Senin, 09 November 2009

JANGAN BERHENTI BERMAIN…! (Bagian 1)

“Manusia berhenti bermain bukan karena menjadi tua, manusia menjadi tua karena berhenti bermain” OLIVER WENDELL HOLMES.

“Jangan kaya anak kecil dong…ayo kerja!”
“Kamu tuh dari tadi main terus, pekerjaan rumah masih banyak, kerjakan!”
“Jangan buang-buang waktu untuk main, ayo belajar/bekerja!”
“Kalian sudah dewasa. Perhatikan dan berhenti bermain!”

Kapan terakhir kali kita meluangkan waktu untuk bermain? Benar-benar bermain! Bukan Outbond, bukan pelatihan, bukan In House Training, bukan lomba dan bukan aktivitas dengan embel-embel melaksanakan tugas. Benar-benar bermain!

Dan pernahkah kita mendapatkan teguran disaat kita sedang melakukan sebuah kegiatan “BERMAIN”. Sebuah aktivitas untuk sekedar melepaskan diri dari rutinitas dipekerjaan atau sekolah dengan melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan pekerjaan namun hanya sekedar menyenangkan hati. Bahkan apabila kita meluangkan waktu disela-sela rapat yang serius, atau dalam kajian presentasi yang penting, maka kata teguran diatas sering terdengar.
Benarkah sebuah kreativitas hanya lahir dari suasana yang serius dan hanya fokus pada apa yang sedang kita kerjakan? Ataukah justru kreativitas lahir dalam suasana yang lebih longgar, fleksibel dan penuh humor?

“Orang kreatif yang sukses tahu bahwa jika suatu pekerjaan tidak menarik, pekerjaan itu tidak perlu dikerjakan. Pribadi kreatif amat mengagungkan suasana gembira karena membuatnya membumbung tinggi dalam upaya mengejar cita-cita. Begitu pentingnya suasana riang ini, dalam kegiatan sehari-hari pun orang kreatif sering menjadwalkan rehat untuk berasyik-ria.”(Jordan E. Ayan, Bengkel Kreativitas,2002).

Kita sering melihat sosok seorang joker atau pelawak didalam istana kerajaan jaman dahulu, atau kita sering juga melihat peran Semar dan anak-anaknya dalam cerita wayang di Indonesia, atau “Lengser” dalam budaya sunda? Mereka diperankan sebagai orang yang diharapkan mampu mencairkan suasana ketika semuanya sedang buntu dan kering dengan ide. Sebenarnya seberapa besar pengaruh “bermain” terhadap pengembangan potensi dan kreativitas lingkungan sekitar.

“Hampir semua gagasan baru memiliki ‘sisi pandir’ saat pertama dihasilkan” –Alfred North Whitehead-

Setiap bentuk kreativitas selalu melangkah maju satu -seribu- langkah dari pikiran masyarakat pada umumnya. Karena langkah orang-orang kreatif senantiasa “tidak biasa” maka pola perkembangan dan proses kelahirannya pun senantiasa dari pikiran kekanak-kanakan pelakunya. Untuk itu maka, untuk merangsang sebuah proses berpikir dan mencipta yang kreatif diperlukan sebuah suasana yang kondusif bagi hal tersebut, yaitu kondisi yang santai dan bernuansa bermain.

Dalam pandangan masyarakat sekarang, seolah sebuah proses berpikir dan bertindak kreatif harus dalam suasana yang serius dan fokus dalam satu permasalahan, padahal banyak suatu hasil kreatif pada suatu bidang muncul dari permainan di bidang lain. Pandangan ini tidak selamanya salah, namun biasanya kondisi serius justru bukan pada proses berpikir memunculkan ide kreatif, namun pada proses aktivitas mewujudkan hasil ide tersebut.
“Etika bermain” yang kita alami dimasa anak-anak, berubah seiring waktu menjadi “etika bekerja atau belajar” sehingga pola pikir dan daya imajinasi kita terkungkung da terjebak dalam rutinitas. Dalam etika bermain, kita bisa menemukan banyak hal karena memang nuansa bermain melahirkan sebuah kondisi pikiran yang mengandung kreativitas, yaitu –RASA INGIN TAHU-, ingin mecoba, tidak puas dengan cara biasa, rasa takjub atau sekedar mencoba sesuatu hal yang tidak biasa.

“Seseorang bisa saja bermain tanpa menjadi kreatif, namun mustahil dia menjadi kreatif tanpa bermain”-Wake Up Your Genius, Kurt Hanks and Jay Parry-

Bermain juga melahirkan suasana yang menyenangkan dan melepaskan diri kita dari rintangan kreativitas yang umum kita temukan, yaitu rasa tegang dan ketakutan yang berlebih. Di suasana yang tegang dan takut yang berlebihan, insting lari atau nekad menjadi dominan sehingga pikiran “tidak biasa” menjadi tidak mewujud dalam pikiran dan ide.

Bermain juga melahirkan suasana yang relaks, mengurangi ketegangan dan akhirnya membawa efek fisiologis, dimana mampu mendorong otak untuk mengeluarkan beta-endorfin, “opium rasa nyaman” dan menjadikan hidup semarak dan mampu mendongkrak rasa percaya diri. Bermain bisa mencegah rasa bosan. Dunia kerja tanpa canda dan gelak tawa akan melahirkan suasana kaku dan hambar.

Yang paling penting dari bermain adalah terciptanya jalur komunikasi yang lebih rileks dan intens dalam suasana yang santai dan penuh canda. Jalur ini penting untuk munculnya tukar pengalaman dan gagasan “gila” dari satu orang ke orang lainnya. Banyak organisasi bisnis yang menerapkan metode bermain untuk memuculkan ide brilyan ini dengan mengadakan acara “family gathering”, “outbond” atau sekedar jalan-jalan dan memancing.

Kegembiraan yang disulut oleh perlengkapan mainan, juga mampu mengilhami segala jenis pencarian dalam bidang seni. Winnie the Pooh diciptakan A.A. Milne berdasarkan boneka beruang kesayangan putranya. Tari Balet Nutcracer karya Tcaikovsky berkisah tentang boneka prajurit telah terbukti mampu mengeruk uang dalam jumlah besar.

Berikut adalah cara menambahkan suasana asyik daam rutinitas sehari-hari .”(Jordan E. Ayan, Bengkel Kreativitas,2002):
1. Ambil crayon dan buatlah gambar tentang kegembiraan anda.
2. Mainkan alat musik ringan seperti harmonika atau suling.
3. Ada acara “Spons Berjalan”, yaitu berjalan-jalan sambil menyerap ide dari pengalaman sepanjang jalan.
4. Bawa “kotak mainan” dan mainkan ketika kita berada dalam suasana buntu kreativitas.
5. Bermain lompat tali, gasing atau hula hup.
6. Luangkan untuk memulai hobi baru.
7. Rancang sebuah rumah pohon khayalan.
8. Mainkan musik dan menarilah.
9. Bermain dengan gumpalan malam dan cat minyak.
10. Pergilah bersepeda atau sepatu luncur.
11. Pakai topi dan aksesoris yang tidak biasa.
12. Baca buku lelucon.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
9 November 2009
Selengkapnya...