Sabtu, 30 Mei 2009

ANAKKU AKSELERASI...Terbanglah Bersama Keheningan

BERAT, itulah kata yang bisa mewakili tantangan hidup kekinian. Orang miskin

dihadang penyakit di sana-sini. Orang kaya alisnya dibikin berkerut oleh berbagai

masalah. Sebagian malah sudah dipenjara, sebagian lagi menuggu giliran untuk

beristirahat di tempat yang sama. Manusia biasa menggendong berbagai beban ke

sana ke mari (dari mencari nafkah, menyekolahkan anak sampai dengan

mempersiapkan hari tua), pejabat maupun pengusaha juga serupa: senantiasa

ditemani masalah kemanapun ia pergi. Di desa banyak orang mengeluh, luas tanah

tetap namun jumlah manusia senantiasa tambah banyak. Sehingga setiap tahun

memunculkan tantangan penciptaan lapangan kerja. Bila tidak terselesaikan ia bisa

lari kemana-mana. Dari kejahatan sampai dengan kekerasan.

Digabung menjadi satu, jadilah kehidupan berwajah serba berat di sana-sini. Tidak

saja di negara berkembang, di negara maju sekali pun tantangannya serupa.

Kemajuan ekonomi Jepang yang demikian fantastis tidak bisa mengerem angka

bunuh diri. Kemajuan peradaban Amerika tidak membuat negara ini berhenti menjadi

konsumen obat tidur per kapita paling tinggi di dunia. Jangankan berbicara negeri

Afrika seperti Botswana. Rata-rata harapan hidup hanya 30-an tahun. Orang dewasa

di sana lebih dari 80 persen positif terjangkit HIV. Sehingga menimbulkan pertanyaan,

"Demikian beratkah beban manusia untuk hidup?"

Ada sahabat yang menghubungkan beratnya hidup manusia dengan hukum

gravitasinya Newton yang berpengaruh itu. Sudah menjadi pengetahuan publik,

kalau Newton menemukan hukum ini ketika duduk di bawah pohon apel, dan tiba-

tiba buahnya jatuh.

Sehingga Newton muda berspekulasi ketika itu, ada serangkaian hukum berat (baca:

gravitasi) yang membuat semua benda jatuh ke bawah. Sahabat ini bertanya lebih

dalam, "kalau gravitasi yang menarik apel jatuh ke bawah, lantas hukum apa yang

membawanya naik ke puncak pohon apel?" Dengan jernih ia menyebut "The law of

levitation" (hukum penguapan). Kalau gravitasi menarik apel ke bawah, penguapan

menariknya ke arah atas.

Dalam bahasa yang lugas sekaligus cerdas, sahabat ini mengaitkan kedua hukum

fisika ini ke dalam dua hukum kehidupan: "Hate is under the law of gravity, love is

under the law of levitation." Kebencian berkait erat dengan gravitasi karena mudah

sekali membuat manusia hidup serba berat dan ditarik ke bawah. Cinta berkaitan

dengan gerakan-gerakan ke atas. Karena hanya cinta yang membuat manusia

ringan dan terbang ke atas. Sungguh sebuah bahan renungan kehidupan yang

cerdas dan bernas.

Kembali ke soal hidup manusia yang serba berat, tidak ada manusia yang bebas

sepenuhnya dari masalah. Bahkan ada yang menyederhanakan kehidupan dengan

sebuah kata: penderitaan! Hanya saja kebencian berlebihan yang membuat semua

ini menjadi semakin berat dan semakin berat lagi. Ada yang benci pada diri sendiri,

ada yang membenci orang tua, suami, istri, teman, tetangga, atasan kerja, sampai

dengan ada yang membenci Tuhan.

Perhatikan wajah-wajah manusia kekinian yang miskin senyum, yang mudah

tersinggung, yang senantiasa minta diperhatikan, penerimaan bulanan yang serba

kurang, dan masih bisa ditambah lagi dengan yang lain. Semuanya berakar pada

yang satu: kebencian! Sehingga mudah dimengerti kalau perjalanan hidup seperti buah apel, semakin tua semakin berat dan semakin ditarik ke bawah

Selengkapnya...