Rabu, 22 April 2009

Apakah yang dimaksud dengan e-learning?

Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari Internet).
Pembelajaran jarak jauh. E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa saja berada di Jakarta, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di kota lain bahkan di negara lain. Namun, interaksi masih bisa dijalankan secara langsung ataupun dengan jeda waktu beberapa saat. Jadi, pembelajar bisa belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah yang terkoneksi dengan Internet, sedangkan materi belajar dikelola oleh sebuah perusahaan di Amerika Serikat, di Jepang ataupun di Inggris. Dengan cara ini, pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat ia mengakses ilmu yang dipelajari. Jika, pembelajaran ditunjang oleh perusahaan, maka si pembelajar bisa mengakses modul yang dipelajarinya dengan mengkoordinasikan waktu ia belajar dan waktu ia bekerja. Misalnya, jika pada pagi hari sampai siang hari, ia dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor, maka ia bisa menyisihkan waktu di sore hari menjelang pulang untuk belajar. Tugas-tugas yang sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa disesuaikan waktu pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. E-learning, seperti juga namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan Internet (world wide web yang menghubungkan semua unit komputer di seluruh dunia yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang bisa menghubungkan semua unit komputer dalam sebuah perusahaan). Jika Anda memiliki komputer yang terkoneksi dengan Internet, Anda sudah bisa berpartisipasi dalam e-learning. Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan kualitas yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang tergantung pada “mood” dan kondisi fisik dari instruktur. Dalam e-learning, modul-modul yang sama (informasi, penampilan, dan kualitas pembelajaran) bisa diakses dalam bentuk yang sama oleh semua siswa yang mengaksesnya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional di kelas, karena alasan kesehatan atau masalah pribadi, satu instruktur pun bisa memberikan pelajaran di beberapa kelas dengan kualitas yang berbeda.
Pembelajaran formal vs. informal. E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Pembelajaran yang di tunjang oleh para ahli di bidang masing-masing. Walaupun sepertinya e-learning diberikan melalui komputer (yang adalah benda mati), e-learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola dan “dihidupkan” oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu: Subject Matter Expert (SME), Instructional Designer (ID), Graphic Designer (GD) dan para ahli di bidang Learning Management System (LMS). SME merupakan nara sumber dari pelatihan yang disampaikan. ID bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari. GD mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari. Para ahli di bidang LMS mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya. Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. Jadi, e-learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-learning ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait.

Apa manfaat e-learning bagi Anda?
Semakin banyak perusahaan dan individu yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana untuk pelatihan dan pendidikan karena mereka melihat berbagai manfaat yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis web ini. Dari berbagai komentar yang dilontarkan, ada tiga persamaan dalam hal manfaat yang bisa dinikmati dari e-learning:

  1. Fleksibilitas. Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa), maka e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan palmtop, bahkan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning. Berbagai tempat juga sudah menyediakan sambungan internet gratis (di bandara internasional dan cafe-cafe tertentu), dengan demikian dalam perjalanan pun atau pada waktu istirahat makan siang sambil menunggu hidangan disajikan, Anda bisa memanfaatkan waktu untuk mengakses e-learning.
  2. “Independent Learning”. E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti dialog interaktif, ia bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.
  3. Biaya. Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP). Dalam hal biaya finansial William Horton (Designing Web-Based Training, 2000) mengutip komentar beberapa perusahaan yang telah menikmati manfaat pengurangan biaya, antara lain: Buckman Laboratories berhasil mengurangi biaya pelatihan karyawan dari USD 2.4 juta menjadi USD 400,000; Aetna berhasil menghemat USD 3 juta untuk melatih 3000 karyawan; Hewlett-Packard bisa memotong biaya pelatihan bagi 700 insinyur mereka untuk produk-produk chip yang selalu diperbaharui, dari USD 7 juta menjadi USD 1.5 juta; Cisco mengurangi biaya pelatihan per karyawan dari USD 1200 - 1800 menjadi hanya USD 120 per orang. Biaya non-finansial yang bisa dihemat juga banyak, antara lain: produktivitas bisa dipertahankan bahkan diperbaiki karena pembelajar tidak harus meninggalkan pekerjaan yang sedang pada posisi sibuk untuk mengikuti pelatihan (jadwal pelatihan bisa diatur dan disebar dalam satu minggu ataupun satu bulan), daya saing juga bisa ditingkatkan karena karyawan bisa senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaannya, sementara bisa tetap melakukan pekerjaan rutinnya.

Bagaimana memanfaatkan e-learning secara optimal?
Seperti halnya pembelajaran dengan cara lain, e-learning bisa memberikan manfaat yang optimal jika beberapa kondisi berikut terpenuhi.
Tujuan. Sebelum memutuskan untuk mengikuti e-learning, Anda perlu menentukan tujuan belajar Anda, sehingga Anda bisa memilih topik, modul, lama belajar, biaya, dan sarana belajar secara elektronik yang sesuai. Tujuan ini hendaknya dikaitkan dengan tujuan pribadi ataupun tujuan bisnis Anda secara langsung yang spesifik dan terukur. Misalnya: Anda baru saja diangkat sebagai project manager. Dalam tiga bulan pertama Anda ingin mendapat keterampilan di bidang ini. Karena pekerjaan baru, dengan gaji dan pekerjaan yang juga meningkat, Anda merasa tidak mungkin untuk secara fisik meninggalkan pekerjaan Anda. Untuk itu Anda bisa mengikuti e-learning berdurasi tiga bulan dengan topik project management yang ditawarkan lembaga atau universitas tertentu (umumnya universitas di Amerika, Australia dan Eropa menawarkan program e-learning). Sambil mengikuti pelajaran, Anda bisa sekaligus menerapkan ilmu dan keterampilan yang Anda dapatkan. Anda juga bisa memanfaatkan forum diskusi secara elektronik untuk membahas permasalahan yang langsung Anda hadapi di lapangan.
Pembelajar. Cara belajar dengan e-learning memberikan peluang untuk menjadi pembelajar independen. Jadi, untuk mendapatkan manfaat optimal dari e-learning, Anda juga harus senang belajar secara independen, memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran dan perluasan wawasan (memiliki motivasi tinggi untuk menguasai topik yang diambil, menganggap belajar bukan sebagai beban tetapi sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas, mampu menerapkan disiplin dalam belajar), memiliki sarana belajar yang menunjang (misalnya: komputer, akses internet, fax, printer), keterampilan dan strategi untuk belajar secara independen di dunia maya (keterampilan dasar menggunakan komputer dan internet, strategi untuk mengelola waktu).
Dukungan. Sama seperti cara belajar lain, cara belajar dengan e-learning akan lebih mudah jika mendapat dukungan dari orang-orang terkait dengan pembelajar (misalnya: atasan, perusahaan tempat bekerja, rekan sekerja, sahabat dan keluarga). Dengan dukungan dari berbagai pihak (baik berupa dana, dukungan moril, maupun dukungan fasilitas), semangat belajar yang terkadang turun bisa tetap dipertahankan, bahkan dipacu lebih tinggi, masalah yang dihadapi dalam belajar bisa dituntaskan, sehingga proses belajar dan penyelesaian program bisa lebih mudah dijalankan.
Media lain. E-learning hanyalah sebuah “alat” yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan. “Alat” ini jika digunakan bersama “alat-alat” akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan. Dengan demikian, e-learning tidak harus digunakan secara murni, tetapi bisa diharmonisasikan dengan penggunaan media lain untuk saling menunjang meraih tujuan si pembelajar. Jadi, jika memang ada kesempatan untuk menggunakan media lain untuk belajar (pembelajaran konvensional di kelas, pembelajaran melalui mailing list, video, radio, fax, atau korespondensi), mengapa tidak saling dikoordinasikan?
Pilih yang Anda perlu. Jika Anda hanya perlu bepergian dengan mobil, Anda tidak perlu menggunakan pesawat terbang. Jika Anda hanya memerlukan informasi dan pengetahuan umum untuk memperluas wawasan, Anda tidak perlu memerlukan sarana untuk memperluas wawasan di bidang tertentu, Anda tak perlu mengeluarkan biaya untuk mengikuti e-learning lengkap, Anda bisa saja berpartisipasi dalam dialog elektronik ataupun menjadi anggota mailing list yang memberikan informasi yang Anda perlukan. Misalnya, untuk mendapatkan tips cerdas untuk mengembangkan diri, Anda bisa mencoba berpartisipasi dalam mailing list smart_wisdom@yahoogroups.com, untuk informasi mengenai manajemen, mengapa tidak mengakses manajemen@yahoogroups.com, dan untuk mendapat contoh dialog dan ungkapan bahasa Inggris dalam bisnis, cobalah edpro@yahoogroups.com. Anda juga bisa membangun mailing list atau berkirim email dengan teman seprofesi untuk saling bertukar informasi. Cara lain yang bisa Anda coba adalah mencari informasi di internet di website tertentu (website majalah internasional, ataupun perusahan konsultan internasional). Misalnya untuk mendapat informasi mengenai strategi manajemen dan bisnis, Anda bisa mencoba mengunjungi dan menjadi anggota mckinseyquarterly. com, sedangkan untuk mendapat informasi bisnis, kunjungi website majalah bisnis nasional maupun internasional, dan untuk melihat informasi lainnya mengenai cara manajemen diri kunjungi website surat kabar Anda ini (http:www. sinarharapan.co.id). Untuk melihat contoh e-learning, Anda bisa mengunjungi berbagai websites, antara lain: www.rootleraning.com, dan www.engines4ed.org.
E-learning memberikan cara alternatif untuk belajar. Pemanfaatan e-learning secara optimal pun tergantung dari beberapa kondisi yang perlu dipenuhi. Namun, apa pun cara belajar yang dipilih, semua berpulang kepada si pembelajar. Tanpa komitmen dan kendali diri, tak ada satu cara belajar pun yang akan berhasil. Selamat belajar

Selengkapnya...

Minggu, 19 April 2009

MEMAKSIMALKAN METODE CERAMAH DI KELAS

Dalam proses kegiatan belajar mengajar, metode yang paling sering dilakukan oleh guru adalah metode ceramah. Hal ini disebabkan karena ada beberapa hal yang membuat metode ceramah menjadi “favorit” bagi guru, yaitu sangat simpel, mudah dilakukan, persiapan yang pendek dan budaya pendidikan Indonesia secara umum masih didominasi oleh guru sebagai subyek belajar dan siswa menjadi obyek belajar.
Tapi metode ini pun mengandung banyak kelemahan, seperti membuat siswa mudah jenuh, guru lebih cepat capek dan materi yang disampaikan menjadi monoton. Oleh karena itu, ketika akan menggunakan metode ceramah guru harus mampu memiliki beberapa keterampilan sehingga penyampaian materi dengan ceramah menjadi lebih efektif dan efisien.
Beberapa keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah kemam[uan vokal yang prima, memiliki rasa humor yang tinggi, mampu membangkitkan minat siswa dengan intonasi dan mimik wajah yang ekspresif atau mampu membangun suasana yang menyenangkan sehingga siswa tertarik untuk mendengarkannya.
Untuk itu ada beberapa trik yang bisa dilakukan guru untuk memaksimalkan ceramah sebagai metode pembelajaran, diantaranya :
Bangkitkan minat siswa dengan :
1. Memaparkan kisah atau tayangan yang menarik. Yang dimaksud dengan menarik adalah dekat dengan kehidupan siswa, sedang menjadi berita di berbagai media massa, ganjil atau spektakuler.
2. Ajukan soal cerita yang menarik dan berhubungan dengan materi yang akan di sampaikan di awal pembelajaran
3. Berikan pertanyaan menguji di tengah penyampaian materi sehingga siswa tertarik dalam mendengarkan paparan materi

Tingkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui :
1. Susunlah kembali materi pokok yang disampaikan di papan tulis sebagai kata kunci bagi siswa untuk mengingat seluruh uraian
2. Berikan analogi dan contoh yang menarik dan mudah diingat siswa, misalnya bagaimana usaha yang dilakukan beberapa siswa dalam meminta uang tambahan kepada orangtua untuk menganalogikan mengapa kita harus belajar ekonomi.
3. Siapkan materi visual. Sehebat apapun guru dalam menerangkan tetaplah membutuhkan media untuk menarik minat siswa, misalnya dengan buku berisi gambar-gambar menarik tentang evolusi manusia ketika belajar biologi atau sejarah manusia.
Melibatkan siswa selama ceramah dengan :
1. Melakukan tantangan kecil dengan memberikan pertanyaan di tengah ceramah atau meminta contoh dari uraian menurut sudut pandang siswa.
2. Membuat latihan dengan memberikan tabel dan format isian yang berisi materi pokok atau pertanyaan tentang materiyang sedang disampaikan.
Memperkuat ingatan siswa dengan :
1. Memberikan soal yang berisi penerapan atau aplikasi dalam kehidupan mereka sehari-hari
2. Memberikan kesempatan bertanya yang kemudian diterangkan atau dijawab oleh siswa yang lain.
Uraian diatas bukanlah pembenaran dari metoe yang digunakan karena pada hakekatnya guru harus mampu menggabungkan semua metode yang terbaik bagi siswa. Materi ceramah akan menjadi efektif apabila materi yang disampaikan memang cocok sehingga tidak semua materi dapat disampaikan dengan ceramah. Semoga tulisan ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak materi dan memudahkan guru dalam melakukan metode ceramah.
Imam Wibawa Mukti,S.Pd Selengkapnya...

Sabtu, 18 April 2009

MENGAJARKAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA DI MASA PEMILU

MENGAJARKAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA DI MASA PEMILU

Ditengah keributan yang terjadi dalam proses pemilu ini, alangkah baiknya apabila kita menjadikannya media pembelajaran bagi siswa dan guru. Berbagai diskusi, pidato, poster, spanduk dan pamflet banyak bisa kita temukan di pinggir jalan. Semua itu bisa dijadikan media bagi pembelajaran bagi siswa khusunya dalam melatih kemampuan berpikir kritis, logis dan sistematis.
Misalnya, ada iklan di televisi yang menayangkan tentang keberhasilan partainya dalam menurunkan harga BBM. Pikiran kita seolah sedang dimasuki sebuah kebenaran dimana menentukan harga BBM hanya ditentukan oleh segelintir orang di pemerintahan. Padahal kita bisa membaca diberbagai media bahwa itu semua tak lepas dari perkembangan harga minyak dunia. Juga, kita seolah ingin dilupakan untuk mengingat bahwa pemerintahan yang sama pulalah yang telah menaikan harga BBM terbesar sepanjang sejarah berdirinya Indonesia.
Disini kita bisa melatih siswa untuk mendiskusikan berbagai pernyataan, slogan, symbol dan tingkah para pelaku kampanye secara kritis dan logis. Bahkan tidak mustahil kita akan mendapatkan pernyataan dan pikiran siswa kita yang jauh lebih baik, karena dengan segala kepolosannya mereka mampu menilai segala sesuatu dengan lebih jernih. Misalnya tentang kampanye sebuah partai yang menyatakan telah berhasil “mengawal” BLT, padahal sebelumnya partai ini paling keras menolak kebijaka tersebut di masa lampau.
Mengamati pernyataan dan tindakan yang paradoks dari para pelaku politik ternyata lebih lucu dan menyenangkan ketimbang mempermasalahkan berbagai keruwetan tekhnis pemilu itu sendiri. Dengan demikian siswa bisa belajar untuk bijaksana dalam berpikir dan berkata dalam kehidupan mereka.

Beberapa Kesalahan Dalam Berpikir
Kita bisa melihat ada beberapa pernyataan atau argument yang agak aneh tersebut karena beberapa factor, diantaranya :
Pernyataan yang salah dapat dianggap benar karena secara umum masyarakat telah menerimanya menjadi argument yang valid. Misalnya untuk kelanjutan pembangunan, maka alangkah lebih baik kembali memilih penguasa yang tengah memerintah. Seolah, sesuatu yang baru akan berdampak pada ketidaksinambungan pembangunan.
Argument yang keliru karena kesalahan dan kecerobohan orang terhadap pokok permasalahan yang terkait. Misalnya alasan bahwa kesalahan pemilu saat ini karena sistemnya yang baru. Padahal kita telah melaksanakan pemilu bukanlah sekali dan setiap pemilu, kesalahan yang sama kerap terjadi. Kita digiring untuk membenarkan bahwa sistem yang baru akan membuat kerumitan dalam segala perbuatan.

Kesalahan berpikir ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, diantaranya :
Bentuk Argumentum ad Hominem
Kesalahan berpikir yang mendasarkan pikiran pada sentimen pribadi, individu atau golongan tertentu. Misalnya menghubungkan nama seorang pejabat sebagai akar dari segala bencana yang terjadi. Atau ada logika yang menganggap bahwa komposisi pemimpin Indonesia harus Jawa dan Luar Jawa demi keadilan dan keutuhan wilayah.
Ada pula kesalahan berpikir bentuk ini karena titik tolak dua pihak yang berkompetisi pada pemilu berbeda. Misalnya ada diskusi antara dua partai untuk membicarakan tentang kebaikan pemerintahan dijamannya masing-masing. Dalam kebijakan penetapan harga BBM, satu pihak menyalahkan kebijakan pihak lain dan sebaliknya, padahal kedunya berjalan di jaman dan masalah yang berbeda sehingga sampai kapanpun masalah tersebut tidak akan pernah selesai.
Argumentum ad Ignorantiam
Ada anggapan bahwa Indonesia mengalami banyak bencana karena wakilnya bernama Kalla dan di masyakat Jawa, kata itu mengandung sesuatu yang buruk. Pikiran seperti ini adalah argumen yang tidak akan pernah dibuktikan kebenarannya karena bersifat kepercayaan budaya tertentu. Namun kepercayaan ini kemudian dijadikan landasan berpikir untuk menyerang pihak tertentu.
Argumentum ad Misericordiam
Adalah bentuk pikiran yang dilandasi oleh rasa belas kasihan. Kita temukan calon legislatif dalam pemilu sekarang yang berasal dari kalangan pengamen, tukan lotek atau tukang ojek. Pikiran kita diajak untuk mengambil keputusan dengan dilandasi oleh belas kasihan bahwa orang seperti mereka selama ini tertindas dan saat sekarang mereka tampil untuk mewakili diri dan profesinya sendiri tanpa melihat kemampuannya dibidang penyelenggaraan negara.
Argumentum ad Populum
Salah kaprah yang diterima umum. Misalnya karena banyak kesalahan dalam pemilu kali ini maka pasti ada kecurangan yang sistematis dengan maksud untuk memenangkan satu partai. Pikiran ini biasanya dipakai untuk menggeneralisir sesuatu dengan anggapan lebih mudah. Lalu kita membuat sebuah kesimpulan bahwa pemilu kali ini gagal. Atau sebalilknya, berbagai gugatan dan tuntutan pemilu yang banyak terjadi dianggap pemerintah atau pelaksana pemiilu sebagai gerakan yang diorganisir secara cermat oleh kelompok yang kalah untuk menggagalkan kemenangan pihak lain.
Post Hoc Ergo Propter Hoc
Ada partai yang berkampanye menyatakan bahwa untuk memimpin negara ini diperlukan partai yang telah berpengalaman dalam mengurus negara. Karena dengan pengalaman tersebut maka pengleolaan negara akan lebih baik ketimbang partai yang belum berpengalaman. Pikiran ini adalah tipe menarik kesimpulan dari peristiwa masa lampau. Padahal kalau kebaikan selama ini diklaim oleh partainya, maka akan adil bila kesalahan masa lampau juga dilekatkan pada dirinya.

Ini hanya beberapa contoh materi pembelajaran yang bisa digullirkan kepada siswa sejalan dengan peristiwa yang tengah hangat terjadi disekitar mereka. Mereka harus mampu tidak hanya belajar nama partai dan lambangnya saja, namun juga mampu menilai kualitas dari partai yang ada dari kemampuannya mengemukakan pendapat. Dengan demikian apa yang dipelajari siswa sangat dekat dengan kesehariannya.
Semoga bermanfaat bagi perkembangan siswa dan kehidupan berbangsa kelak.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Guru dan Koordinator Akselerasi SMP Taruna Bakti Bandung Selengkapnya...

CARA AGAR SISWA MUDAH MENGINGAT?

FORUM GURU
CARA AGAR SISWA MUDAH MENGINGAT?
“Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa dengan cepat dan siswa akan melupakan apa yang kita ceritakan itu dengan lebih cepat”
Sebagai guru tentunya kita sering menemukan kasus dimana siswa sering melupakan materi yang telah diajarkan atau dibahas di depan kelas. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi guru karena hal tersebut berhubungan dengan metode dan cara seorang guru dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran. Namun hal ini sering kurang dipahami guru sehingga sering pula guru menekankan kesalahan itu kepada siswa dengan tuduhan kurang memperhatikan, tidak konsentrasi atau tidak serius menyimak pelajaran.
Hal ini tentunya tidak selamanya benar, karena menurut sebuah penelitian yang diungkap dalam buku Active Learning yang disusun oleh Melvin L.Silberman, bahwa pada umumnya guru yang menggunakan metode ceramah berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Jika siswa benar-benar berkonsentrasi menyimak perkataan guru maka mereka akan mengingat sekitar 50 sampai 100 kata permenit. Bayangkan bila guru terus berbicara selama 45 menit atau lebih? Sementara siswa dapat menyimak materi hanya 70% dari sepuluh menit pertama dan 20% di sepuluh menit terakhir. Jadi siapa yang salah kalau siswa tidak bisa mengingat materi dari gurunya?
Untuk mengatasi hal tersebut maka guru dituntut untuk mampu merancang sebuah metode pengajaran yang efektif dan efisien. Artinya bagaimana guru bisa meminimalisir dominasi guru di kelas (terutama dalam hal berbicara) dan siswa dapat lebih banyak mengingat dan memahami materi yang diterima dalam satu waktu pelajaran.
Karena peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka idealnya guru harus mampu menggabungkan berbagai gaya belajar siswa, mulai dari yang dominan belajar dengan gaya audio, visual maupun kinestetik. Namun pada kenyataannya guru dihadapkan pada kendala teknis yang membuat gabungan gaya belajar tersebut menjadi sulit diterapkan di kelas. Oleh karena itu guru kembali dituntut untuk mampu menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan dan bisa menarik sebanyak mungkin perhatian dan minat siswa.
Berikut ada beberapa metode yang ditawarkan oleh banyak pakar dalam menyiasati kendala diatas, diantaranya adalah dengan :

  1. Siswa diminta untuk mengemukakan kembali informasi dengan kalimat mereka sendiri
  2. Guru mampu memberikan contoh yang dekat dengan kehidupan dan pengalaman mereka sehari-hari
  3. Menerangkan dalam berbagai bentuk informasi (lisan, model, gambar, suara) dan situasi
  4. Mengaitkan suatu materi dengan fakta atau gagasan lain yang tengah berkembang dilingkungan siswa
  5. Menjelaskan dengan berbagai cara (berdiri, bergerak, intonasi dan mimik) atau melalui ceramah, latihan dan diskusi
  6. Membuat lawan atau kebalikan ( sesuatu yang ganjil lebih mudah diingat) dari materi yang diterangkan
Tentunya metode tersebut harus ditunjang dengan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Dimana guru mampu menghadirkan suasana yang nyaman sehingga siswa mampu mengaktualisasikan dirinya tanpa hambatan dari rasa ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan kesalahan. Dalam merancang suasana yang aktif dan menyenangkan tersebut tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru, diantaranya :
  1. Tidak semua belajar aktif berarti bersenang-senang dan bermain-main. Guru harus mampu menerangkan tujuan pokok atau indikator yang harus dipahami siswa dalam sebuah prose pembelajaran
  2. Tetap menjaga konsentrasi siswa pada tema atau materi yang sedang dipelajari. Hal ini penting karena dalam membangun suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, pertanyaan dan pembahasan siswa cenderung melebar dan mendalam.
  3. Lebih rinci dalam mengatur waktu. Kegiatan yang berpusat pada siswa melahirkan sebuah konsekuensi waktu pembalajaran yang lebih lama sehingga siswa dapat maksimal mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar tersebut
  4. Tidak terjebak pada metode baku yang monoton atau menjemukan. Belajar aktif akan sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengakomodasi masukan dan usulan dari siswa tentang cara belajar. Misalnya siswa akanmengusulkan belajar pasar langsung di kantin sekolah atau langsung pergi ke pasar dekat sekolah.
  5. Merangsang siswa untuk mau berkompetensi secara individual maupun kelompok dengan standar yang telah disepakati bersama
  6. Guru berada pada posisi untuk memberikan makna dari setiap materi yang ditemukan siswa. Kurang pengalaman dan pengetahuan siswa secara utuh akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang bias atau menyimpang dan guru wajib membenahi tanpa berarti menyalahkan.
  7. Mempersiapkan metode dan perlengkapan dengan matang, karena kurangnya persiapan justru akan memakan waktu lebih banyak khususnya bila metode tersebut pertama kali dilaksanakan.
  8. Lakukan evaluasi timbal balik dengan menggunakan tanya jawab atau kuisioner dari metode yang telah dilaksanakan sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang masih terjadi dalam metode tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita sebagai guru dalam mendampingi siswa belajar dan lebih lama mengingat dan memaknai materi.
Imam Wibawa Mukti,S.Pd (Koordinator akselerasi SMP Taruna Bakti) Selengkapnya...

Sabtu, 11 April 2009

POLA EVALUASI PEMBELAJARAN YANG BERKARAKTER CERDAS ISTIMEWA-BAKAT ISTIMEWA

INTELEGENSIA:
Adalah kemampuan dasar yang mempengaruhi performans pada semua tugas kognitif, mulai dari kemampuan melakukan penghitungan matematika sampai kemampuan menulis puisi.

  1. Fluid intelligence: Penalaran umum, efisiensi mental yang pada hakekatnya bebas kultur dan nonverbal.
  2. Crystallized intelligence adalah kemampuan menggunakan metode pemecahan masalah, dapat meningkat selama hidup karena mencakup keterampilan dan pengetahuan yang dapat dipelajari dan melalui penggunaan fluid intelligence dalam memecahkan masalah, kita mengembangkan crystallized intelligence.


Mengapa Orang Cerdas Bisa Gagal
Inteligensi emosional:
  1. kemampuan memproses informasi emosio secara akurat dan efisien.
  2. Seperangkat trait personaliti atau aplikasi inteligensi umum pada situasi sosial.

Pusat inteligensi emosional ada empat yaitu:
  1. Perasaan terhadap suatu emosi
  2. Pengintegrasian emosi
  3. Pemahaman emosi
  4. Pengelolaan emosi

Kecerdasan Emosional
  • Seseorang yang dapat memahami emosi orang lain (biasanya dengan membaca isyarat noverbal) dan merespons secara tepat, akan lebih sukses bekerja dengan orang lain dan sering muncul sebagai pemimpin.
  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa program yang dirancang untuk membantu peserta didik membangun kompetensi emosi memiliki efek yang bermanfaat, termasuk peningkatan kerjasama, dan penurunan tindakan antisosial
Teori triarchic
  1. Inteligensi : kemampuan mental: proses berpikir, pemanfatan pengalaman baru, dan adaptasi terhadap kontek.
  2. Analitik: Kemampuan berpikir abstrak, pemerosean informasi, kemampuan verbal.
  3. Kreatif: Kemampuan memformulasi ide baru dan mengkombinasi fakta-fakta yang terpisah, kemampuan berhubungan dengan situasi baru, dan membuat solusi baru secara otomatis.

HASIL BELAJAR
  1. Kognitif dan psikomotor mengandung ranah afektif
  2. Hasil belajar kognitif dan psikomotor akan optimal bila ranah afektif tinggi.
  3. Pembelajaran ranah afektif memerlukan waktu yang lama dan perlu kesabaran

DIMENSI PENGETAHUAN
  1. Pengetahuan fakta: Elemen dasar yang harus diketahui
  2. Pengetahuan konseptual: Hubungan antar elemen dasar
  3. Pengetahuan prosedural: Inkuiri, metode, teknik.
  4. Pengetahuan metakognitif: Pengetahuan kognitif diri sendiri – mengembangkan sendiri

DIMENSI PROSES KOGNITIF
  1. Mengingat:Memori jangka panjang
  2. Memahami:Membangun makna informasi
  3. Menerapkan: Menggunakan suatu prosedur pada suatu situasi baru
  4. Menganalisis: Menguraikan materi ke bagian-bagian kemudian menentukan hubungan antar bagian-bagian
  5. Mengevaluasi: Judgment berdasarkan kriteria
  6. Mengkreasi: Membangun suatu pola baru.

DIMENSI PROSES AFEKTIF
  1. Receiving (attending), peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu stimulus, fenomena atau peristiwa khusus
  2. Responding, partisipasi aktif peserta didik, peserta didik tidak hanya meperhatikan, tetapi juga beraksi atau memberi respons, menyenangi aktivitas
  3. Valuing, timbul komitmen terhadap suatu keyakinan, melibatkan penentuan nilai keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajad internalisasi atau komitmen
  4. Organization, klarifikasi makna keyakinannya, mengikuti dan mengorganisasi keyakinannya membuat dirinya konsisten, mengkaitkan nilai satu dengan nilai lainnya, konflik antar nilai diselesaikan, mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten.
  5. Characterization, memberi respons sesuai dengan nilai yang berlaku, peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan prilaku sampai pada tahap membentuk gaya hidup
Sikap
  1. Predisposisi untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang
  2. Sikap terhadap guru, terhadap mata pelajaran
  3. Setelah mengikuti pelajaran menjadi lebih positif
  4. Konsistensi respons terhadap objek sosial (Campbell, 1950)

Minat
  1. Suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong peserta didik untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan
  2. Tekanan pada intensitas minat
  3. Pendidik membangkitkan minat belajar peserta didik

Nilai
  1. Keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau prilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek.
  2. Suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu yang mengendalikan minat, sikap, dan kepuasan

DIMENSI PROSES PSIKOMOTOR
  1. Persepsi: Sadar akan suatu objek & kegiatan
  2. Stimulasi sensori: Mengaktifkan indera
  3. Isyarat dan seleksi: respon dalam bentuk gerakan.
  4. Translasi: Menampilan gerak motorik
  5. Kesiapan: kesiapan melakukan gerak
  6. Respons terbimbing: Imitasi, mencoba-coba
  7. Mekanis: Respons menjadi kebiasaan
  8. Respons komplek: Gerakan yang komplek
  9. Adapting and originating.

PEMBELAJARAN CI-BI
  • Dipercepat atau lebih cepat pada pelajaran tertentu atau pada kelas tertentu
  • Tambahan tugas yang komplek, pengayaan, tetap pada kelompok usianya.
  • Menilai pengetahuan peserta didik pada tiap unit pembelajaran, kemudian melaksanakan pembelajaran pada unit yang belum dikuasai.
Metode pembelajaran:
  1. Mendorong kemampuan berpikir abstrak, kreativitas, membaca teks tingkat tinggi, kemandirian, dan bukan belajar hanya pada fakta-fakta saja.
  2. Cederung belajar lebih banyak bila berada pada kelompoknya.
  3. Pendidik harus imaginatif, fleksibel, toleransi, dan tidaka takut akan kemampuan Ci-BI.
  4. Menyenangkan dan menantang
  5. Pendidik menguasai bahan ajar.

PENGUKURAN, PENGUJIAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
  1. Pengukuran adalah kegiatan yang sistematik untuk menentukan angka pada objek atau gejala
  2. Pengujian terdiri dari sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atua salah
  3. Penilaian adalah penafsiran hasil pengukuran & penentuan pencapaian hasil belajar
  4. Evaluasi adalah penentuan nilai suatu program & penentuan pencapaian tujuan suatu program

TUJUAN PENILAIAN
  1. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu
  2. Menentukan kebutuhan pembelajaran
  3. Membantu dan mendorong peserta didik
  4. Membantu dan mendorong pendidik
  5. Menentukan strategi pembelajaran
  6. Akuntabilitas lembaga
  7. Meningkatkan kualitas pendidikan

SISTEM PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI
  1. Standar kompetensi
  2. Kompetensi dasar
  3. Materi pembelajaran
  4. Indikator pencapaian
  5. Penilaian: Jenis penilaian, bentuk instrumen
  6. Aspek afektif: nonujian, observasi dan kuesioner

SISTEM PENILAIAN
  1. Mengukur semua kompetensi dasar
  2. Hasil ujian dianalisis dan ditindaklanjuti
  3. Ujian mencakup aspek kognitif dan psikomotor bila ada
  4. Aspek afektif diukur melalui pengamatan, dan kuesioner

ACUAN PENILAIAN
Acuan norma:
Kemampuan orang berbeda.
Tes harus bisa membedakan orang.
Menggunakan distribusi normal.
Parameter butir: tingkat kesulitan dan daya beda
Hasil penilaian dibandingkan dengan kelompoknya
Acuan kriteria
Hampir semua orang bisa belajar apa saja hanya waktu yang diperlukan berbeda
Parameter butir: tingkat pencapaian dan indeks sensitivitas
Standar harus ditentukan terlebih dahulu
Hasil penilaian: lulus dan tidak lulus

TELAAH SOAL PILIHAN GANDA
  1. Sesuai indikator
  2. Pokok soal harus jelas
  3. Pilihan jawaban homogen
  4. Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
  5. Tidak ada petunjuk mengarah jawaban yang benar
  6. Hindari menggunakan: semua salah atau semua benar
  7. Pilihan jawaban angka diurutkan
  8. Semua pilihan jawaban logis
  9. Tidak mengunakan negatif ganda
  10. Bahasa yang digunakan baku
  11. Bahasa yang digunakan komunikatif

KAEDAH PENULISAN URAIAN OBJEKTIF
  1. Soal harus sesuai dengan indikator
  2. Gunakan kata-kata: bandingkan, uraikan, mengapa, hitunglah, tafsirkan, buktikan, rangkumlah.
  3. Hindari penggunaan kata: siapa, dimana, bila.
  4. Gunakan bahasa yang baku dan komunikatif
  5. Ada kunci jawaban
  6. Ada pedoman penskoran

ANALISIS BUTIR SOAL
  1. Tingkat pencapaian kompetensi
  2. Indeks sensitivitas
  3. Indeks keandalan
  4. Distribusi respons (khusus untuk pilihan ganda)
  5. Kalimat soal
  6. Kunci jawaban


Disampaikan pada Workshop Keberbakatan, Solo 1-4 April 2009 Selengkapnya...

MEMILIH BAHAN AJAR

A.Masalah pemilihan bahan ajar
Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah dimaksud meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dsb. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu macam dan tidak harus sering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar.
Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku.

B. Pemilihan bahan ajar
Perumusan dimaksud diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi standar materi atau standar isi (content standard) dan standar pencapaian (performance standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang harus dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa. Setelah pokok-pokok materi pembelajaran ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi pembelajaran dapat berisikan butir-butir materi penting (key concepts) yang harus dipelajari siswa atau dalam bentuk. Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan (cara mengajarkan/menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya

C. Pengertian bahan ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Tabel 1: Klasifikasi Materi Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip
1. Fakta
Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana.
Contoh:
Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945; Seminggu ada 7 hari; Ibu kota Negara RI Jakarta; Ujung Pandang terletak di Sulawesi Selatan
2. Konsep
Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.
Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana
3. Prinsip
Penerapan dalil, hukum, atau rumus. (Jika…maka….).
Contoh:
Hukum permintaan dan penawaran (Jika penawaran tetap permintaan naik, maka harga akan naik)
4. Prosedur
Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah menjumlahkan pecahan ialah:
1. Menyamakan penyebut
2.Menjumlahkan pembilang dengan dengan pembilang dari penyebut yang telah disamakan.
3.Menuliskan dalam bentuk pecahan hasil penjumlahan pembilang dan penyebut yang telah disamakan

D. Prinsip pemilihan bahan ajar
1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

E. Langkah-langkah pemilihan bahan ajar

1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar

2. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).
a. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
b. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.
c. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.
d. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.
e. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian.
f. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin

3. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
a. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta”.
Contoh: Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia.
b. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang harus diajarkan adalah “konsep”.
Contoh : Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang.
c. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu ? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
Contoh : langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara mengoperasikan komputer, dsb.
d. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
Contoh : Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar.
e. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai.
Contoh: Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas.
f. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi

4. Memilih sumber bahan ajar
Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.

5. Penentuan cakupan dan urutan bahan ajar
Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran

F. Pendekatan urutan bahan ajar
Pendekatan prosedural, Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas.
Pendekatan hierarkis, Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.

G. Sumber bahan ajar
1. Buku teks
2. Laporan hasil penelitian
3. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
4. Pakar bidang studi
5. Profesional
6. Buku kurikulum
7. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
8. Internet
9. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
10. Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)

H. Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru
1. Strategi urutan penyampaian simultan, disajikan seluruhnya dan dibaha per bagian.
2. Strategi urutan penyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
3. Strategi penyampaian fakta, manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.).
4. Strategi penyampaian konsep, materi berupa definisi atau pengertian.
5. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
6. Strategi penyampaian prosedur, adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal.
7. Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek afektif, materi pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut Bloom (1978) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.

I. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
1. Menghafal (verbal & parafrase)
Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). hafal parafrase, menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri.
2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use)
Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan.
3. Menemukan
Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.
4. Memilih
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak

J. Materi prasyarat perbaikan dan pengayaan (Remidialdan Enrichment)
Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran.
Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Jika berdasar tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan pembekelan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya.
Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial.
Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan.
Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselerasi.

Selengkapnya...

Senin, 06 April 2009

LAPORAN WORKSHOP PENANGANAN EMOSIONAL SISWA KEBERBAKATAN

SMP TARUNA BAKTI BANDUNG
1-4 APRIL 2009

A.PENDAHULUAN
Sebagai kelanjutan dari progam worshop keberbakatan yang diselengggarakan di Jogjakarta, maka kegiatan workshop kali ini masih membahas materi yang berhubungan dengan model pelayanan, model SK-KD MIPA dan penanganan emosi anak berbakat.
Dari Jogja, masih ada pekerjaan rumah yang belum tuntas yaitu, perumusan pedoman pokok penyelenggaraan pendidikan bagi siswa berbakat istimewa, baik bakat olahraga maupun seni. Maka workshop di Solo ini mengemban tugas untuk menuntaskannya.

B.LANDASAN HUKUM
Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4, menyatakan bahwa ”Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh penididikan khusus”. Lebih lanjut dalam pasal 12 ayat 1 dinyatakan bahwa ”Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak : (a) Mendapat layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannnya. (b) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”. Dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 menyatakan ”Program percepatan belajar dapat diselenggarakan untuk mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa”.

C.TUJUAN
Kegiatan workshop Penanganan Emosional Siswa Berbakat dan Workshop Bimbingan Tekhnis Pengembangan Kurikulum CI-BI ini dilaksanakan dengan tujuan :
1. Penyampaian informasi tentang penanganann emosional siswa keberbakatan
2. Finalisasi pedoman keberbakatan istimewa bidang olahraga dan seni siswa
3. Menyusun SK-KD untuk siswa keberbakatan istimewa bidang seni dan olahraga
4. Menyusun SK-KD MIPA untuk SD dan SMP
5. Menyusun model silabus MIPA untuk SD dan SMP
6. Mengembangkan kurikulum untuk siswa cerdas istimewa
7. Mengembangkan murikulum untuk siswa cerdas istimewa

D.BENTUK KEGIATAN
Kegiatan workshop ini dilaksanakan dengan beberapa pendekatan, yaitu :
1. Seminar, dengan maksud memberikan wawasan terbaru kepada guru, dinas dan elemen masyarakat lainnya yang berhubungan langsung dengan kegiatan penyelenggaraan program akselerasi tingkat nasional. Dipaparkan dari beberapa ahli tentang perkembangan terbaru seputar layanan, kurikulum, model layanan dan permasalahan seputar akselerasi.
2. Forum diskusi, sebagai ajang diskusi antar para ahli pendidikan dan psikologi tentang berbagai pengalaman dan inovasi dalam penyelenggaraan program akselerasi.
3. Kelompok Kerja, untuk membuat pedoman umum bagi penyelenggaraan layanan bagi siswa bakat istimewa. Pedoman ini sangat diperlukan mengingat selama ini sekolah hanya baru melakukan layanan bagi anak cerdas istimewa dan belum menyentuh siswa berbakat istimewa. Pedoman ini diharapkan akan menjadi acuan dasar bagi sekolah yang akan menyelenggarakan sekolah khusus, kelas khusus atau layanan inklusi bagi siswa berbakat istimewa.
4.Presentasi, untuk melaporkan hasil kerja POKJA di forum pleno untuk menerima masukan, saran dan kritik dari kelompok lain untuk perbaikan, tambahan dan perubahan pedoman pelaksanaan layanan siswa bakat istimewa.

E.SASARAN KEGIATAN
Kegiatan workshop ini diselenggarakan dengan melibatkan berbagai unsur dalam layanan siswa bakat istimewa, diantaranya :
1. Akademisi yang terdiri dari dosen perguruan tinggi se-Indonesia sebagai sumber kajian ilmiah baik tentang teori pendidikan maupun psikologi anak/remaja.
2. Koordinator Akselerasi sebagai pembanding dan perencana program-program baru CIBI.
3. Guru MIPA yang diharapkan mampu membuat kurikulum bagi penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar di program akselerasi.
4. Guru olah raga dan seni untuk menyusun pedoman umum bagi penyelenggaraan layanan bagi siswa bakat istimewa.
5. Praktisi seni dan olahraga untuk menyusun rancangan kurikulum bagi penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar di program akselerasi.

F.PRODUK YANG TELAH DIHASILKAN
Dari kegiatan workshop selama empat hari, telah menghasilkan :
1. Tersosialisasikannya informasi tentang penanganan emosional siswa keberbakatan
2. Adanya pedoman keberbakatan istimewa bidang olahraga dan seni
3. Adanya SK-KD untuk siswa keberbakatan istimewa bidang olahraga dan seni
4. Telah tersusun model silabus untuk mata pelajaran MIPA untuk siswa cerdas istimewa SD dan SMP
5. Terususnnya draft model pengembangan kurikulum untuk siswa cerdas istimewa
6. Tersusunnya SK-KD MIPA untuk SD dan SMP

G.WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Rabu-Sabtu / 1 –4 April 2009
Waktu : 08.00 – 21.00 wib
Tempat : Hotel Sahid Raya Kusumo Surakarta

H.PROGRAM, SARAN DAN REKOMENDASI
Program selanjutnya di tahun 2009-2010 adalah :
1. Seminar tingkat nasional tentang penanganan siswa cerdas istimewa
2. Lomba Multi media Flash titngkat nasional bagi siswa akseleran
3. Pemilihan siswa terbaik akseleran tahun 2009
4. Konferensi nasional tentang kecerdasan dan keberbakatan istimewa
5. Pemberian CI-BI Award kepada tokoh nasional yang banyak memberikan kontribusi positif bagi pengembangan layanan siswa cerdas dan bakat istimewa
Workshop ini telah menghasilkan beberapa produk workshop yang terdiri atas:
”SMP Taruna Bakti menjadi sekolah Pilot Project bagi pelaksanaan silabus MIPA hasil pengembangan WORKSHOP sebagai bentuk silabus Standar bagi siswa cerdas istimewa”
Adapun saran yang dipaparkan dalam workshop diantaranya :
1.Setiap daerah (provinsi, kabupaten/kota) untuk menyelenggarakan pendidikan yang memberikan layanan bagi siswa bakat istimewa baik dibidang seni maupun olahraga.
2.Pelaksanaan kelas inklusi, dimana siswa cerdas istimewa digabungkan dengan siswa reguler pada mata pelajaran non MIPA dan dipisahkan menjadi satu kelas hanya untuk pelajaran MIPA.
3.Memantapkan kembali makna pengayaan dan pendalaman pada program akselerasi sehingga siswa benar-benar mendapatkan nilai tambah dari pelaksanaan program anak cerdas istimewa dibandingkan siswa reguler. Pengayaan diharapkan tidak dalam bentuk pemadatan (compaq) saja namun juga dalam aktivitasnya.

I.PENUTUP
Demikian laporan ini disusun sebagai laporan pelaksanaan workshop dan diharapkan mampu menjadi sumber informasi, rekomendasi dan bahan pengambilan keputusan bagi berbagai pihak dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan sehingga penulis merasa perlu mendapatkan masukan dan saran dari berbagai pihak demi kebaikan dan perbaikan dimasa mendatang.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Bandung, 7 April 2009
Imamwibawamukti@yahoo.com Selengkapnya...

INTERAKSI GURU DAN SISWA CI (SMP N 2)

Dr Endang Widyorini


Interaksi Guru dan Murid Merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar
1. tidak sedikit dari anak berbakat ini mempunyai kesulitan dalam penyesuaian diri dengan guru
2. Dari pihak guru pun tidak jarang yang mendapatkan masalah dalam menghadapi siswa berbakat, terutama siswa yang berbakat tinggi (highly gifted student).

Permasalahan siswa berbakat
1. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi, menyebabkan ia tidak dapat bersifat sabar, kurang menyukai hal-hal yang bersifat rutin, tidak suka otoritas dan minat yang luas, dan juga kreativitas yang tinggi menyebabkan ia terlihat berbeda dibandingkan siswa lain (Kubilius, 1988; Janos dan Robinson, 1985).
2. Sikap independen yang tinggi menyebabkan ia menjadi nonkonformis dan tidak suka diatur (Mönks, 1996)

Bagaimanakah gambaran ideal seorang murid di mata guru, dan bagaimanakah gambaran ideal seorang guru bagi siswa berbakat ? Karena :
1. pendekatan guru dalam mengajar dipengaruhi oleh cara pandang guru terhadap siswa berbakat
2. Demikian juga pendekatan murid dipengaruhi juga oleh cara pandang murid pada guru

Yang diharapkan siswa berbakat guru
1. Baik hati, tidak galak (86%)
2. Suka humor (82%)
3. Pandai (80%)
4. Menarik/tidak membosankan (78%)
5. Mau memahami /mendengarkan pendapat siswa (71%)
6. Tidak sok tahu/Tidak suka mengatur (65%)
7. Penampilan baik/ramah
8. Tidak pilih kasih atau suka membanding-bandingkan(39%)

Yang diharapkan guru
1. Rajin belajar (98%)
2. Dikelas memperhatikan guru (90%)
3. Patuh (87%)
4. Tidak mengganggu kelas (54%)
5. Tidak usil dengan teman (43%)
6. Tidak suka melawan guru (41%)
7. Bisa menghormati guru (31%)

Mengapa demikian?
1. Pertama kemungkinan karena kekurang-tahuan guru pada karakteristik siswa-siswa berbakat
2. Kedua adalah faktor lingkungan atau budaya

Bila guru kurang paham mengenai karakteristik anak berbakat, maka :
• Akibatnya guru jadi lelah dan siswa berbakat menjadi bosan dan kurang suka di kelas,nak semakin tidak kooperatif di kelas, ia usil dan ganggu teman, tidak termotivasi belajar Webb (1997) .

Faktor budaya
1. Kota Semarang adalah sebuah kota yang bersuasana budaya Jawa. Dalam budaya Jawa utamakan kepatuhan, spontanitas, dan mengungkapkan diri/pendapat dianggap tidak etis (Koentjaraningrat, 1999)
2. Tuntutan/harapan masyarakat Jawa Tengah pada seorang anak adalah patuh, bisa mengendalikan diri, punya rasa sungkan, hormat pada guru, tidak boleh mementingkan diri sendiri (Mulder, 1996;Greetz, 1983)

Peran Guru
1. Guru bisa meningkatkan (atau menurunkan) motivasi, harga diri, dan kreativitas
2. Guru sebagai fasilitator daripada sebagai instruktur semata-mata
3. Sebagai fasilitator membantu, memudahkan anak dalam proses pengembangkan dan perwujudan dirinya.

Bagaimana guru yang tepat?
1. Mempunyai kompetensi dan minat untuk belajar
2. Kemahiran dalam mengajar
3. Adil dan tidak memihak, Sikap kooperatif
4. Fleksibilitas dalam berpikir dan bertindak
5. Punya rasa humor
6. Menggunakan penghargaan dan pujian
7. Minat yang luas
8. Memberi perhatian terhadap terhadap masalah anak

Perlu dikembangkan karakteristik profesional pada guru, seperti:
1. Kemampuan untuk menggunakan ketrampilan dinamika kelompok
2. Mengetahui tentang sifat atau karakteristik sifat dan kebutuhan siswa berbakat.
3. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan bahan untuk siswa berbakat.
4. Mampu membimbing dan memberi konseling siswa berbakat dan orangtuanya

Perlu dikembangkan karakteristik profesional pada guru, seperti :
1. Kemampuan untuk menggunakan ketrampilan dinamika kelompok
2. Mengetahui tentang sifat atau karakteristik sifat dan kebutuhan siswa berbakat.
3. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan bahan untuk siswa berbakat.
4. Mampu membimbing dan memberi konseling siswa berbakat dan orangtuanya.

Materi di sampaikan di Workshop Keberbakatan di Solo tanggal 1-4 April 2008 Selengkapnya...

Kamis, 02 April 2009

BENTUK-BENTUK LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK CERDAS ISTIMEWA

Siapa bilang akselerasi hanya satu-satunya bentuk layanan terhadap anak cerdas istimewa ? masih ada bentuk lainnya yang bisa dijadikan layanan bagi anak cerdas istimewa. Dan tentunya semua memiliki kelebihan dan kelemahannya
Beberapa bentuk akselerasi (Davis & Rimm, 1998):
1. Early entrance
Siswa masuk sekolah pada usia yang lebih muda dari persyaratan yang ditentukan pada umumnya.
2. Grade skipping
Siswa dipromosikan ke kelas yang lebih tinggi daripada penempatan kelas yang normal pada akhir tahun pelajaran
3. Subject acceleration
Siswa ditempatkan dalam kelas yang lebih tinggi khusus untuk satu atau beberapa mata pelajaran tertentu yang menjadi keunggulannya.
4. Curriculum compacting
Siswa melaju pesat melalui kurikulum yang dirancang dengan mengurangi sejumlah aktivitas seperti drill, review, dan sebagainya.
5. Telescoping
Siswa menggunakan waktu yang kurang daripada waktu yang biasanya digunakan untuk menyelesaikan studi
6. Mentorship
Siswa diperkenalkan pada seorang mentor yang telah memiliki pelatihan tingkat mahir dan berpengalaman pada satu bidang tertentu.
7. Advanced placement
Siswa mengambil suatu kursus di sekolah menengah untuk menyiapkannya mengambil ujian, untuk dapat diberi kredit
8. Credit by examination
Siswa memperoleh kredit atas keberhasilannya menyelesaikan satu tes
9. Correspondence courses
Siswa mengambil kursus tingkat SMU atau universitas, secara tertulis melalui pos atau melalui video.
Semoga ini membuka wawasan bagi orang tua dan sekolah yang ingin memberikan layanan inklusi dengan melayani anak dengan kategori cerdas istimewa. Selengkapnya...

Cara “Menciptakan” Anak Cerdas

Berbicara tentang kecerdasan anak, ada baiknya jika Anda membaca Buku Manajemen Kecerdasan (Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk Kesuksesan Hidup) karya dr. Taufiq Pasiak, peneliti neurosains dari dalam negeri.
Menurut dr. Taufiq Pasiak, anak cerdas adalah anak yang otak rasional, otak emosional, dan fungsi-fungsi motoriknya berjalan secara baik. Jika hanya salah satu yang berkembang, itu akan menghilangkan salah satu bekalnya dalam mengarungi kehidupan dewasa yang lebih keras. Jauh lebih mudah meningkatkan kemampuan otak rasional dan fungsi motorik daripada otak emosional seorang anak.
Otak rasional berpusat di kulit otak (mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan berpikir rasional, seperti berhitung, memecahkan masalah, dan lain-lain). Otak emosional berpusat di sistem limbik (mengurusi soal perasaan: bagaimana kita menguasai diri, mengendalikan, dan bertindak sesuai dengan kadarnya).
Tips / Cara untuk menciptakan / mencetak anak cerdas, jenius, dan kreatif, setidaknya ada 5 hal yang harus diperhatikan betul:
1. Makanan
Ini amunisi otak yang sangat penting. Anak-anak yang kekurangan gizi umumnya memiliki otak yang kurang berkembang. Konsumsi ikan yang cukup, ASI, vitamin, dan mineral merupakan amunisi yang tepat bagi otak. Apa pun kursus yang Anda berikan untuk anak anda tanpa memberinya makanan yang tepat, samalah artinya dengan mengisi ruangan tanpa menguatkan dinding-dindingnya. Gizi adalah bahan baku proses-proses seluler, terutama untuk pembangunan struktur otak.
2. Lingkungan
Makin bervariasi lingkungan hdup anak Anda, makin baik perkembangan otaknya. Warna, bentuk, orang-orang yang berbeda, suasana yang bervariasi, dan lain-lain lebih mudah menstimulasi otak dibandingkan yang homogen. Jika Anda menciptakan lingkungan yang kaya dengan permainan, otak anak Anda berkembang dengan sangat pesat. Karena itu, sebisa mungkin, tempat tidur, tempat belajar (terutama di sekolah-sekolah), dan ruangan keluarga dapat diubah setiap jangka waktu tertentu. Anda perlu juga mengajaknya ke tempat-tempat yang penuh dengan hal-hal baru, seperti di pantai, gunung, dan lain-lain. Semakin bervariasi lingkungan, semakin cepat koneksi sel saraf terjadi.
3. Pengalaman emosional
Sistem limbik lebih dulu matang dibandingkan dengan kulit otak. Akibatnya, anak-anak menjadi sangat peka terhadap rangsangan dan pengalaman emosional. Semua pengalaman emosional yang diberikan pada rentang usia 0-7 tahun ini akan sangat berpengaruh dalam membentuk jalinan antar sel saraf. Pada usia ini, kontrol diri, kesabaran, kerja sama, empati, dan lain-lain lebih mudah dilatih dan tertanam kuat dalam otak dibanding berhitung, membaca, atau kegiatan-kegiatan kalkulatif lainnya. Jangan lupa, kematangan emosional ini lebih menentukan kesuksesan anak Anda di masa depan ketimbang kemampuan berhitung dan main komputer.
4. Stimulasi rasional
Hal-hal yang baru (novelty), menantang (challenge), padu (coherent), dan penuh makna (meaningful) lebih cepat memengaruhi otak ketimbang hal-hal yang lazim dan biasa. Jika setiap hari Anda memperkenalkan kata-kata baru kepada anak Anda, teknik-teknik baru dalam berhitung, tugas-tugas yang menantang dan penuh makna (misalnya, membuat percobaan fisika yang berkenaan dengan hal-hal sehari-hari), otaknya akan lebih cepat berkembang. Hal-hal yang menantang, seperti menemukan bentuk tertentu dalam banyak bentuk, dapat memperbanyak hubungan sel saraf. Origami (seni melipat kertas) adalah salah satu cara memperbanyak hubungan sel saraf. Attention of details juga merangsang otak. Berikan sebuah batu kerikil atau dedaunan kepada anak-anak. Mintalah mereka mencermati alur, warna, bentuk, dan ciri-ciri lain yang tidak tampak jika hanya dilihat sepintas. Perhatian pada hal-hal kecil, terutama bentuk dan warna, membuat sinaps saraf bertambah banyak.
5. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik memengaruhi otak dengan tiga cara: 1) meningkatkan sirkulasi darah ke otak. Artinya, oksigen, gula, dan zat gizi juga bertambah. 2) Memengaruhi produksi hormon NGF (Nerve Growth Factor); dan 3) merangsang produksi dopamin. Zat ini berfungsi penting dalam menata perasaan (mood) anak Anda. Semakin sering dan terampil ia melakukan kegiatan fisik, semakin baik perkembangan otaknya.
Lima hal di atas tidak berdiri sendiri. Semuanya saling melengkapi dan saling memengaruhi. Anda tidak boleh mengedepankan dan memprioritaskan satu di antara yang lain. Jika Anda harus memilih yang utama, disarankan untuk melatih emosi anak Anda lebih dulu. Kematangan emosi memerlukan waktu tertentu untuk berkembang. Sedangkan kecerdasan rasional dapat Anda tingkatkan kapan saja Anda mau.
Source:
Manajemen Kecerdasan (Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk Kesuksesan Hidup) - Taufiq Pasiak (Penulis best-seller Revolusi IQ/EQ/SQ). Anda bisa dapatkan bukunya di toko buku terdekat Selengkapnya...