan guru bertanya, ”Mengapa kamu tidak belajar semalam?” padahal kita tidak tahu bagaimana usahanya anak tersebut belajar.
Anak sering mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan mengapa karena itu akan membutuhkan sebuah kematangan emosi dan kecerdasan yang memadai. Bisakah kita membayangkan anak kita menjawab, ” saya memukul dia karena dia telah melakukan teror fisik dan psikis sehingga secara naluriah saya terdorong alam bawah sadar untuk melakukan gerakan yang diatur otak reptil untuk bertahan....”. kita malah takut bukan. Nah...karena itulah maka hindari pertanyaan yang bisa membuat anak dan kita sendiri bingung.
Pemakaian kalimat tanya memang agak sulit bila tidak dilatih. Oleh karena itu orang tua dan guru memang harus bersabar untuk bisa menyusun kalimat atnya yang proporsional dan tepat. Yang penting adalah nasehat dari aristoteles :
”Marah itu mudah...semua orang bisa melakukannya. Tapi bertanya kepada orang yang tepat, dengan cara yang tepat diwaktu yang tepat dan karena alasan yang tepat...itu membutuhkan kebijaksanaan yang sangat tinggi”
Pernah saya sebagai guru salah memberikan pertanyaan kepada siswa karena emosi. Karena ada satu siswa yang ribut, saya marah dan mengusir anak itu keluar kelas, namun anak itu tidak melaksanakan perintah saya. Lantas dengan amarah yang bertanya,”kamu atau bapak yang keluar...!” dengan enteng anak itu menjawab,”...bapak aja....!”. karena malu akhirnya saya keluar.
Ada rekan saya yang marah kepada siswa dan biasanya mengatakan”kamu belum pernah makan penghapus ya....” sambil melempar penghapus papan tulis. Tapi karena marah rekan saya mengatakan,”kamu belum pernah makan papan tulis ya.....” dan dia bingung bagaimana caranya melempar papan tulis yang besar dann berat itu. Siswa ketawa.....!
Untuk menghindari kata mengapa kita bisa berlatih dengan menguraikannya dalam bentuk pertanyaan terbuka :
”Apa yang sebenarnya terjadi?”
”Apa yang kamu harapkan dari kejadian tadi?”
”Bagaimana perasaanmu kalau kamu menjadi korban pemukulan itu?”
”Ceritakan apa yang dia lakukan kepadamu sehingga kamu bisa semarah itu?”
”Apa yang terjadi sebelum kamu melakukan hal itu?”
Kita sebagai orang tua harus menghindari bertindak sebagai pemegang otoritas tertinggi yang tidak bisa didebat atau dibantah.
Dua Pertanyaan beruntun
Teknik ini sederhana....
Diambil dari penelitian di Amerika dengan melakukan riset pada beberapa sekolah tentang jenis-jenis pertanyaan yang mampu meningkatkan minat belajar anak-anak. Pertanyaan beruntun dilakukan dengan aturan...ikuti satu pertanyaan dengan pertanyaan berikutnya...misalnya ”bagaimana perasaanmu?” ”baik”....”perasaan apalagi yang kau rasakan?” ”yah...agak sedikit gugup memang”. Setelah itu kita bisa melanjutkannya dengan teknik paraphrasing (lihat tulisan yang pertama).
Pernahkah kita mengalami dimana guru bertanya kepada semua siswa secara berurutan. Kita yang belum kebagian ditanya akan memikirkan jawaban yang mungkin akan kita lontarkan. Dan ketika waktu itu datang dan kita menjawabnya, perasaan kita lega dan tidak peduli dengan pertanyaan berikutnya kepada orang lain. Pertanyaan beruntun mengubah hal itu! ”menurut kamu apa arti pengangguran itu?”, ”mengapa pengangguran di indonesia begitu besar”, ”terus menurut kamu kira-kira harus gimana pemerintah mengatasinya?”. Siswa dilatih untuk terus berpikir.
Hindari pertanyaan yang memungkinkan siswa atau anak kita hanya menjawab seperlunya. ”capek ya...?”, ”kamu mengerti tidak materi yang bapak jelaskan?”. anak akan cenderung menjawab ya atau tidak atau belum dan sudah.
Semakin banyak anak bercerita tentang masalah atau situasi, semakin banyak pengertian yang dimiliki orang tua dan anak karenanya. Tentunya saja, ada pula penerapannya untuk teman-teman dan saudara kandung. Pertanyaan susulan, terutama dikombinasikan dengan prinsip penuntun lainnya, membantu anak menjelaskan pikiran dan perasaan mereka sendiri, belajar untuk bicara lebih jelas dan membantu orang tua mengetaui apa yang sebenarnya terjadi.
Teknik columbo
Di Amerika pernah ada film detektif bernama Columbo yang sering mengajukan pertanyaan sederhana an berpura-pura bingung sambil menggaruk-garuk kepala. Dengan menunjukkan ketidakkonsistenan dalam mengajukan pertanyaan sebenarnya kita ingin merangkai sebuah puzzle dari pengalaman anak.
Teknik ini bisa dipergunakan untuk menghadapi anak yang cenderung melawan. ”kenapa? Dia memukulmu tiba-tiba? Aneh sekali ya kok bisa begitu? Emang apa yang kamu lakukan padanya? Iseng mengambil mainannya? Kenapa ngga boleh ya? Coba deh kalo kamu yang direbut mainannya, kira-kira marah ngga ya kamu? Kenapa? Harusnya tidak marah? Kamu tidak akan marah kalau mainan kamu direbutnya? Yang bener?” . teknik ini tidak memposisikan orang tua atau guru sebagai orang yang serba tahu segalanya. Bahkan guru berada diposisi yang terllihat dan terkesan netral.
Teknik ini juga tepat bagi anak yang sering berbohong. Dengan pertanyaan lugu dan seolah kalian membuka diri dengan segala kemungkinan, maka anak akan merasa aman nyaman untuk bercerita lebih banyak.

Semoga beberapa tips ini membuka ilmu dan wawasan baru. Agak sulit kalau tidak terbiasa. Maka dari itiu....biasakanlah....!

Bandung, 31 Maret 2009
Imam Wibawa Mukti
Dari berbagai sumber Selengkapnya...

Senin, 30 Maret 2009

Berpikir Positif....hati jernih...pikiran bersih....!

Tadi pagi saya dengar satu cerita perumpamaan yang sangat bagus dari sebuah radio lokal..bagi saya layak untuk dibagikan..cerita tentang seorang ceria dan pemurung. si ceria yang mempunyai sebuah handphone selalu dengan senang hati meminjamkan kepada si pemurung jika membutuhkan untuk telepon ke teman-temannya atau kerumah. Sebaliknya si pemurung yang secara sengaja tidak mempunyai handphone karena dalam pikiran si pemurung, jika mempunyai handphone maka dia harus dengan berat meminjamkan juga kepada si ceria atau teman-temannya. Bahkan si pemurung selalu merasa orang tuanya tidak menyayanginya dan selalu mengeluarkan keluhan kepada orang tuanya. Orang tua dari si ceria dan pemurung mengetahui hal ini dan situasi yang ada diantara si ceria dan pemurung. Maka itu mereka berencana untuk melakukan pengujian terhadap mereka berdua. Mereka ingin bisa masing-masing dari anak mereka merasakan perasaan yang berbeda dengan kebiasaannya sehari-hari. Orang tua mereka memberikan si pemurung sebuah handphone dengan harapan agar dapat merasakan sukacita. Hadiah tersebut ditaruh diatas tempat tidur dan ketika si pemurung pulang dari sekolah, secepat mungkin membuka hadiah tersebut dan tersenyum selama dalam proses membuka hadiahnya. Namun senyum itu berubah lagi ketika mengetahui bahwa hadiah yang diberikan adalah sebuah handphone. Seketika pikiran negatif muncul, jika si pemurung mempunyai handphone maka dia harus menanggung beban bahwa si ceria dan teman-temannya akan meminjam dan akhirnya menjadi rusak. Atau muncul juga pikiran mengapa orang tuanya memberikan handphone? Dan keluhan-keluhan lain yang terus diucapkan oleh si pemurung. Sedangkan si ceria diberikan hadiah gantungan kunci kuda oleh orang tuanya. Alasan mengapa dihadiahkan begitu karena si ceria adalah orang yang selalu ceria dan melihat segala sesuatu dalam pandangan positif. Oleh karena itu, sang orang tua berusaha agar si ceria mengalami perasaan yang sangat sedih dan ingin melihat bagaimana reaksi kelanjutan si ceria. Ketika hadiah tersebut ditaruh dikotak dan dibuka oleh si ceria, reaksi ceria langsung bingung dan mengerutkan kening sesaat. Dan sambil berpikir keras, dan akhirnya mulai tersenyum kecil
dan akhirnya semakin tersenyum dengan lepasnya. Lalu si ceria langsung bertanya kepada orang tuanya sambil tersenyum,"Aku tahu mengapa ayah dan ibu memberikan kado ini!". Sang orang tua kebingungan dan membalas,"Mengapa kamu tersenyum nak? padahal kami memberikan hadiah seperti itu?". Si ceria menjawab, "Awalnya sedikit bingung tapi aku tahu kalau ayah dan ibu pasti akan memberikan sesuatu yang lebih besar dan jauh lebih baik dari hadiah yang aku terima ini!" "Mengapa kamu berpikir seperti itu?", tanya balik sang ayah dengan cepat. "Karena aku tahu kalo ayah dan ibu sayang ama aku sehingga hadiah itu hanya salah satu petunjuk akan hadiah yang jauuuhh lebih bagus..!! Pasti ayah akan memberikan aku seekor
kuda yang sangat baguus kan?? hayo ngaku!! ", sambil bertanya dengan semangat. Sang orang tua akhirnya tersenyum dan mengiyakan pemberian seekor kuda yang sangat bagus kepada si ceria. Cerita ini menunjukkan pada saya 3 hal dimana hal tersebut bersifat sangat mendasar namun sulit untuk dilakukan.

1. Semangat untuk berpikir POSITIF dalam semua keadaan.
Berpikir positif adalah hal mendasar yang telah diberikan Tuhan semenjak kita lahir. Namun
seiring bertambah usia dimana banyak pengaruh pikiran negatif dalam lingkungan kita maka
membuat cara berpikir semakin sering dalam kondisi negatif. Bahkan banyak pengalaman dari
hidup yang mengkondisikan dalam pengalaman negatif akhirnya memaksa kita terus menerus
untuk melakukan kebiasaan berpikir negatif. Dari cerita diatas, juga menunjukkan bahwa hidup tidaklah selalu dalam keadaan yang baik-baik saja. Akan ada banyak tantangan, kesulitan dan masalah yang memaksa kita dalam kondisi tidak baik-baik saja. Nah, saat itulah dibutuhkan Pikiran POSITIF yang dapat membawa kita lebih mantap dan stabil dalam menghadapi kondisi yang tidak baik-baik tersebut. Namun akan ada banyak pendapat bahwa melakukan Pemikiran Positif tidaklah berpengaruh banyak terhadap kondisi emosi kita atau juga ada yang berpendapat untuk melakukannya cenderung sulit dan akhirnya tidak dilakukan. Memang yang saya tuliskan disini bukannya berarti saya sendiri tidak mengalami saat-saat sulit tersebut, saya sempat mengalami jatuh bangun dalam tetap konsisten meunculkan pikiran Positif tersebut. Namun yang menjadi kekuatan buat saya pada akhirnya adalah keinginan untuk terus berpikir Positif yang akhirnya membuat diri kita menjadi Terlatih. Mengenai Berpikir Positif tidak memberi banyak pengaruh kepada kondisi emosi kita, hal ini terjadi karena memang diri kita terbiasa untuk melakukan pemikiran secara Negatif. Maka itu disaat kita melakukan Pemikiran secara Positif maka bawa semua bagian dari diri kita untuk IKUT berpikir Positif. Nantinya keputusan selanjutnya yang kita ambil akan semakin lebih jernih dan atmosfir tergesa-gesa akan hilang. Sehingga dampaknya tindakan kita selanjutnya akan lebih baik. Pikiran Positif = Emosi lebih tenang + Mampu mengambil keputusan dengan dapak yang lebih baik + Lingkungan sekitar akan ikut terkena imbas positif.
2. Yakin bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan dengan baik akan membawa
TUJUAN AKHIR dan BERKAT yang lebih baik.
Hal ini ditunjukkan dengan cara berpikir si ceria yang awalnya bingung namun akhirnya berpikir bahwa segala sesuatu yang terlihat jelek dan tidak baik serta berat untuk dilakukan akan berakhir dengan hadiah kehidupan yang jauh lebih baik. Tetapi ada syarat khusus supaya kita benar-benar akan mendapatkan Tujuan Akhir dan Berkat yang lebih baik yaitu asalkan kita melakukan apa yang kita kerjakan tidak merugikan orang lain dan malah membawa kebaikan buat orang lain serta diri kita sendiri. Saya pernah ditanya oleh orang dalam satu sesi presentasi, " Menurut Anda apa yang disebut dengan BAIK dan SALAH?". Terus terang saya kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini namun ada 1 hal yang menjadi kepastian dan tetap saya yakini sampai saat ini adalah nilai kebaikan itu tergantung dampak yang diterima oleh orang lain/sekitar kita dan diri kita sendiri. Jadi yang disebut BAIK adalah selama pekerjaan tersebut tidak merugikan orang lain kecuali memang orang lain itu sengaja berpikiran tidak baik terhadap kita. Karena itu diperlukan third party justification yang melibatkan orang lain yang cukup obyektif untuk memberi evaluasi apakah tindakan kita termasuk kategori Baik atau Tidak. Nah penjelasan Baik atau Tidak Baik ini berkaitan dengan keyakinan pada point 2 diatas. Memang butuh proses internal yang mendalam dan kontinyu, namun saya pikir inilah resiko yang harus diambil ketika kita berkehendak menjadi manusia yang semakin Sempurna di bumi.
3. Berkaitan dengan manusia Sempurna di Bumi dengan point no.2 diatas,untuk mampu
dengan keyakinan bahwa kita mempunyai Tujuan Akhir dan Berkat yang lebih baik maka kita harus mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan Pencipta kita. Dalam cerita diatas, sianak yang ceria tersebut mempunyai pengalaman yang dalam dengan sang orang tua dan membuat anak tersebut mempunyai keyakinan bahwa sang orang tua tidak akan memberikan hadiah yang tidak baik. Walaupun kenyataannya, si ceria diberikan hadiah yang tidak baik tetapi si ceria dapat melihat hal yang lebih besar dan lebih indah dari sang orang tua berdasarkan keyakinan tersebut. Maka itu, sebaiknya masing-masing dari kita mempunyai hubungan yang baik dengan Tuan Pencipta kita. Dengan begitu, segala sesuatu yang kita kerjakan membuat hidup menjadi lebih baik baik untuk diri kita sendiri dan orang sekitar kita. 3 hal diatas merupakan pengetahuan dasar dalam hidup kita tetapi sudahkah kita melakukannya? sekedar melakukannya merupakan hal baik namun dengan konsisten melakukannya adalah hal yang jauh lebih baik bagi hidup kita. Seperti kata temen saya, "Sulit bukan berarti tidak dapat dilakukan, mudah bukan berarti dilupakan". Selengkapnya...

BAGAIMANA BERBICARA AGAR ANAK BERPIKIR

Edisi Adversity Quotient

(bagian pertama dari tiga tulisan)
Kunci agar anak kita mampu bertahan hidup dengan saya tahan yang tinggi dan tidak mudah menyerah adalah dengan cara mulai mengajarkan anak kita berpikir, berkata dan bertindak secara mandiri. Biasanya, karena rasa cinta yang sangat besar, maka orang tua cenderung menghindarkan mereka dari rasa sakit, kesulitan dan masalah dari lingkaran hidup mereka sendiri. Sehingga ketergantungan mereka kepada kita sebagai orang tua menjadi lebih dominan ketimbang kemampuannya melepaskan diri secara pikiran dan tindakan.
Padahal dalam kenyataannya, kita tidak akan bisa mendampingi mereka selamanya. Kita tidak akan bisa membuat hidup mereka selalu sesuai dengan harapan kita. Dan pada saat itu, kita mengharapkan anak mampu berpikir secara mandiri disaat kita tidak sedang berada disisi mereka.
Tantangan lain adalah, orang tua tidak bisa benar-benar objektif terhadap anak kita. Bagaimanapun orang tua memiliki ikatan emosi yang sangat kuat sehingga sering kita selalu ingin menyelesaikan masalah anak secara langsung dengan melibatkan diri dalam berbagai aspek kehidupan anak. Ketika anak marah kepada kita sebagai orang tua maka kita tidak berpikir bahwa mereka sedang melampiaskan amarahnya kepada kita karena kita adalah sasaran palling aman, tapi kita malah terlibat secara emosional dan menganggap mereka kurang ajar. Marah mereka mungkin bukan kepada kita, tapi kita adalah sosok yang bagi mereka cukup aman sebagai pelampiasan. Tapi kita menganggap mereka kurang ajar, lantas kita marah dan mengedepankan emosi ketimbang nalar dan kognitif. Maka yang terjadi kemudian adalah amarah kita kepada mereka dan membuat suasana semakin ruwet dan tidak menyenangkan bagi anak.
Tujuan mengasuh anak adalah mengajarkan kepada anak-anak cara berpikir sendiri dan berperilaku sesuai dengan pedoman moral yang telah ditanamkan orang tua. Lantas bagaimana kita bisa melakukannya?
Tuntunan yang baik dalam pembuatan keputusan sosial dapat membantu anak memahami bahwa perilaku buruk sebenarnya tidak memberikan apa yang mereka inginkan, yaitu cinta dan penerimaan.
Pernyataan ini sekilas terkesan sangat sederhana, namun kita akan sadar bahwa itu sangat sulit. Tantangan berupa derasnya banjir informasi yang diterima anak melalui media massa, perkembangan tekhnologi yang terus mencekoki akal pikiran mereka merupakan tantangan yang selalu membutuhkan kewaspadaan orang tua. Belum lagi stabilitas emosi kita sebagai orang tua tidak selamanya pada tataran mapan, sehingga ilmu dan kejernihan berpikir kita sering kalah oleh desakan emosi dan amarah. Bukan begitu?
Cara paling mudah mendidik anak berpikir sendiri adalah dengan mengajaknya berbicara. Tapi jangan salah, berbicara yang salah justru akan banyak menimbulkan masalah ketimbang solusi.

A. Cara Berbicara Yang Membuat Anak Sulit berpikir
1. Mengatakan kepada mereka apa yang ada dalam pikiran anda setiap saat.
2. Mengevaluasi gagasan atau pernyataan anak-anak segera setelah mereka mencetuskannya dengan cap ”baik” dan ”buruk”
3. Setriap ada kesempatan, memberi mereka kebijaksanaan dari masa kecil anda. (Waktu ibu/bapak seumurmu...”).
4. Menutup setiap resiko kekecewaan dengan mencegah anak-anak memilih jalan yang anda pikir tidak akan berhasil. ”anak pinter kok milih itu sih....”, atau ”wah kalau caranya begitu pasti sulit berhasil...”.
5. Bersikap serius setiaap saat. Pekerjaan rumah, persiapan ulangan, ekstrakurikuler, olah raga dan berperilaku sopan harus dilaksanakan dengan serius, bermartabat dan terkendali.
6. Berbicara dan mendengar sedikit.. anak tidak perlu mengemukakan pendapat, mereka hanya perlu mendengar dengan baik dan harus mengerti maksud perkataan orang tua.
7. ”Pokoknya turuti perintah ayah....ayah sudah hidup lebih dahulu daripada kamu...”
8. Menampilkan diri anda dengan sempurna. Tidak mau kehilangan muka dengan berbuat salah dan tidak mengerti dunia mereka.
Perintah diatas mengandung kebijaksanaan konvensional yang diwariskan generasi ke generasi dan tampaknya sebagian kebiasaan itu akan tetap bertahan. Kita lupa bahwa anak kita sudah tidak hidup di dunia kita, tapi kita lah yang sedang hidup di dunia mereka. Jangan perlakukan mereka seperti miniatur orang dewasa.
Orangn tua harus menjalin hubungan dengan anak agar dapat menuntun dan mengajari mereka. Untuk itu maka orang tua harus mencoba membuka diri terhadap dunia mereka, hidup mereka. Dengan beberapa hal kecil yang mungkin harus dibiasakan, misalnya dalam menanggapi pertanyaan anak. Kunci untuk menanggapi pertanyaan anak tidak harus dengan cara langsung memberikan jawaban. Kurangi terlalu banyak memberikan kuliah namun perbanyaklah mendengarkan cerita, keluhan, suka duka cita mereka. Yakinlah...mereka membutuhkannya...sangat.....! dan semua itu hanya bisa terjdai bila anak dan orang tua memiliki kecerdasan emosional, mau berpikir dan menjadi mitra yang saling peduli.
Jangan sekali-kali berpikir bahwa segalanya pasti baik jika anak menurut. Kepatuhan memang bisa menjadi cara bagaimana perkataan kita didengar mereka, tapi itu sama sekali tidak menggambarkan keinginan dan pikiran mereka. Mendikte anak untuk melakukan sesuatu akan membuat mereka tidak mampu menjalankannya dengan baik sesuai petunjuk, tapi tidak akan pernah bisa membuat mereka berpikir mandiri, dan menentukan tujuan hidupnya sendiri.
Apabila anda mendengar anak kita mengatakan bahwa dia akan berhenti sekolah setamat SMA dan hanya ingin bekerja, apa yang ada dalam benak kita, apa yang akan kita katakan dan apa yang akan kita perbuat? Jangan memberikan nasehat tentang pentingnya pendidikan, suramnya masa depan tanpa sekolah dan masalah rezeki yang tidak pasti. Mereka cenderung akan menunjukkan penolakan dan pertentangan secara sengaja hanya untuk menunjukkan identitas dirinya.

B. Prinsip-Prinsip Penuntun EQ
Dalam buku Cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, Maurice J. Elias dkk memaparkan beberapa prinsip untuk membantu anak berpikir. Uraian tersebut dibagi dalam tiga prinsip. Prinsip keseharian, tekhnik bertanya dan kiat jangka panjang.

Prinsip-prinsip keseharian
Prinsip ini harus dibiasakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Interaksi dalam kehidupan keseharian adalah waktu yang paling efektif dalam menanamkan emosional dan daya tahan kepada mereka. Jadilah anak-anak sejenak dan tenggelam dalam kehidupan, pikiran, perkataan dan tindakan mereka. Dan rasakanlah bagaimana mereka akan memeluk anda dengan cinta, bukan ketakutan dan rasa segan.
1. Memberi teladan
Anak bisa belajar dengan memperhatikan cara orang dewasa menggunakan keterampilannya, dan orang tua bisa mengajarkan sesuatu dengan memberi teladan. Cara ini jauh lebih efektif ketimbang sekedar memberi tahu apa yang harus mereka lakukan.
Ada kasus dimana seorang anak berani mengatakan ”bodoh” kepada ibunya. Ibunya tidak menerima dan mengajak anaknya ke ahli psikologi. Tahu apa yang terjadi? Ternyata ibunya yang harus di terapi. Karena frustasi, ibunya sering mengatakan hal yang sama kepada anaknya ketika anaknya melakukan kesalahan. Jadi sebelum kita mengharapkan anak berubah, maka terlebih dahulu kita harus merubah perilaku kita sendiri sebagai orang tua.
Seorang anak yang prestasinya kurang, padahal dia anak cerdas istimewa telah membuat sang ayah khawatir dan membawa anaknya ke psikolog. Ternyata kebiasaan anak ini ketika belajar adalah sambil menancapkan headphone ke telinganya dengan penerangan yang tidak maksimal. Dutambah dengan kamar yang berantakan dan jadwal belajar yang tidak menentu. Wawancara dilakukan dan hasilnya ternyata si anak meniru gaya ayahnya dalam bekerja. Sang ayah mengakui bahwa dia bekerja dengan suara TV yang menyala keras, kertas berserakan dan secangkir kopi yang tumpah. Ayah berbakat?
2. Mengingatkan dan menujukkan kecakapan yang baru dipelajari
Ini tidak sama dengan mengomel bu.....! mengomel lebih berkaitan dengan kata-kata, mencela, mengkritik, memarahi dan mengancam. Mengingatkan berkaitan dengan menyarankan, menunjukkan dan mengarahkan. Tahu bedanya bu....?
Anak kita yang sering menonton sinetron yang selalu membuat semuanya mudah dan instan. Jadi ketika mereka datang kerumah dan telah disediakan makanan leh orang tua, mereka menjadi itu sesuatu yang wajar. Mereka tidak pernah memikirkan bagaimana sulitnya memasak, sulitnya memotong bawang merah dan bagaimana sulitnya menggorreng ikan basah. Jadi orang tua harus mengingatkan dengan menunjukan bagaimana caranya memasak di saat yang paling tepat. Bukan mengomelinya dengan sejuta kata yang mendakwa mereka tidak bertanggung jawab. Ayah bisa memberikan contoh bagaimana memperbaiki kerusakan alat elektronik yang paling sederhana di depan mereka sehingga mereka mengikuti dan mengetahui bagaimana prinsip listrik sederhana dan bagaimana memperbaiki kerusakan alat rumah tangga yang sederhana.
Begitu juga dengan guru. Daripada mengeluarkan energi dengan marah dan ngomel, alangkah baiknya mengarahkan mereka untuk melakukan sebuah keterampilan. Ini memang membutuhkan strategi dan persiapan yang matang. Tapi mau apa lagi, itu resiko pekerjaan dan tidak ada acara untuk mengeluh dan mengabaikannya.
3. Paraphrasing, mengungkap kembalil dengan kata-kata sendiri.
Maksudnya adalah mengungkapkan dengan kata lain, menyatakan kembali, meringkas atau mengulang apa yang diucapkan orang lain. Dengan demikian ini menunjukkan pemahaman akan apa yang dikatakan orang lain. Hal ini penting karena membantu pembicara merasa dihargai dan dimengerti.
Misalnya si anak bertanya apa itu baik. Sang ayah menjawab dengan memberikan cerita pendek dan setelah itu lalu ayah bisa bertanya, ”dari cerita tadi menurut kamu apa itu yang disebut baik?”.

(sambungan berikutnya....tekhnik bertanya)

30Maret2009
Imam Wibawa Mukti,S.Pd Selengkapnya...

Minggu, 29 Maret 2009

MENINGKATKAN ADVERSITY QUOTION BAGI SISWA AKSELERAN

Setelah mengenal apa itu AQ, lantas pertanyaannya adalah apa yang harus orang tua dan guru lakukan untuk meningkatkan daya tahan siswa akselerasi terhadap berbagai kesulitan yang akan dan tengah mereka hadapi?
AQ sangat perlu ditanamkan kepada siswa akselerasi mengingat beberapa hal yang mereka alami di dunia pendidikan dan dunia masyarakat sangat berbeda dengan para siswa atau anak pada umumnya. Misalnya, dengan kecerdasan mereka yang tinggi, tentunya banyak hal dalam benak mereka yang terus bergejolak, baik pikirannya maupun emosinya. Kemampuan mereka untuk menangkap suatu gejala dan fenomena dalam hidupnya biasanya melampaui usia mereka sehingga terkadang pengetahuan mereka belum diiukti kematangan emosi dan psikologinya.
Disaat yang sama, siswa akselerasi menghadapi banyak tantangan yang dapat diartikan sebagai kesulitan yang mereka hadapi. Seperti prestasi belajar yang kurang optimal, pergaulan yang terbatas, kurang mendapatkan wahana untuk mengekspresikan diri atau adanya berbagai mitos dan anggapan dari masyarakat sekitar tentang keberadaan mereka berupa tuntutan dan harapan yang berlebih.
Untuk itu, orang tua maupun sekolah harus mampu membuat sebuah pola pembelajaran yang menyeluruh dan terintegrasi polanya sehingga siswa akselerasi mampu menjalani tahapan pengembangan adversity.

A. Beberapa Hal Yang Menyebabkan AQ Anak Kurang Berkembang
Mari sekarang kita sedikit melakukan introspeksi mengapa AQ anak Indonesia masih cukup rendah, sehingga sering kita temui begitu banyak anak yang mudah terjebak dalam sebuah angan dan harapan kososng akibat ketidakmampuannya menghadapi tantangan dan kesulitan hidup, khususnya di daerah perkotaan. Hal ini perlu diurai untuk sedikit mengidentifikasi masalah dan mencoba untuk memperbaikinya setahap demi setahap.
Beberapa hal yang menyebabkan AQ anak sangat rendah adalah :
1. Orang tua yang super protektif
Setiap orang tua pasti sayang anaknya. Namun kasih sayang yang hendak dicurahkan kepada anak sering menjadi bumerang karena orang tua cenderung ingin melindungi anaknya dari berbagai kesulitan. Hal ini akan menjadi sebuah kebiasaan dan kemudian tanpa disadari anak maupun orang tua menjadi sangat tergantung satu sama lain.
Misalnya ketika si anak menghadapi masalah dalam pergaulannya di sekolah, masih banyak orang tua yang selalu ingin mengambil alih dengan cepat dan langsung menyerang teman anaknya dengan agresif. Padahal biasanya masalah yang dihadapi anak tidak serumit pandangan orang tua. Orang tua menjadi super protektif langsung ikut dalam dunia anaknya. Sang anak menjadi tidak diajarkan untuk menyelesaikannya sendiri. Masalah seolah selesai dengan keberadaan orang tua dan orang tua merasa anaknya telah dan akan aman selama dirinya ada disampingnya.
Untuk itu, maka orang tua harus mulai untuk melepas anaknya secara bertahap sesuai umur dan perkembangan mental si anak. Anak akselerasi yang relatif lebih cepat menempuh waktu belajar harus mendapatkan bimbingan dengan melakukan pelepasan atau penyapihan dari ketergantungannya kepada orang tua lebih cepat. Proses ini akan membuat kematangan psikologis dan sosialnya bisa berjalan dengan normal. Karena walaupun secara fisik mereka bisa jadi masih kecil, namun kemampuan mereka untuk melakukan analisis sendiri sangat mungkin telah terjadi.
2. Orang Tua Cenderung Membentuk Lingkungan Sosial Anak Berdasarkan Pandangan Orang Tua
Melarang, mengamati dan melakukan tindakan langsung untuk pembentukan lingkungan anak sangat dimungkinkan dengan dimulai mencari sekolah yang cocok dengan keinginan orang tua. Lalu menyeleksi teman dan sahabatnya, melarang mereka bersosialisasi dengan lingkungan tertentu dan menitipkan anaknya kepada guru untuk mendapatkan perhatian lebih.
Hal ini bisa jadi kemudian akan menempatkan anak dalam dunia dan mimpi orang tua itu sendiri. Yang menjadi buruk adalah apabila keterlibatan langsung orang tua menjadi sangat berlebihan. Sang anak tidak bisa lepas dari bayang-bayang orang tua, khususnya ibu.
Orang tua dan guru dituntut untuk berani mengambil resiko dalam mempersiapkan sebuah masyarakat yang akan dihadapi anak dalam kehidupan nyata. Banyak pengetahuan yang akan diperoleh anak dari pengalamannya ketimbang dari uraian teori di kelas. Kehidupan akan melakukan ujian terlebih dahulu kemudian memberikan pengetahuan, sementara di kelas anak akan mendapatkan pengetahuan kemudian ujian.
3. Mendidik Dengan Dominasi kata Larangan, Jangan, Tidak Boleh
Larangan menjadi kata yang dipilih orang tua atau guru untuk menghindari anak dari kesulitan karena efektif dan efisien dari sudut jumlah kata yang harus dipergunakan. Tapi apakah kita memnyadari bahwa bagi usia mereka, larangan adalah berarti pengekangan dan itu artinya adalah sebagai tantangan bagi mereka untuk melanggarnya.
Anak cerdas istimewa memiliki karakter untuk cenderung memberontak. Mereka memiliki banyak pertanyaan dan hasrat keingintahuan yang sangat besar. Pelanggaran yang mereka lakukan umumnya bukan tanpa kesadaran dan ketidaktahuan, tapi justru atas kesadaran dan dengan berjuta alasan yang telah dipersiapkan dengan tujuan untuk menguji sebuah aturan atau tata tertib.

B. Kiat Peningkatan AQ Melalui LEAD
Perlu sebuah sistem yang dipahami semua pelaku pendidikan yang berhubungan dengan anak cerdas istimewa. Ini sangat penting mengingat pendampingan mereka harus bersifat individual dan sesuai dengan karakter unik mereka. Pendampingan yang bersifat parsial dan terputus antara guru-orang tua atau guru-guru justru akan membuat mereka menjadi lebih bingung. Ketidakajegan sebuah peraturan yang diberlakukan di rumah dan disekolah atau antar guru akan semakin membuat mereka bingung, mencoba melakukan analisis sendiri dan kemudian menyimpulkannya secara serampangan.
Namun secara umum, penanganan siswa akselerasi dalam bidang AQ bisa dilakukan dengan metode LEAD (Listen, Explore, Analyse, Do).
1. Listen
Mendengar! Sebuah keterampilan yang sekarang sudah mulai dilupakan. Orang lebih sibuk mempelajari bicara yang baik ketimbang keterampilan mendengar padahal mendengarkan adalah sumber pengetahuan.
Namun terlepas dari semua itu, mendengarkan adalah wakil dari panca indera. Siswa dan anak harus diajarkan untuk peka dengan masalah disekelilingnya, masalah dirinya, masalah teman-temannya karena dengan kemampuan itu, maka mereka akan dapat merasakan sebuah proses pendewasaan dirinya. Mendengarkan adalah kemampuan seseorang dalam mendeteksi lingkungan sekitarnya
Guru dan orang tua perlu juga mulai menjadi pendengar mereka, mendengarkan keluhan, harapan, kecemasan dan kekhawatiran yang mereka alami. Khususnya siswa akselerasi, tentunya mereka memiliki kecemasan akan dirinya dan akan ekspektasi lingkungan yang berlebihan dan bisa menjadi beban tersendiri bagi mereka.
Dikelas guru dituntut untuk menjadikan proses belajar untuk menjadi media anak belajar mendengar. Metode diskusi, curah pendapat, belajar untuk mengidentifikasikan masalah dan mencari berbagai alternatif solusinya. Metode ini menuntut suatu persiapan tema dan tekhnik mendengarkan dari guru itu sendiri.
Di rumah, orang tua harus mulai menjadi pendengar harapan dan ketakutan mereka. Bertanya dan mengeksplorasi mimpi mereka, masa depan dan target hidup mereka. Arahkan kemampuan sang anak untuk mampu mengemukakan pendapatnya secara sistematis dan logis. Sebagai guru saya melihat bahwa kecerdasan akademis anak akselerasi masih belum diikuti dengan kemampuannya mengemukakan pendapat secara runtut dan sistematis.
Pola pendidikan secara sinergi antara sekolah dengan keluarga dalam menekankan kemampuan mendengar dan memaksimalkan panca indera akan menambah kemampuan siswa dalam memahami segala potensi dan masalah dirinya.
Sebagai contoh dalam masalah pengangguran, siswa diajak untuk mencari berbagai permasalahan, teori dan dampak dari pengangguran. Setelah itu siswa diajak untuk membuat resume dalam bentuk laporan tertulis.
2. Explore
Berarti mencari dan menemukan. Dalam teori metode pembelajaran, metode ini disebut dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri, yaitu suatu metode rangkain berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang dipertanyakan (Dr.Wina Sanjaya,M.Pd, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan,2006).
Pada dasarnya, manusia dibekali kemampuan dan kemauan untuk mencari semua jawaban yang dihadapinya. Rasa ingin tahu ini membuat manusia mampu meningkatkan kemampuan panca inderanya, meningkatkan kemampuan berpikirnya dalam mengamati alam, tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Kemudian pengetahuan ini meningkat pada kemampuan memaknai (meaningfull).
Untuk melatih kemampuan explorasi siswa, guru dituntut untuk mampu menciptakan kondisi kelas dalam nuansa kebebasan ilmiah. Yaitu sebuah suasana yang membuat siswa nyaman mengemukakan segala pendapatnya dalam batasan dan koridor ilmiah. Dengan demikian siswa akan terus mengoksplorasi kemampuan berpikirnya sampai akhirnya menemukan sendiri jawabannya.
Oleh karena itu, dalam metode atau strategi ini memiliki beberapa prinsip, yaitu :
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
b. Prinsip interaksi aktif
c. Prinsip bertanya
d. Prinsip belajar untuk berpikir, dan
e. Prinsip keterbukaan
Dengan contoh tentang materi pengangguran diatas, siswa kemudian kita ajak untuk saling bertukar pikiran antar anggota belajar dalam mencari, mengurutkan dan merunut sebab, dampak dan usaha pemerintah dalam mengatasi hal tersebut.
3. Analyse
Adalah melakukan pengamatan dalam pola detail dimana akhirnya pelaku akan menemukan jawaban dan pengetahuan lebih tentang obyek tersebut. Analisa adalah proses berpikir tingkat lanjut dari berpikir. Dengan analisa siswa belajar untuk mampu mengurai suatu pokok bahasan dan berbagai bagiannya dan menelaah bagian-bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat.
Dalam strategi pembelajaran, guru mengenal sebuah metode bernama Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB). Dengan dua metode ini diharapkan siswa mampu memahami arti masalah, belajar untuk menetapkan suatu masalah, mengurai dalam bagian-bagian kecil, melakukan pengamatan dari setiap bagian, mencari hubungan antar bagian dan kemudian menyimpulkan untuk menemukan berbagai solusi yang mungkin terpeikirkan oleh siswa.
Misalnya masih dalam masalah pengangguran di Indonesia, guru dapat melontarkan permasalahan ini, bertanya mengapa pengangguran disebut sebagai masalah, kemudian menguraikan sebab dan dampak dalam bagian yang lebih sempit, menganalisa bagian-bagian kecil tersebut, menganalisa sebab bagian tersebut dan mencari hubungan antar sebab dan dampak untuk kemudian menyimpulkan dan memberikan pemikiran seputar solusi yang bisa diambil, minimal oleh dirinya sendiri supaya tidak menjadi bagian dari penganggur.
4. Do
Lakukan! Sehebat apapun kita belajar tentang teori renang, maka tidak akan berarti banyak ketika tidak melakukannya dikolam renang. Bagaimana mengajarkan anak untuk bisa memahami pentingnya belajar materi penagguran bila anak tidak diajak langsung terlibat mengambil kehidupan penangguran atau belajar langsung untuk mengasah kemampuannya supaya terampil dan bersiap menghadapi masa depan.
Strategi bagi guru untuk melibatkan siswa dalam proses adalah metode Contextual eaching and Learning (CTL). Metode ini adalah suatu strategi yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukanmateri yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata dalam kehidupan mereka.

Dari uraian diatas, kita dapat menambah wawasan baru tentang berbagai “Quotion” yang harus dipelajari kita dan anak dalam mempersiapkan masa depannya dengan baik. Semoga ditulisan saya yang akan datang dapat lebih banyakmengurai lagi masalah AQ ini.

Bandung 28 Maret 2009 Selengkapnya...

ADVERSITY QUOTIONT

Makhluk apalagi ini dan apa manfaatnya bagi siswa akselerasi?

Setelah kita mendengar teori tentang Intellegence Quotient (IQ) yang dicetuskan oleh Alfred Binet pada tahun 1923 dengan deret angka dan penafsirannya, lantas kita dikejutkan dengan terbitnya buku Emotional Intellegence (EQ) Daniel Goldman yang membuktikan bahwa 85% orang yang berhasil ternyata karena kecerdasan emosinya baik. Karena dengan kecerdasan emosi, seseorang memiliki kemampuan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan dan dirinya sendiri sehingga mereka memiliki kompetensi pribadi dan kompetensi social.
Pengetahuan terus berkembang, kemudian kita juga mengenal adanya Spiritual Quotient (SQ) yang dipaparkan oleh Danah Johar dan Ian Marshal , sekarang dimunculkan sebuah teori yang berusaha untuk menjembatani semua kecerdasan tersebut dengan teori yang disebut Adversity Quotient yang dicetuskan oleh Paul G Stolz pada tahun 1997.

Mengenal Adversity Quotient
Adversity menurut kamus Cambridge adalah “a difficult or unlucky situation or event”. Bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah kemalangan atau kesulitan dan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi dari ketidakbahagiaan, kesulitan atau ketidakberuntungan. Dan dalam bahasa psikologi kata adversity sering diterjemahkan menjadi tantangan kehidupan. (Dra.Tjut Rifameutia, kiat memantapkan AQ Siswa Akseleran).
Dra.Tjut Rifameutia menjelaskan lebih lanjut bahwa AQ mempunyai tiga bentuk sebagai berikut :
1. AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual baru dalam memahami dan meningkatkan semua bagian dari keberhasilan.
2. AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan.
3. AQ adalah seperangkat alat yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki kemauan respons seseorang terhadap kesulitan.
AQ berguna untuk mengukur secara sistematis kemampuan seseorang atau individu dalam menghadapi kesulitan hidup. Kita tentunya tahu bahwa hidup ini sering berhadapan dengan berbagai tantangan atau kesulitan dan tidak semua orang mampu menghadapi dan bertahan dalam menjalaninya.
AQ diibaratkan oleh Stolz sebagai pohon sukses yang semakin tinggi maka hembusan dan terpaan angin akan semakin besar. Ketika pohon yang lain tumbang maka pohon sukses ini akan terus tumbuh di tanah dan iklim yang keras.
Pengandaian ini kemudian diuraikan dengan menjelaskan element pohon dengan beberapa karakter yang mendukung kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan. Simbolisasi ini dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Akar = Genetika, pendidikan dan keyakinan
Pohon yang baik akan dimulai dari akar yang kuuat dan mampu menyerap semua zat penting bagi pohon. Akar ini diibaratkan sebagai faktor genetika sebagai faktor bawaan, pendidikan sebagai faktor lingkungan dan keyakinan sebagai faktor intern seseorang dalam mengarungi kehidupan. Ketiga faktor ini menjadi landasan bagi perkembangan kemampuan seseorang dalam menghadapi hidup dan segala permasalahannya.
2. Batang = Intelegensi, kesehatan dan karakter
Batang menjulang dan menopang segala yang berada diatasnya. Kekuatan pohon nampak dari batangnya. Kehebatan akar diwakili keberadaannya oleh eksistensi batang. Lantas apa artinya bila diinterpretasikan pada manusia? Batang menjadi simbol bagi intelegensi, kesehatan dan karakter. Genetika dan pendidikan tidak akan terlihat dan menunjukkan kehebatannya tanpa bukti dalam bentuk kecerdasan intelektual. Begitu juga dengan kesehatan, menjadi syarat mutlak untuk menopang perkembangan pribadi seseorang. Kemudian semua menjadi sebuah karakter yang tercermin dalam perilaku sehari-hari.
3. Ranting/Dahan = Bakat dan Hasrat
Ranting dan dahan itu kecil, nampak sepintas dan dipenuhi daun atau buah atau bunga. Dahan adalah representasi dari kekuatan batang dan keteguhan akar. Bakat adalah bekal yang terpendam dan membutuhkan hasrat untuk berbuah. Demikian juga sebaliknya.
4. Daun = kinerja/karya
Daunlah yang sering tampak dan diamati oleh orang bila hendak melihat kesehatan dan bakat serta hasrat. Daun paling mudah diidentifikasi keindahannya, diukur kesehatannya. Kinerja atau karya adalah hasil yang tampak dan paling mudah untuk mengukur semua faktor diatas.

Selanjutnya, ada empat dimensi pokok dalam AQ, yaitu :
1. Kontrol (control), seseorang terhadap suatu kemalangan.
2. Asal-usul dan pengakuan (origin and ownership), kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari suatu kesulitan yang tengah dihadapi.
3. Jangkauan (reach), seberapa jauh kesulitan tersebut berdampak bagi llingkungan
4. Daya tahan (endurance) , kemampuan menghadapi kesulitan.

Dalam menghadapi kesulitan, tidak semua orang mampu bertahan sampai titik akhir untuk menghadapi dan menyelesaikannya. Ada yang langsung menyerah, berusaha lalu berhenti dan ada pula yang terus berusaha dan berusaha.
Dalam teori motivasi kita mengenal ada tiga tipe manusia dalam menghadapi masalah, yaitu :
1. Tipe Quitter, berhenti dan puas menjadi pecundang.
2. Tipe Campers, yaitu orang yang mencoba berusaha, berhenti dan puas dengan apa yang telah diraihnya.
3. Tipe Climbers, adalah tipe orang yang akan terus mendaki, berusaha untuk mengatasi kesulitan dan menaklukannya. Untuk kemudian berjuang lagi menghadapi kesulitan berikutnya.

Apa Pentingnya AQ Bagi Anak Akselerasi? (bersambung...)

Bandung, 27 Maret 2009 Selengkapnya...

Kamis, 26 Maret 2009

KAMI YAKIN, KALIAN BISA BERBUAT LEBIIH BAIK WAHAI ANAKKU…

Anakku…sebentar lagi akan menghadapi ujian negara. Walaupun bukan satu-satunya penentu keberhasilan kalian di masa depan, tapi ujian ini adalah fase yang harus kalian hadapi. Lari dan menghindar atau tidak peduli tidak akan pernah membuat kalian mampu melewatkan ini dalam pengalaman pendidikan kalian.
Di waktu SD pun kalian pernah menghadapinya, dan ternyata kalian bisa melaluinya dengan sangat gemilang. Dan sangat mungkin akan mengalaminya kembali dengan hasil yang sangat gemilang pula.
Anakku...akan seperti apa yang akan kita raih kelak adalah akkumulasi dari usaha kalian selama ini! Tidak ada alasan kalian mengabaikan usaha saat ini dengan alasan ”toh ujiannya juga belum!”, atau dengan mengatakan ”sekarang aku belum serius pak...tapi nanti pas ujian pasti akan lebihserius”. Tapi ingat...
Apa yang kita raih kelak adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang kita lakukan terus menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila kita yakin tujuan dan jalan kita, maka kita terus memiliki ketekunan untuk tetap berusaha, ketekunan adalah kemampuan kita untuk bertahan ditengah tekanan dan kesulitan.
Kita harus tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di langkah pertama. Memang semakin jauh kita berjalan, semakin banyak rintangan yang menghadang. Bayangkan, andai saja kemarin kita berhenti, maka kita tidak berada di sini sekarang. Setiap langkah menaikkan nilai diri kita, apapun yang kita lakukan, jangan sampai kehilangan ketekunan kita.
Karena ketekunan adalah daya tahan kita. Pepatah mengatakan bahwa ...ribuan kilometer langkah di mulai dengan satu langkah. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari banyak langkah-langkah kecil..., dan langkah pertama keberhasilan harus kita mulai dari rumah kita. Rumah yang paling baik adalah hati kita, itulah sebaik-baik tempat untuk memulai dan untuk kembali. Karena itu mulailah kemajuan kita dengan memajukan hati kita, kemudian pikiran kita, dan usaha-usaha kita. Ketekunan hadir bila apa yang kita lakukan benar-benar berasal dari hati kita. (Muhaemien.blogspot.com)
Sekarang adalah saat paling tepat untuk kembali melakukan introspeksi dan kembali menetapkan garis start untuk mulai berbuat yang terbaik kembali.
Sekarang...sekali lagi anakku...sekarang...
Orang tua kalian khawatir setengah (bahkan full) mati memikirkan kalian. Kasih sayang mereka membuat seolah merekalah yang akan menghadapi ujian itu! Lihat kasih mereka dalam kepanikannya, lihat sayang mereka dalam kekalutannya memikirkan hari demi hari yang dihitung hanya untuk menyakinkan kalian bahwa kalian benar-benar akan siap mengahadapi ujian negara.
Amati bagaimana guru kalian juga banting tulang dan berpikir keras mencari metode dan cara supaya kalian bisa menjawab semua jawaban dengan benar dan cepat.
Lihatlah semua itu dari sudut pandang kejernihan hati...dan yakinkan dalam hati kalian bahwa semua itu adalah bukti kasih sayang kami.
Kami tahu kalian tidak akan pernah mengerti bagaimana kasih itu kami ujudkan dan kami tak berharap lebih dari itu. Kami paham bila kalian pun tidak merasakan bagaimana sayang ini kamu curahkan karena kalian tidak akan pernah memahaminya sampai suatu saat kalian berada pada posisi kami.
Tapi jadikan semua itu adalah api yang akan menyalakan semangat kalian. Karena sebenarnya kalian pasti bisa meleati semua ini dengan gemilang. Kami tahu siapa dan seberapa besar potensi kalian. Selengkapnya...

MENGAPA ORANG TUA DAN SEKOLAH PANIK MENGHADAPI UJIAN NEGARA?

(Dipersembahkan beserta doa kepada siswa akselerasi yang akan menghadapi ujian negara!!!)
Ini bukan menjadi masalah bagi siswa akselerasi saja, tapi masalah umum yang kita temui di dunia pendidikan dan ini bukan masalah pro atau kontra, tapi kenyataannya sampai sekarang, ujian negara seolah menjadi momok mengerikan bagi semua pihak yang terlibat di dunia pendidikan (kecuali bagi penyelenggara dan memiliki kepentingan langsung). Orang tua, guru dan siswa terbiasa menghadapi masa-masa mengerikandan melelahkan dalam melakukan persiapan dan menjalani kegiatan ujian negara.
Setiap menghadapi ujian negara, maka yang terkesan muncul ke permukaan adalah kepanikan. Kepanikan baik dari pihak orang tua yang khawatir anaknya akan mendapatkan nilai buruk, tidak bisa masuk ke sekolah favorit atau bahkan tidak lulus. Sementara sekolah khawatir nilai rata-rata hasil ujian siswanya turun drastis atau ada siswa yang tidak lulus.
Mengapa itu terjadi? Banyak hal yang memang harus dibenahi di dunia pendidikan Indonesia. Berbagai kepanikan dan kekhawatiran orang tua dan sekolah menunjukkan hal itu!

Lantas mengapa orang tua menjadi sangat panik?
Pertama, orang tua panik mungkin karena ragu sistem pembelajaran di sekolah akan mampu memberikan bekal kepada anaknya untuk menghadapi ujian negara. Apapun alasannya, orang tua banyak yang memasukan anaknya masuk ke suatu sekolah bukan karena keyakinannya akan kualitas proses pembelajaran, namun karena terdesak keadaan!
Kedua, adalah ketidakyakinan orang tua terhadap keseriusan anaknya dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Orang tua melihat bagaimana anaknya belajar di rumah, sehingga orang tua mengenal betul kualitas belajar anak-anaknya. Karena itu, banyak pula orang tua yang merasa anaknya tidak siap untuk mengikuti ujian negara.
Ketiga, ada orang tua yang merasa perlu untuk mempersiapkan masa depan anaknya sebaik mungkin. Lalu orangtua menggantungkan harapannya di atas kemampuan anaknya. Masalah muncul apabila rencana orang tua tidak dikomunikasikan kepada anaknya, atau karena anaknya sendiri tidak tahu harus berbuat apa, maka mereka cenderung menyerahkan masa depannya kepada orang tua. Rencana besar dan tinggi itu kemudian menjadi target dan sasaran yang harus capai anaknya padahal orang tua menyadari kemampuan anaknya tidak setinggi itu.
Keempat, masih ada pandangan di kalangan orang tua bahwa masuk sekolah favorit akan lebih memudahkan anaknya masuk ke jenjang pendidikan atau perguruan tinggi yang baik tanpa melihat kualitas layanan proses pembelajaran di sekolah tersebut selama mengikuti pendidikan disekolah tersebut.
Kelima, masih ada orang tua yang menganggap bahwa untuk mennghadapi ujian negara yang diperlukan hanyalah pembelajaran di kelas dengan asuhan guru dan ”drill” soal sebanyak-banyaknya, tanpa memperhitungkan untuk melaksanakan kegiatan yang sifatnya menunjang dan menanamkan kesadaran pentingnya motivasi internal bagi siswa untuk belajar. Kegiatan yang bersifat pembinaan mental, penanaman kemandirian dan kesadaran spiritual masih dianggap sebagai kegiatan tambahan yang tidak penting bagi siswa. Bisa jadi karena masalah biaya, tapi banyak juga yang karena masih ada angapan bahwa belajar di kelas adalah setu-satunya cara membuat anak pintar dalam sesaat.
Apakah semua itu salah? Sama sekali tidak! pasti semua orang tua akan melakukan yang terbaik untuk anaknya. Masalahnya adalah, benarkah apa yang direncanakan, diharapkan dan disandarkan pada pundak anaknya tersebut sesuai dengan keinginan sang anak?
Apa ada alasan logis atau masuk akan apabila ada orang tua yang sampai berusaha untuk mendapatkan soal ujian negara dan diberikan kepada anaknya untuk dikerjakan di dicontek disaat ujian? Adakah alasan yang bisa membenarkan orang tua menyuap suatu sekolah hanya supaya anaknya bisa masuk ke sekolah tersebut tanpa melihat kemampuan anaknya sendiri? Apakah niat orang tua yang ngotot menyekolahkan anaknya di sekolah favorit itu untuk kepentingan anaknya, atau jauh dibawah kesadaran orang tua itu semua hanyalah masalah prestise, gengsi atau ambisi dari orang tua itu sendiri?

Dan mengapa sekolah ikutan menjadi panik?
Pertama, Kita semua menyadari masih banyak sekolah yang memiliki fasilitas minim untuk menunjang proses pembelajaran di sekolahnya. kita pun tahu bahwa masih ada sekolah yang kekurangan tenaga pendidik berkualitas dan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang bisa menjadi jaminan siswanya akan mendapatkan bekal yang cukup untuk mengikuti ujian negara.
Kedua, belum terbentuknya suatu sistem baku dan pasti di sekolah dalam melakukan ”quality control” dalam memetakan potensi dan kemampuan serta kesiapan siswa menghadapi ujian negara. Banyak sekolah melakukan pemantapan dari pagi hingga sore, namun apakah sistem itu bisa menunjukkan suatu peta potensi dan kemampuan siswanya dalam persiapannya menghadapi ujian negara? Banyak sekolah yang menyelenggarakan try out hanya sekedar untuk menunjukkan kepada siswa dan orang tua bahwa sekolah telah melakukan usaha dalam mempersiapkan siswa mengahadpi ujian. Namun hasil try out kemudian sekedar menjadi data arsip yang disimpan tanpa ada tindak lanjut dan analilsa untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki sistem yang ada.
Ketiga, karena masih ada pandangan masyarakat yang menjadikan hasil ujian negara sebagai alat ukur kualitas suatu sekolah maka sekolah masih memfokuskan proses pembelajaran hanya kepada ujian negara dan slupa untuk menanamkan sikap mental dan ketahanan jiwa iswa dalam menghadapi tekanan. Hal ini menjadi sangat penting karena akan berdampak pada kemampuan siswa untuk mampu mempersiapkan dan melakukan proses pembelajaran secara mandiri. Bila sekolah gagal menanamkan kesadaran akan pentingnya belajar bagi siswa, maka sekolah menjadi institusi ”single fighter” dalam mempersiapkan menghadapi ujian negara. Bila sekolah tidak menanamkan dan memunculkan motivasi internal, maka sekolah akan menjadi sandaran satu-satunya bagi siswa untuk melewati ujian.
Kelima, sekolah sendiri tidak yakin kalau proses pembelajarannya selama ini mampu meningkatkan kemampuan siswanya dalam hal akademis (yang menjadi bekal minimal untuk mengikuti ujjian negara). Masih membuat kita heran apabila masih ada sekolah yang tidak berhasil meluluskan siswa sampai lebih dari 50%. Pertanyaan kita adalah, lantas apa yang selama ini sekolah lakukan dalam proses pembelajaran?
Dimana kurikulum yang selama ini menjadi kitab para guru? Kemana perginya pengetahuan guru dan pengalaman guru dalam proses pembelajaran? Dan apa yang selama ini siswa pelajari di sekolah?
Kelima faktor ini (bahkan lebih), telah membuat orang tua dan sekolah panik settiap mengahadapi ujian negara.

Tawaran Solusi...!?
Agar tidak panik, saya mengusulkan beberapa hal kepada orang tua, yaitu:
Pertama, Lebih intens berkomunikasi dengan putra/inya dalam menyusun rencana masa depan mereka sendiri. Komunikasi menjadi penting karena jangan sampai apa yang baik menurut orang tua justru tidak cocok di mata anak. Komunikasi itu juga harus menjadi media orang tua untuk menanamkan kepada anak bahwa ujian negara hanyalah salah satu dari banyak pintu menjadi manusia seutuhnya.
Kedua, buatlah suasana di rumah lebih nyaman bagi anak. Tolonglah pak...bu...anak-anak kita telah begitu dibebani dengan seabrek buku pelajaran, hapalan, soal dan beban psikologis yang mengisi otak, otot dan darah remaja mereka! Janganlah lagi bebani mereka dengan segunung ambisi dan kekhawatiran orang tua di rumah. Sadarkah kita, bahwa sepatah kata saja salah kita ucapkan kepada anak maka dampaknya akan membekas, apalagi disuasana tegang menghadapi ujian. Jadikan rumah sebagai tempat yang nyaman bagi mereka untuk beristirahat dan melepas segala bebannya di luar sana. Dampingi mereka dengan kepercayaan penuh anak kita telah berusaha menghadapi ujian. Penuhi kebutuhan mereka akan kasih sayang, kepercayaan, rasa tenang dan percaya diri...
Sisihkan terlebih dahulu masalah hiudp ini di depan mata mereka!!!
Ketiga, bekerjasama...(sekali lagi) bekerjasama dan saling mendukung dalam mempersiapkan dan melaksanakan program sekolah. Dengan pengalaman dan pengetahuan, setiap sekolah tentunya telah mempersiapkan berbagai program bagi siswanya yang ujungnya adalah mempersiapkan siswa menghadapi ujian, dan ini akan berjalan dengan baik bila di dukung oleh orang tua. Tanggung jawab ini bukan semata berada di pundak sekolah, tapi juga tanggung jawab bersama antara orang tua dan sekolah.
Keempat, tanamkan kepada anak bahwa kita sebagai orang tua akan menerima apapun hasil yang diraih oleh anak-anak kita. Kata-kata ini mungkin bisa melonggarkan satu saraf otaknya yang kram dan semoga kalimat yang kita katakan itu bukanlah hanya sebatas ”lipstik” semata. Karena pada hakekatnya anak akan merasakan kegelisahan kita, kekhawatirkan kita dan ketakutan kita melalui sikap dan bahasa tubuh orang tua. Itu saja sudah menjadi beban buat mereka!! Yakinlah Tuhan sudah memiliki skenario sendiri untuk setiap manusia, termasuk anak-anak kita.
Untuk sekolah, solusi yang bisa dilakukan di detik-detik terakhir menjelang UN adalah :
Pertama, tetap berorientasi kepada proses ketimbang hasil. Ini tidak hanya berlaku tahun pertama dan kedua merekadi sekolah menengah pertama, tapi juga di detik-detik mereka menghadapi ujian negara.
Kedua, mulai melakukan pengamatan dan pemetaan potensi dan kemampuan siswa. Pengamatan ini penting sehingga sekolah tidak memberikan masukan dan janji ”kosong” kepada orang tua dan tidak menjual mimpi kepada siswa. Siswa harus tahu kecenderungan perkembangan belajarnya sehingga mereka memiliki gambaran akan kemampuannya sendiri secara logis, ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Orang tua juga harus tahu kemampuan anaknya berdasarkan perkembangan akademis sehingga orang tua akan membuat rencana alternatif bagi anaknya.
Ketiga, lebih fokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan UN tanpa meninggalkan peran bimbingan dan baik dari guru BK maupun wali kelas untuk mengimbangi ketatnya jadwal dan beban belajar materi UN. Materi motivasi, spiritual dan mental harus tetap dilaksanakan untuk lebih membuka wawasan dan pemahaman siswa akan pentingnya usaha ketimbang hasil, dan menerima apapun hasil Un.
keempat, tidak melakukan tindakan yang melanggar etika, nilai kejujuran dan hukum positif hanya untuk sekedar membantu siswa mendapatkan nilai lebih baik misalnya dengan memberikan contekan, sms atau jawaban yang telah diatur. Hal ini selain akan mencoreng dunia pendidikan juga akan menghapuskan kepercayaan masyarakat kepada sekolah, guru dan sistem sekolah yang bersangkutan.
Kelima, inventarisasi usaha dan langkah program tahun ini untuk kemudian dilakukan efleksi dan evaluasi di masa mendatang. Meningkatkan program yang baik dan tidak melakukan kembali program yang kurang berhasil.

Akhir kata, jangan panik.....! terima kasih!

Bandung, Maret 2009
Imam wibawa Mukti,S.Pd
akselerasismptarbak.blogspot.com
imamwibawamukti@yahoo.co.id
www.smptarunabakti.com Selengkapnya...

Selasa, 24 Maret 2009

Bagaimana Menjadi Seorang Yang Kreatif

Kreativitas bukanlah hanya untuk artis-artis saja. Ia menjadi sebagai batu loncatan untuk kesuksesan seseorang dalam segala bidang. Mereka yang tahu bagaimana menggunakan fikiran kreatif dalam menyelesaikan sesuatu masalah akan menjadi seorang yang paling cemerlang dalam karier, membina banyak bisnis yang menguntungkan dan sukses menarik banyak kawan-kawan yang bijak pandai. Setiap orang mempunyai daya kreativitas yang tersendiri. Malangnya, mereka tidak
belajar bagaimana cara untuk menggunakannya. Daya kreativitasas tersebut tersimpan didalam fikiran mereka, tidak digunakan setiap hari. Laporan ini membongkar rahsia bagaimana untuk menjadi seorang yang kreatif dan sukses!

Kebijaksanaan : Bagaimana Menggunakannya

“OH iya, kenapa aku tidak terfikir seperti itu?”
Bukankah itu yang selalu anda katakan apabila seseorang telah mendapat jawaban kepada masalah yang agak rumit? Apabila masalah seperti tidak bisa diselesaikan macam biasa, orang kreatif tidak ragu-ragu untuk memikirkan dengan cara pendekatan yang berbeda. Contohnya ialah Ulyssess S. Grant. Abraham Lincoln, presiden USA suka bercerita
tentang Grant, semasa zaman kanak-kanaknya suka menggunakan akalnya untuk mengalahkan anak lembu yang tidak suka ditunggani siapapun. Anak lembu tersebut sangat keras kepala sehingga ia telah dibeli oleh seorang pemain sirkus, yang menawarkan uang kepada siapa saja yang berhasil menungganginya pada waktu yang ditetapkan. Grant melihat beberapa anak muda yang lebih tua daripadanya dilempar keatas tanah oleh
anak lembu tersebut apabila mereka mencoba menunggangnya. Dia mencoba menaiki badan anak lembu itu dan berhasil bertahan beberapa waktu tetapi akhirnya terjatuh juga. Kemudian,
beliau menggunakan kebijaksaannya. Selepas mendapat izin untuk mencoba lagi, kali ini beliau akan menyelesaikan masalah ini daripada sudut yang lain. Daripada menunggung seperti biasa, dia melompat keatas badan lembu itu dengan terbalik, yaitu memandang kearah ekor dan bukannya kepala. Budak itu mencengkram perut anak lembu itu dengan kakinya dan memegang ekor lembu tersebut dengan kedua tangannya. Walau bagaimana pun cara lembu itu mengoncang dan menghentak, ia tetap tidak dapat menjatuhkan budak itu. Anak lembu itu berhasil dikalahkan dan Ulysses S. Grant dan memenangi hadiah. Setelah besar, Grant memasuki tentara dan mengetuai batalyon serta memenangi perang saudara.
Daripada pengalaman Grant ini telah memberi dua kegunaan penting tentang kreativitas;
1. Mencari jawaban yang pelik untuk satu masalah yang rumit.
2. Mencetuskan konsep baru.

Lengkapilah diri anda dengan kreativitas

Keyakinan adalah satu kunci kearah kreativitas. Apabila anda tahu bahwa terdapat satu cara untuk menyelesaikan masalah (walaupun anda belum tahu caranya) anda mendapat semangat untuk mencari jawabannya. Seseorang yang senantiasa memberikan ide-ide politik bukanlah lebih kreatif daripada kita semua. Mereka sebenarnya mempunyai keyakinan yang lebih banyak.

Bagaimana Menjadi Seorang Yang Kreatif

Bagaimana anda bisa mempunyai keyakinan seperti itu? Dengan mengetahui bahwa;
“Terdapat penyelesaian bagi setiap masalah dan ide bagi setiap perkara”
Jika berkeyakinan adalah prinsip yang pertama, yang keduanya ialah fikiran(fikiran) yang bebas.
Pencipta telepon, Alexander Graham Bell berkata:
"Jangan selalu menggunakan jalan umum, pergilah dimana orang lain belum pernah
pergi. Pergi ke suatu tempat yang anda tidak pernah pergi. Anda pasti akan berjumpa dengan
sesuatu yang tidak pernah anda lihat sebelum ini. Satu penemuan akan membawa anda ke satu
penemuan yang lain, dan tanpa anda sadari anda mempunyai sesuatu yang bagus untuk
difikirkan. Semua penemuan yang penting adalah berasal daripada pemikiran."

Fikiran yang bebas tidak terbelenggu dengan cara yang biasa dilakukan. Walau apapun juga orang lain kata, beliau tahu terdapat jawaban bagi setiap masalah dan ide bagi setiap perkara, dan dia tidak takut untuk mencoba sebarang bentuk kemungkinan.

Menyelesaikan Masalah Dengan Kreativitas
Terdapat satu cara untuk mempertingkatkan kreativitas anda dalam menyelesaikan apa pun juga masalah yang sukar. Mulailah dengan mengetahui rahasia ini; Apabila satu masalah itu tidak bisa diselesaikan dengan cara konvensional,iasanya itu adalah karena tiada rantai kaitan (missing link)

Masalah Grant yang tidak dapat bertahan lama diatas anak lembu tadi pada mulanya karena tiada tempat untuk berpegang. Itulah dikatakan tiada rantai kaitan. Oleh karena itu inilah langkah pertama yang perlu diambil untuk mencari penyelesaian kepada masalah sukar ialah menentukan apakah itu rantai kaitan yang tidak ada. Objektif anda adalah untuk mencari satu perkara, jika ia wujud akan menyelesaikan masalah. Jangan bimbang jika pada mulanya anda dapat mengadakan kaitan tersebut atau tidak. Hanya cari apakah kaitan yang tidak adanya. Pada tahun 1930M, Aramco, perusahaan kerjasama Arab-American Oil Company memerlukan satu kendaraan yang dapat berjalan diatas padang pasir. Masalahnya ialah pasir tersebut yang menyebabkan ban kendaraan tenggelam dan tidak bergerak. Oleh karena tiada kajian yang dibuat keatas masalah ini, Mekanik Aramco, Richard Kerr tidak mempunyai data tehnik untuk membuat bentuk ban yang dapat mencengkram di atas padang pasir. Jadi, perkara pertama ialah mencari kaitan yang tiada (missing link) yaitu kurangnya data kejurutehnikan.
Langkah kedua ialah mencari jalan untuk mendapatkan data yang sesuai. Ujicoba adalah
satu cara tetapi ia mengambil masa yang agak lama. Sedang beliau mencari ide untuk
menyelesaikannya, satu cara ialah dengan meniru unta, yang tidak mempunyai masalah berjalan
diatas padang pasir. Walaupun berat dan besar, unta tidak mudah untuk tenggelam dipadang
pasir.

Walaupun ide itu agak gila, cengkraman yang digunakan oleh unta pastinya bisa digunakan oleh kendaraan. Dia mengukur luas kawasan bukaan kaki unta tersebut dan mengambil berat unta. Ini memberikan beliau data kejurutehnikan untuk menentukan bentuk dan tekanan roda yang
diperlukan dipadang pasir. Akhirnya beliau sukses mencipta ban yang sesuai digunakan di padang pasir. Ban yang dicipta itu masih digunakan sehingga hari ini dipadang pasir oleh kendaraan-kendaraan komersial. Teknik Missing Link adalah satu perkara penting yang perlu anda tahu untuk menyelesaikan apapun juga masalah yang timbul. Ia meningkatkan daya kreativitas anda dalam mencari penyelesaian yang mungkin tidak pernah anda fikirkan sebelum ini.

Bagaimana Mendapat Ide Kreatif

Kita sudah membicarakan dalam menggunakan kreativitas untuk menyelesaikan masalah.
Sekarang bagaimana menggunakannya untuk mendapat ide, yang dapat memberi banyak peluang kepada kita.
Kebanyakan penemuan terulung didunia ini dijumpai dengan tidak sengaja. Isaac Newton terkejut apabila sebiji apel terjatuh keatas kepalanya, dimana kemudiannya telah menyebabkan beliau menemui teori gravitasi. William H. Mason juga sedang mencoba untuk mencari cara untuk memanfaatkan tahi gergaji daripada kayu balok. Selepas mengunjungi kawasan pembalokan, dia melihat banyak kayu yang dibuang. Dia mengambil semua kayu-kayu kecil dan disatukan untuk menjadi sekeping papan yang apabila diberi tekanan tinggi dapat memberikan satu panel kuat, seperti yang kita dapati hari ini yaitu playwood.
Adalah sesuatu yang biasa satu penemuan dan ciptaan ditemui dengan cara yang tidak disengaja, dan ide yang asal dilupakan untuk meneruskan proyek baru yang lebih menguntungkan.
Ini memberikan satu penemuan kepada kita yaitu ide baru tidak pernah asli. Ia adalah gabungan dan rombakan daripada ide yang lain. Bill Gates tidak mencipta komputer seperti Steve Jobs (komputer Apple), tetapi menulis software untuk apple dan kemudian melihat peluangnya lebih cerah jika software itu bisa digunakan oleh semua jenis komputer. Kini Windows ciptaan beliau digunakan oleh hampir semua komputer didunia ini. Oleh karena itu
mengapa anda perlu bersusah payah mencipta ide baru, sedangkan ide yang anda perlukan sudah wujud dalam keadaan yang berbeda? Fikirkan kemungkinan yang ada. Jangan tunggu sehingga anda mendapat inspirasi untuk mendapat ide kreatif, padahal anda bisa mencoba ide yang asal,
rombaklah supaya menjadi satu keperluan yang anda maukan.

Fikiran bawah-sadar (subconscious) :Memberikan anda ide dan penyelesaian
Adalah sangat penting untuk diingat bahwa terdapat jawaban bagi setiap masalah dan ide
bagi setiap keperluan. Mungkin anda tidak sadar, bahwa ide dan jawaban itu mungkin sudah disimpan dalam fikiran anda.
Para saintis telah membuat kajian dan mendapati terdapat 15 trilliun data telah disimpan dalam fikiran(fikiran) anda sepanjang hidup. Jika trilliunan data terdapat disini, berapa billion datakah yang bisa diwujudkan dengan kombinasi daripada data-data tersebut. Dengan potensi ini, kemungkinan terdapat jawaban adalah sangat tinggi. Itu berita baiknya. Berita tidak baiknya ialah 90 persen dariapda informasi itu tersimpan dalam fikiran bawah-sadar (indra ke enam) anda, tiada cara yang mudah untuk membukanya. Ia keluar apabila ia mau dan tidak keluar pada masa anda sedang sadar dan membutuhkannya. Jadi apa yang perlu anda lakukan untuk mengambil data - data ini ialah dengan tidur! Banyak ide
penting dan penemuan telah dibuat selepas anda tidur nyenyak. Anda seharusnya tahu bahwa ia datangnya daripada fikiran bawah-sadar anda.
Bagaimana ia berlaku adalah seperti berikut;

  1. Sewaktu anda sedang sadar dan berusaha untuk mencari jawaban kepada masalah anda, fikiran bawah-sadar anda juga sadar akan apa yang anda sedang cari.
  2. Fikiran bawah-sadar anda tidak pernah beristirahat, walaupun anda sedang tidur. Iasenantiasa memilih data-data yang tersimpan didalamnya.
  3. Menit, jam atau hari setelah anda berhenti daripada memikirkan masalah tersebut,
fikiran bawah-sadar anda akan memberikan jawaban sepintas kepada anda, Anda tiba-tiba mendapat ide baru, atau jawaban kepada masalah yang rumit sewaktu anda sedang membuat perkara lain.
Contohnya Sir Walter Scott mendapat ide baru apabila baru saja bangun dari tidur. Einstein dilaporkan mendapat ide terbaiknya sewaktu sedang encukur jenggotnya. Thomas Edison pula setelah mencoba beberapa kali, akan terhenti selama 24 jam dan pada waktu itu beliau akan menemui ide-ide baru. Mozart juga dikabarkan mendapat ide lagunya ketika sedang
berdengkur. Apabila bangun, beliau akan menulis nota lagu tersebut yang beliau dapat sewaktu tidurnya.
Jangan salah anggap, satu perkara yang perlu diambil perhatian: setiap orang diatas adalah mereka yang sangat pakar dalam bidang masing-masing. Mereka tidak menjadi genius dariapda ide yang datang sewaktu sedang tidur. Fikiran bawah-sadar hanya memilih informasi yang telah disimpan beberapa tahun dan melaporkan data tersebut seperti yang anda mau. Oleh karena itu, informasi berharga yang anda peroleh ini perlu anda lakukannya sendiri. Tanpa tehnik-tehnik ini mungkin ide-ide kreatif anda akan tersimpan begitu saja.

(Dari berbagai Sumber) Selengkapnya...

Minggu, 15 Maret 2009

LAYANAN PENDIDIKAN TERHADAP ANAK BERBAKAT

Pada tulisan ini saya tidak lagi menyentuh tataran landasan yuridis maupun landasan filosofis dari perlu layanan pendidikan terhadap siswa berbakat istimewa. Itu sudah banyak dibahas pada tulisan-tulisan saya sebelumnya. Pada prinsipnya, layanan terhadap anak cerdas dan bakat istimewa itu sama, yaitu pemenuhan hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Yang harus menjadi landasan terpenting adalah visi dan niat sekolah penyelenggara dalam mewujudkan layanan terhadap siswa berbakat istimewa. Jangan sampai pelaksanaan ini hanya dilandasi oleh keinginan membuka proyek baru, menjadi pos pemasukan alternatif bagi sekolah atau hanya sekedar untuk menerima bantuan pemerintah baik dalam hal dana maupun sarana. Kesalahan ini akan berdampak pada kualitas seleksi, kurikulum dan pendampingan dalam proses pembelajaran.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN BAKAT ISTIMEWA?
Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai perubahan dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif. Bahkan menurut clark (1986) kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari keberbakatan.
Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan bahkan sementara ahli berpendapat bahwa sifat-sifat anak berbakat itu bercirikan culture bound (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian, ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan ini, sebagai berikut :
(1) Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan.
(2) Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan di mana seseorang yang berbakat itu hidup.
Jadi pengertian bakat istimewa lebih menekankan kepada minat, kemampuan dan bakat siswa diaspek psikomotor baik berupa seni maupun olah raga. Walaupun pada kenyataannya sangat dimungkinkan ada siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat yang istimewa. Sementara siswa cerdas istimewa lebih bernuansa akademis dengan adanya salah satu indikator prasyarat IQ diatas 130.
Beberapa indikator deteksi dini seorang siswa memiliki bakat istimewa dibidang seni maupun olah raga adalah tentang pengetahuannya dibidang yang digeluti, minat dan motivasi, produk/hasil karya dan sensitifitas/sensibiltas-nya dalam mengapresiasi hasil karya.
Indikator diatas diperkuat oleh adanya prestasi yang dianalisa tingkat kesukaran dan kompetitornya dalam setiap kompetisi yang diikuti. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran layanan ini adalah siswa yang benar-benar memiliki minat, bakat, motivasi dan prestasi yang sangat tinggi dibidangnya masing-masing.

BISAKAH KITA MEWUJUDKANNYA?
Saya merasa tergelitik untuk mencoba mempertanyakan hal ini karena sampai saat ini masih sedikit sekolah yang memberikan layanan pendidikan terhadap anak berbakat istimewa. Padahal banyak sekali anak didik kita yangmemiliki minat, bakat dan prestasi yang tinggi dibidang seni dan olah raga, mereka tumbuh bukan dari hasil pendidikan di sekolah namun lebih disebabkan latihan dan pendidikan dijalur non formal maupun keberuntungan karena ditemukan oleh pemandu bakat.
Keinginan setiap sekolah untuk menyelenggarakan layanan pendidikan kepada anak berbakat istimewa terbentur dan terkendala oleh ketidakjelasan pedoman penyelenggaraan dan kurangnya fasilitas sarana dan prasarana. Pemerintah pun dirasakan kurang dalam memberikan perhatian yang intens terhadap keberadaan siswa dengan bakat istimewa, kecuali melalui pekan olah raga dan seni yang diselenggarakan setiap setahun sekali.
Mulai saat ini memang sekolah harus mampu menjadi pelopor dan penggagas dari berbagai bentuk layanan terhadap anak bangsa sesuai dengan minat bakat dan kemampuannya. Bahkan tidaklah mustahil, dengan bantuan berbagai elemen masyarakat yang peduli dengan dunia pendidikan, sekolah umum mulai melirik layanan bagi para penyandang cacat atau yang memiliki kendala dalam melaksanakan proses pembelajaran secara normal.
Sekolah yang mampu melaksanakan ini adalah sekolah yang memiliki komitmen untuk melakukan layanan maksimal terhadap masyarakat. Pedoman yang belum jelas, kendala, rintangan dan tantangan yang bisa muncul dari pemerintah, yayasan, LSM dan lainnya justru mampu melecut sekolah untuk lebih berprestasi dalam pelayanan pendidikan terhadap semua unsur masyarakat.
Orientasi layanan ini akan menjadi sulit ketika sekolah berubah menjadi lembaga bernuansa bisnis, fokus pada untung rugi semata dan dikelola secara serampangan oleh orang yang tidak memahami hakekat pendidikan. Sekolah harus lepas dari semua yang berbau kapitalisme bisnis,, namun tetap menerapkan manajemen efektif dan efisien sehingga dapat tetap mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam memberikan jasa layanan pendidikan.

HAL YANG HARUS DIPERSIAPKAN
Untuk melaksanakan layanan pendidikan terhadap anak berbakat istimewa, sekolah memang juga tidak semestinya berbuat serampangan, asal jadi dan sekedar mencari sensasi, apalagi untung rugi. Kalau itu yang terjadi maka bukan hanya akan rugi sendiri, merugikan masyarakat, dan yang lebih membahayakan adalah lahirnya siswa anak bangsa dari salah asuh. Dampaknya tidak hanya sekedar individu, namuan juga jiwa bangsa itu sendiri.
Untuk itu maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh sekolah yang akan melaksanakan layanan terhadap siswa bakat istimewa, diantaranya :
1. Standarisasi siswa berbakat istimewa masih belum ada yang baku sehingga dikhawatirkan apabila guru yang melakukan seleksi tidak memahami perbedaan antara siswa berbakat dan berbakat istimewa, maka input program keberbakatan akan menjadi bias. Berbeda dengan layanan cerdas istimewa, walaupun masih menjadi perdebatan, namun alat ukur yang secara umum diterima adalah psikotest dengan standar IQ,TC dan EQ yang telah ditetapkan pula.
2. Bentuk layanan yang akan dilaksanakan, apakah berbentuk sekolah bakat istimewa, kelas bakat istimewa atau bentuk inklusi. Sekolah khusus bakat akan sulit dilaksanakan oleh sekolah yang telah mapan menjadi sekolah umum. Sekolah umum akan lebih mudah melakukannya dalam bentuk kelas khusus, yaitu melakukan pengelompokan siswa bakat istimewa dari siswa lainnya untuk menerima materi keberbakatan lebih banyak ketimbang pelajaran lainnya. Atau siswa akan tetap belajar bersama dengan siswa lainnya namun di jam tertentu mereka akan dipisah untuk menerima materi keberbakatan yang lebih intensif.
3. Sumber daya manusia pelaksana, guru pada umumnya belum dipersiapkan untuk menjadi pelatih profesional. Guru dipersiapkan dengan materi baku dan standar umum yang terangkum pada kurikulum nasional. Dimana materi lebih menekankan pada keterampilan dasar saja, sehingga sekolah belum dapat secara maksimal mencetak atlet, seniman dan produk yang menggambarkan kemampuan siswa itu sendiri. Namun hal tersebut bisa disiasati dengan melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan non formal yang ada disekitar sekolah misalnya, sanggar seni, klub olah raga atau seniman lokal.
4. Sarana prasarana pendukung, berbicara fasilitas berarti bicara anggaran yang cukup besar. Padahal sarana untuk siswa berbakat istimewa tidak hanya terbatas pada kelas dan segala alat pendukungnya, namun juga sarana keberbakatan itu sendiri, seperti sanggar, aula, alat musik, alat seni lainnya dan tenaga pengajar. Sementara dipihak lain, lembaga pendidikan non formal akan sulit melakukan kerjasama apabila hal tersebut akan merebut pasar mereka sebagai sanggar atau klub. Karena yang dilayani ini bukan siswa biasa, maka memang keberadaan sarana prasaran menjadi sesuatu yang mutlak. Anggapan ”memanfaatkan apa yang ada” hanya akan menjadi kendala perkembangan bakat mereka. ”memanfaatkan apa yang ada” mungkin bisa dilaksanakan pada siswa reguler atau kelas dengan bakat rata-rata, namun untuk siswa bakat istimewa hal tersebut tidak bisa dilakukan.
5. Kurikulum, materi untuk kelas bakat istimewa. Masih menjadi perdebatan pada saat workshop layanan bakat istimewa tingkat nasional yang diselenggarakan di Jogja tanggal 10-13 Maret 2009 yang lalu, apakah muatan keberbakatannya itu harus 100% dengan menyerahkan aspek lainnya di luar jam sekolah atau dengan komposisi 70% materi keberbakatan dan 30% materi umum. Perbedaan komposisi ini akan otomatis merubah kurikulum yang telah ada sekarang ini. Dengan adanya KTSP, maka peluang sekolah dan guru untuk melakukan penyesuaian kurikulum bukan lagi masalah.

Semoga tulisan ini bisa menjadi pencerahan bagi sekolah yang mampu memberikan layanan kepada siswa bakat istimewa untuk segera berinisiatif melakukannya sehingga kebutuhan siswa yang memiliki bakat istimewa dapat terpenuhi.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Jogja, 13 Maret 2009 Selengkapnya...

Jumat, 13 Maret 2009

BAGAIMANA MENGATASI “PEMBERONTAKAN” ANAK AKSELERASI?

Kasus disini memang sangat kasuistis dan belum tentu ada di sekolah lainnya. Namun semoga bisa berbagi pengalaman bagaimana menangani anak akselerasi yang memiliki sifat pemberontak.
Pemberontakan atau katakanlah sifat menentang aturan yang ada memang telah melekat dan menjadi salah satu karakter dan ciri dari anak-anak yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi. Mereka bisa melakukan pelanggaran bukan tanpa sebab, bukan tanpa alasan atau bukan tidak melalui perhitungan. Mereka cenderung hanya menguji, menakar dan mencoba sampai sejauh mana sebuah aturan diberlakukan, bahkan mungkin ada siswa yang mempertanyakan apa efeknya aturan itu terhadap dirinya apabila ada di keluarga atau di sekitarnya.
Tulisan ini pun tidak bermaksud untuk menyudutkan atau bahkan membiarkan pelanggaran tersebut namun lebih kepada antisipasi kita selaku guru untuk melakukan pendampingan terhadap mereka. Perlakuan khusus akan semakin membuat mereka asing bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya, namun menyamakan mereka juga bisa menjadi bumerang, karena tindakan mereka tersamarkan oleh alasan dan latar belakang yang jelas dan terkadang membuat kita naik darah.
Kecenderungan nakalnya anak cerdas atau bakat istimewa bisa jadi merupakan bentuk ketidakpuasan atau kebosanan terhadap pola pembelajaran yang selama ini berlangsung di kelas. Mereka relatif cepat bosan untuk mempelajari materi yang sebenarnya telah mereka kuasai, sehingga apabila guru tidak mampu memuaskan keingintahuan mereka maka mereka akan cenderung akan melakukan berbagai kegiatan untuk menghilangkan kejenuhannya tersebut. Berikut beberapa pernyataan tentang masalah yang bisa muncul pada anak-anak cerdas istimewa,
”Anak-anak cerdas istimewa/bakat istimewa (CI/BI) selama ini masih kurang mendapat penanganan yang baik. Bahkan anak CI/BI cenderung dianggap sebagai anak nakal. ''Mereka memang sering mengganggu teman-temannya karena kecerdasannya. Itu sebabnya dianggap nakal,'' ujar Ketua Asosiasi CI/BI Salamun di sela Seminar Nasional Pendidikan CI/BI, pekan lalu. Menurut Salamun, lantaran dianggap anak nakal, anak CI/BI kerap sering mendapat perlakuan kasar dari guru. Seperti dipukuli, dicaci-maki, dan sebagainya. ''Di sinilah sering terjadi malpraktik pengajaran terhadap anak cerdas,'' jelasnya.
Pola pengajaran yang salah ini, kata Salamun, jika dialami anak sejak usia dini bisa merusak masa depan anak. ''Mereka menjadi tidak berkembang dan dilanda ketakutan,'' ujarnya.
Padahal anak dengan kemampuan CI/BI, kata Direktur Pendidikan Luar Biasa (PLB) Depdiknas Eko Jatmiko, jika ditangani dengan baik akan bisa berkembang menjadi anak yang sukses dan berhasil. ''Anak-anak CI/BI ini memiliki IQ diatas 125. Jadi boleh dikatakan mereka sebenarnya anak-anak jenius,'' ujar Jatmiko. Tetapi meski memiliki otak yang jenius, kata Jatmiko, jika tidak ditangani dengan tepat justru akan memunculkan anak-anak nakal, tidak terarah, dan cenderung memberontak. Bahkan meraka akan memiliki kebiasaan mengganggu teman-temannya dan mencari perhatian dari guru dengan cara tak lazim.” (Kompas, Senin , 09 Februari 2009)
Mencoba memahami permasalahan dari sudut pandang mereka, dan berbagi pengalaman untuk berbagi dalam menangani dan mengantisipasi kenakalan anak cerdas dan bakat istimewa adalah maksud tulisan ini.
Beberapa Bnetuk Kenakalan Anak Cerdas Istimewa
Berikut adalah beberapa bentuk ”kenakalan” yang berpotensi dilakukan oleh anak cerdas istimewa. Hal ini dikemukakan oleh Prof.DR.M. Noor Rochman Hadjam Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, mengungkapkan beberapa karakter yang kemungkinan akan menjadi masalah dalam pembelajaran yang melibatkan anak cerdas istimewa, yaitu :
1. Tidak sabaran, tidak menyukai latihan dasar
2. Bertanya yang tidak-tidak,/cenderung memalukan, minatnya berlebihan
3. Kemauan tinggi, tidak suka campur tangan dari orang lain
4. Tidak suka hal-hal rutin, mempertanyakan pengajaran
5. Tidak menyukai hal yang tidak jelas, dan tidak logis, miosalnya tradisi dan perasaan
6. Khawatir sekali masalah kemanusiaan
7. Membuat peraturan rumit dan tambil bossy
8. Memanipulasi menggunakan bahasa, bosan dengan teman sekolah dan sebaya
9. Tidak toleran, perfekdionis, dapat menjadi depresi
10. Dianggap mengganggu dan di luar jalur
11. Lupa kewajiban, tidak suka disela/diganggu, keras kepala
12. Sensitif terhadap kritik atau penolakan dari sebayanya
13. Frustrasi karena tidak ada kegiatan, tampak seperti hiperaktif
14. Menolak masukan dari orangtua dan sebayanya, tidak bisa kompromi
15. Tampil tidak terorganisir dan berantakan, frsutraswi karena kekurangan waktu
16. Sebagaian orang dapat menangkap salah humornya, mencari perhatian di kelas dengan “melawak”

Alasan mereka melanggar
Penentangan yang dilakukan mereka, anak akselerasi memang terasa sangat berbeda dengan pelanggaran yang dilakukan oleh rekan mereka yang reguler. Banyak anak reguler yang melakukan pelanggaran karena alasan ikut-ikutan dan mencoba-coba, sementara yang dilakukan oleh anak-anak akselerasi di dominasi oleh rasa kepenasaran dan keingintahuan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak cerdas istimewa bersikap nakal, diantaranya adalah :
Pertama, Mereka bosan dengan metode dan materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini bisa disebabkan karena mereka telah terlebih dahulu memahami materi ketimbang rekan-rekannya yang lain. Kemampuan mereka dalam membaca, meneriman informasi kemudian mengolahnya menjadi sebuah pengalaman dan pengetahuan relatif lebih cepat dari teman-temannya. Apabila guru tidak mampu untuk mengenali karakter ini maka mereka akan memilih untuk usil menganggu rekannya atau bahkan memilih tidur di kelas. Apabila guru kurang memiliki pengetahuan tentang karakter ini maka akan mudah menuduh mereka malas, membangkang dan melanggar aturan.
Kedua, anak cerdas dan bakat istimewa secara umum memiliki karakter cepat bosan. Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang inovator dan fasilitator proses belajar yang kreatif. Proses belajar yang monoton dan menekankan aspek kognitif saja akan membuat mereka cepat bosan dan bertingkah.
Mereka memiliki tingkat kepenasaran yang sangat tinggi. Suatu peraturan yang menjadi tata tertib di sekolah mereka coba untuk melanggarnya, lalu mengamati respons rekan dan gurunya. Bila guru menegur, maka mereka telah siap dengan berbagai alasan yang menurut mereka logis untuk dikemukakan. Logika mereka tidak mudah menerima suatu aturan yang mereka tidak pahami. Ada anak akselerasi angkatan 6 di sekolah kami yang memilih untuk tidak memakai rompi dengan alasan merasa tidak perlu memakainya. Dia tidak merasa ada hubungan yanng signifikan antara memakai rompi dengan proses pembelajarannya di kelas. Guru dituntut untuk mampu mengemukakan alasan logis, tidak bersifat doktrinasi dan menjelaskan manfaatnya bagi mereka, saat ini! Mampukah kita melakukan itu?
Merasa materi dan metode yang dilakukan dalam proses pembelajaran tidak bermanfaat secara langsung dengan kehidupan mereka sehari-hari. Pertanyaan yang sering saya temui di kelas akselerasi adalah,” maaf pak, apa manfaatnya kita mempelajari ketenagakerjaan dan pajak di kelas dua SMP. Kan kita belum mengalaminya?” atau ”pak jelaskan mengapa kita harus pakai dasi atau rompi di sekolah, khan sekolah cukup dengan seragam saja?” bahkan ” pak harga dasi sekolah kok mahal amat, padahal menurut perkiranaan saya harganya tidak lebih dari 10.000 rupiah?”. pernah suatu saat saya menerima surat dari anak akselerasi yang mempertanyakan dan menggugat hukuman yang diberikan guru kepada siswa kelas IX karena mereka tidak hapal hymne sekolah. Gugatan tersebut berisi sebuah koreksi dan pertanyaan, ” pak mengapa sekolah menghukum anak kelas IX karena tidak hapal hymne sekolah. Bukankah selama ini sekolah juga tidak pernah membiasakan mereka untuk hapal lagu tersebut. Mereka telah tiga tahun di sekolah ini dan hanya diperkenalkan pada saat mereka baru masuk di sekolah, yaitu pada saat OSPEK saja. Pantaskah mereka dihukum karena sesuatu yang tidak sepenuhnya salah mereka?”. Anak ini sekarang telah sekolah di luar negeri dan lulus dengan nilai sanat baik dari Taruna Nusantara.

Beberapa Cara Mengantisipasi dan Menangani Kenakalan Siswa Cerdas istimewa.
Setelah melaksanakan 7 angkatan program akselerasi, saya merasa ada benang merah dalam jiwa ”pemberontakan” mereka. Yaitu, suatu kenakalan yang disadari, terencana dan dilatarbelakangi oleh rasa keingintahuan mereka. Kelakuan mereka memang akan sangat sulit dipahami bagi guru yang terbiasa mengajar anak normal, atau karena gurunya sendiri tidak termasuk kategori cerdas istimewa. Ada beberapa guru yang setelah di psikotest termasuk guru yang kecerdasannya diatas rata-rata ternyata lebih memahami karakter mereka dan menganggap kenakalan mereka pernah guru alami pula. Sehingga penanganan mereka menjadi lebih bersifat empati ketimbang menghakimi. Bagi guru yang termasuk kategori kecerdasan biasa-biasa saja, memang memerlukkan tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang karakter mereka secara mendalam sehingga mampu memandang segala tindakan mereka dari sudut pandang mereka dan secara tidak disadari mereka kemudian mengarahkan dan mendampinginya sampai pada pemahaman dan kebijaksanaannya akan nilai-nilai dari informasi yang telah diperolehnya.
Ada beberapa karakter guru yang arus dikembangkan untuk mengantisipasi dan mengatasi kenakalan mereka, yaitu :
1. Sekolah mempersiapkan guru yang benar-benar memiliki pengalaman dan karakter yang cocok dalam menangani anak cerdas istimewa. Beberapa karakter guru yang harus menjadi perhatian kepala sekolah dalam menentukan guru yang akan mengajar di program akselerasi adalah :
a. Kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, professional sehingga anak merasa yakin dan aman menerima pengetahuan dari guru tersebut.
b. Mempunyai pengalaman mengajar yang memadai sehingga telah mengenal berbagai sifat dan karakter siswa.
c. Mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi sehingga mampu berempati kepada mereka.
d. Kreatif dan inovatif sehingga selalu memberikan bentuk layanan yang tidak membosankan.
e. Mempunyai bakat dan totalitas pengabdian kepada pendidikan.
f. Ada keberanian untuk melakukan terobosan dan bersama siswanya melakukan berbagai eksperimen.
g. Harus dapat menerima kenyataan bahwa siswa mempunyai kelebihan pengetahuan tentang materi pelajaran tertentu
h. Jangan menjadikan diri kita juga berbakat dan cerdas istimewa
i. Mempunyai toleransi yang tinggi bahwa perilaku anak didiknya yang sering membuat ribut dan mempunyai kontrol yang kurang di dalam kelas
j. Belajar untuk mengatakan maaf saya tidak tahu , mari kita pelajari bersama.
Sekolah secara berkesinambungan melakukan pembinaan, pelatihan dan pendidikan bagi guru untuk dapat mengembangkan kemampuan dan wawasan, khususnya tentang gifted and talented children. Dengan demikian maka guru yang belum berpengalaman lama mengajar, atau memiliki kecerdasan biasa dapat secara sinergi melakukan pembenahan dan proses adaptasi dalam pola mengajar secara cepat.
Guru diharapkan juga untuk terus mengidentifikasi berbagai kenalakan mereka, kemudian berbagi pengalaman dengan guru lainnya dalam menanganinya. Sehingga dalam satu sekolah akan muncul kesamaan visi, metode dan pendekatan pola pendampingan terhadap mereka. Ketidakajegan guru dalam menegakkan atau menerangkan sebuah aturan, pengetahuan atau nilai akan berdampak pada keraguan mereka dalam memahami sebuah aturan.
Melepaskan paradigam guru sebagai pemegang otoritas kebenaran dan pengetahuan. Dengan demikian akan selalu berada disamping mereka dalam memaknai dan menilai informasi yang mereka dapatkan tanpa bersikap otoriter dan menasehati dengan sikap doktrinasi.
Demikan pula dengan orang tua, ada beberapa hal yang harus dikembangkan seorang Bapak atau ibu dalam melakukan interaksi dengan anaknya yang cedas istimewa, diantaranya :
Menyadari dan dapat menerima bahwa anaknya-siswa mempunyai kemampuan dan bakat yang istimewa dengan ciri yang khas, sehingga dengan penuh totalitas dan pemahaman akan khasnya mereka dengan berbagai karakternya.
Mempunyai kebutuhan, keinginan, pelayanan, perhatian, kasih sayang, fasilitas yang berbeda dengan anak biasa. Sehingga rasa penasaran, keingintahuan dan sikap eksplorasinya mendapatkan media atau wadah yang memadai.
Menyadari bahwa mereka mempunyai perilaku yang kemungkinan membuat tidak sabar, emosional, melelahkan tapi membanggakan apabila ditangani di sekolah yang tepat dan pola pendidikan di keluarga yang tepat pula.

Semoga tulisan ini mampu menjadi wacana awal bagi diskusi berikutnya. Masukan, saran dan kritik dapat diajukan langsung sebagai komentar di blog ini. Terimak kasih.

imam wibawa mukti
oleh-oleh jogja, 13 maret 2009 Selengkapnya...

Kamis, 12 Maret 2009

MEMANFAATKAN WAKTU LUANG UNTUK MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA !!!
Untuk siswa akselerasi….

Adakah waktu luang bagi siswa yang mengikuti program akselerasi? Pertanyaan itu sangat sering dipertanyakan oleh orang tua atau guru. Ini berhubungan dengan materi yang dipadatkan dan waktu belajar di SMP/SMA yang hanya dua tahun dan di SD yang hanya lima tahun.
Pertanyaan ini muncul karena ada dua factor, pertama karena kita sebagai guru, orang tua dan masyarakat belum memahami karakter anak akselerasi. Siswa yang mengikuti program akselerasi adalah siswa yang termasuk kategori cerdas istimewa sehingga idealnya siswa mampu menampung dan memahami informasi lebih banyak dan lebih cepat dari siswa lainnya. Sehingga pemampatan materi tidak lagi menjadi masalah dalam proses pembelajaran karena dilakukan melalui metode yang telah diatur dan direncanakan secara individual oleh guru. Idealnya!!! Apabila dalam proses terjadi penyimpangan, maka sekolah, orang tua dan guru harus melakukan introspeksi dan segera memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Kedua, karena masih ada pandangan kalau belajar adalah kegiatan yang berhubungan dengan kelas, guru, buku pelajaran dan tugas. Sehingga dengan pandangan ini, kegiatan anak yang tidak bersentuhan dengan faktor-faktor diatas maka kegiatan tersebut bukanlah belajar. Kekurangpahaman ini pula yang pada akhirnya menjadi beban tertentu bagi anak atau siswa. Anak selalu merasa dituntut untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kata ”belajar”. Padahal mereka ingin memanfaatkan waktu luangnya untuk kegiatan yang bersifat individual, sosial dan pengembangan diri secara emosional.
Waktu luang siswa akselerasi bermanfaat untuk dipergunakan sebagai ajang pengembangan aspek lainnya yang sering menjadi pertanyaan dan ketakutan orang tua, khususnya di tingkat kematangan psikologis.
Sebagai pendidik dan orang tua, permasalahannya bukan pada kegiatan anak tapi sejauh mana orang tua menciptakan suatu kondisi yang dapat erangsang merangsang anak secara tidak sadar untuk memanfaatkan waktu luangnya secara kreatif.

Waktu Luang dan Kreativitas
Waktu luang adalah waktu dimana siswa keluar dari kegiatan rutin. Sementara pemanfaatan waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan secara positif guna meningkatkan produktifitas hidup yang efektif. Seberapa penting waktu luang akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam prestasi akademis dan kreatifitas? Waktu luang siswa yang dimanfaatkan dengan kegiatan positif, secara sadar atau tidak sadar akan menumbuhkan sikap kreatif dan memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan psikologis, psikis maupun sosial. Sementara pemanfaatan waktu luang yang tidak fokus dan cenderung negatif akan menumpulkan keterampilan rasa, emosi dan sosial sehingga akan berdampak pada perkembangannya kelak.
Masa remaja adalah masa pertumbuhan dalam seluruhaspek baik fisik, mental, sosial dan emosi. Ditandai dengan adanya tanda pbertas, kematangan seksual dan pertumbuhan badan serta yang bersifat hormonal (Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya Monks,dkk,1989,) sehingga cenderung ingin menunjukkan eksistensi dan energinya kedalam berbagai kegiatan.
Oleh karena itu, maka orang tua dan sekolah harus mampu membuat dan menciptakan situasi kondisi yang bersifat pembelajaran tanpa adanya beban buku, kelas, guru dan tugas. Sekolah dituntut untuk mampu menyediakan fasilitas yang memadai untuk menjadi media dan wadah bagii siswa atau remaja untuk menyalurkan minat dan bakatnya secara maksimal sehingga mampu meminimalisir mereka untuk membuang waktu luangnya secara percuma.
Kegiatan positif ini dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu :
Kegiatan istirahat (relaxation activity), berikan waktu anak untuk jalan-jalan, menonton televise, mendengarkan radio atau sekedar berleha-leha di kamar tidur.
Kegiatan hiburan (entertainment activity), dengan kemajuan tekhnologi anak dengan mudah melakukan aktivitas ini seperti olah raga, menyanyi dan outdorr activity.
Kegiatan pengembangan diri (personal development activity), berteman, bergaul dan mengikuti aktivitas di sekitar rumah atau sekolah atau kegiatan yang berhubungan dengan kesiapannya menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Kusumaningtyas, 1999, dalam Skripsinya Hubungan antara perhatian orang tua dan penggunaan waktu luang dengan sikap pergaulan pada siswa SMU, Fakultas Psikologi UGM, mengungkapkan bahwa waktu luang harus dimanfaatkan dengan kegiatan yang bersifat edukatif, rekreatif dan produktif.
Waktu, menurut Hurlock E, 1990, Psikologi Perkembangan, Erlangga Jakarta adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas. Oleh karena itu setiap orang, khususnya remaja harus memiliki waktu luang untuk bermain dengan gagasan serta konsep yang jelas sehingga pada akhirnya, setiap kegiatan yang dilakukan pada saat waktu luang.

Permasalahan Dalam Memanfaatkan Waktu Luang
Permasalahan yang biasa ditemukan dalam pemanfaatan waktu luang ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Remaja cenderung tidak menyukai pemanfaatan waktu luang dengan sesuatu yang menurutnya menuntut pemikiran dan beban target. Strategi yang bisa diambil oleh orang tua atau guru adalah dengan memberikan kegiatan yang diminati oleh anak tersebut. Mereka tidak perlu diceramahi dengan beban target dan mencari pengalaman dan hikmah yang terkandung di dalam kegiatannya. Itu akan menjadi beban pikiran bagi para remaja. Lepaskan mereka untuk beraktivitas pada hal yang digemarinya. Sekolah bisa menyiapkan sarana prasarana (ekstrakurikuler) dan permainan yang bisa dimanfaatkan siswa untuk bermain. Di rumah, orang tua bisa juga menyediakan alat permainann yang disukai anak. Dengan demikian maka anak akan cenderung memainkannya tanpa menyadari nilai yang terkandung didalamnya. Dan sebenarnya memang mereka tidak perlu memahaminya pada saat bermain. Misalnya kita menyadari kebaikan permainan jaman dahulu justru ketika kita tellah dewasa. Pada saat kita bermain dahulu kala, yang ada dalam benak kita adalah kesenangan. Atau orang tua bisa
2. Waktu luang dianggap remaja sebagai waktu untuk melakukan apapun yang disenanginya semata. Misalnya ada seoarng anak yang awalnya menyenangi koleksi perangko. Tiba-tiba datang ayahnya berbicara banyak tentang keuntungan dari hobinya mengumpulkan perangko, seperti mengenal sejarah perkembangan suatu negara, nama tokoh-tokohnya atau bahkan keuntungan secara finansial, maka tidak mustahil si anak kemudian justru merasa tidak menikmati hobinya lagi. Kenyamanan dan kenikmatan rohaninya terganggu dengan berbagai atribut yang dilekatkan pada hobinya tersebut. Oleh karena kecenderungan remaja hanya menyenangi sesuatu hal yang menurutnya ”lepas” dan bebas, maka sekolah dan orang tua hanya berfungsi sebagai pengamat kegiatan mereka. Mereka harus diberi kebebasan untuk menemukan jati dirinya melalui aktivitasnya secara wajar. Pertengkaran, percintaan, sepak bola, kekalahan dan kemenangan.
3. Bagi orang tua, waktu luang adalah waktu yang harus dimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaat dan produktif dari sudut pandang orang tua, bukan dari sudut pandang anak. Apa indikator suatu tindakan itu produktif, bermanfaat atau tidak? Sering yang menetapkan indikator itu adalah orang tua atau guru. Orang tua dan guru pun belum tentu melakukan hal yang sama pada saat remaja dulu. Hanya pengalaman yang mengatakan bahwa apa yang kita lakukan itu adalah sia—sia atau tidak. Oleh karena itu maka biarkanlah anak-anak kita untuk menyimpulkannya sendiri dalam menyerap dan memahami pengalamannya sendiri.
4. Orang tua menganggap bahwa waktu luang adalah waktu sia-sia sehingga rehatnya anak di waktu luang dianggap tidak memanfaatkan waktu secara maksimal. Ketika anak selonjoran di tempat tidur dengan buku komik atau novel , sedang main game, jalan-jalan atau sekedar menonton televisi, maka cenderung kita akan mennganggap mereka telah membuang waktu.

Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan
Anak tetaplah anak, mereka masih membutuhkan pendampingan, tapi tolong jangan dalam posisi aku dan kamu, tapi kita. Buatlah seolah kita juga sedang dan akan melakukan hal yang sama. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Berperanlah sebagai rekan yang terlibat langsung dalam proses pemilihan atau kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak kita. Sering orang tua mengajak anak sejak dini untuk mengikuti kegiatan anak-anaknya.
2. Membuat komitmen dari awal untuk menetapkan batas waktu, kegiatan dan biaya yang mungkin terjadi. Ini sering terjadi apabila anak menginginkan sebuah permainan yang akan menyita waktu seperti game, komputer, baca novel atau jalan-jalan. Ini untuk menghindari adanya konflik dan ketidakkonsistenan dalam menagakan peraturan yang berubah-rubah dan cenderung tidak disukai anak.
3. Hindari menetapkan target dan beban dalam memantau kegiatan di waktu luang mereka. Akstrimnya, melakukan hal sia-sia pun adalah hak mereka apabila itu dilakukan di waktu luang. Selengkapnya...