Kamis, 02 Desember 2010

Latih Disiplin Anak Tanpa Memukul

Disiplin anak

Setiap keluarga mempunyai cara sendiri-sendiri untuk menanamkan disiplin pada anak. Walau berbeda, sebenarnya tujuannya sama, yaitu menangani anak bandel atau yang bertingkah nakal.

Ketika Anda melihat si kecil berbuat kenakalan, entah itu di rumah, saat jalan-jalan di mal, atau ketika berkunjung rumah tetangga, mungkin secara refleks Anda akan berteriak, “Berhenti!”  Atau, bisa jadi Anda akan memukul si kecil agar tidak melanjutkan perbuatannya.
Tahukah Anda, menurut pakar psikologi anak, menangani anak nakal dengan cara berteriak atau memukul dapat menimbulkan efek negatif pada emosi si kecil. Agar disiplin bisa dilatih sejak dini, kenali cara lain yang lebih efektif untuk buah hati Anda, seperti dikutip dari laman Modern Mom.

Beda usia, beda cara
Pertimbangkan usia anak Anda. Cara menanamkan disiplin pada anak tidak sama di tiap usia. Beda usia, beda cara. Misalnya, untuk anak berusia 15 bulan, Anda bisa menggunakan cara pengalihan perhatian untuk membuatnya disiplin. Berbeda dari anak usia yang lebih muda atau lebih tua dari itu, Anda mengabaikan mereka jika merengek-rengek atau bertindak tidak tepat, untuk mendapatkan perhatian Anda.

Beri contoh
Contohkan perilaku yang baik agar si kecil menirunya. Menurut penelitian, teknik itu selalu direspon baik oleh anak-anak. Sebab, memberi si kecil contoh dari apa yang harus dilakukan, bukan apa yang tidak boleh dilakukan.
Anak-anak lebih mudah meniru perilaku orang dewasa. Mereka lebih mudah menerima pendekatan itu dari pada diberi tahu apa yang tidak boleh mereka lakukan.

Berpegang pada aturan
Tetaplah berpegang pada aturan yang Anda tetapkan untuk buah hati. Setelah memberitahu harapan Anda pada si kecil, hal ini akan memperkuat perilaku yang ingin Anda lihat dari si kecil.

Beri penghargaan
Anda harus ingat untuk selalu menghargai anak Anda setiap kali dia menunjukkan perilaku baik. Lontarkan pujian kepada si kecil tidak hanya lewat kata-kata, tapi juga menawarkan hadiah favoritnya. Si kecil tentu akan merasa Anda benar-benar bangga pada dirinya sendiri.

Ungkapkan ketidaksetujuan Anda
Selalu ungkapkan pendapat Anda jika Anda merasa tingkahnya tidak tepat. Jelaskan kepadanya tentang perilaku yang tidak baik itu. Mengekspresikan pendapat Anda merupakan pendidikan keluarga yang bagus. Ini akan efektif mengubah perilaku si kecil.

Konsekuensi
Jika anak tidak disiplin atau melakukan kesalahan untuk pertama kalinya, segera ungkapkan kalau ia bersalah. Hal itu untuk menghindari ia melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Katakan juga padanya setiap kesalahan memiliki konsekuensi, salah satunya adalah hukuman. Hukuman bisa berupa tidak mengizinkannya menonton televisi beberapa hari atau memotong uang jajannya sementara waktu.

Jangan berikan hukuman fisik seperti memukul, hal itu hanya akan menimbulkan trauma dan bisa meregangkan hubungan Anda dengannya. Memberikan hukuman atau konsekuensi atas kesalahan anak juga melatih perkembangan psikologisnya. Mereka jadi lebih peka dan berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu kesalahan. (pet)

Selengkapnya...

Kamis, 04 November 2010

BELAJAR DARI FILM PERANG BUBAT

Pemda jabar bermaksud untuk membuat sebuah Film dengan mengangkat tema “Perang Bubat”. Sebuah perjalanan sejarah yang kebenarannya masih harus melalui penelitian lebih lanjut dan pembuktian yang memenuhi unsure-unsur keilmuan, karena sampai sekarang masih banyak ragam sudut pandang. Perbedaan ini bisa dilihat dari beberapa sumber tertulis Kidung Sundayana yang menceritakan rasa simpatinya terhdap Kerajaan Sunda yang mendapat perlakukan tidak terpuji dari Patih Gajah Mada yang terkesan menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan, namun dalam Pararaton, justru peran Gajah Mada terkesan samar dalam peristiwa tersebut. (Pikiran Rakyat, 4 Januari 2010).
Pendapat pro kontra pun merebak. Yang setuju dengan proyek pembuatan film ini beralasan bahwa peristiwa sejarah ini layak dan penting untuk diketahui oleh masyarakat banyak, minimal sebagai bahan kajian sejarah dengan mengakomodasi berbagai sudut pandang. Dan yang tidak setuju menganggap film ini akan berpotensi melahirkan konflik dan mempertajam rasa “permusuhan” yang telah terpendam selama ini antara orang Jawa Barat dan Jawa Timur. Alasan lainnya adalah karena masih banyak versi cerita tentang peristiwa tersebut dan kurangnya bukti yang bisa dijadikan landasan ilmiah bagi pembenaran dari salah satu versi yang ada.
Sebagai masyarakat awam yang tidak memiliki keilmuan yang mendalam tentang sejarah Perang Bubat dan jarak yang sangat panjang dengan peristiwa tersebut, namun tertarik untuk sedikit terlibat dalam mendiskusikan wacana ini sebagai proses pembelajaran bagi warga Negara diseluruh negara dengan tujuan untuk memberikan wawasan tambahan dan pandangan alternatif dari peristiwa yang dianggap membawa efek spikologis negative terhadap hubungan antara warga Jawa Barat dengan Jawa Timur, padahal peristiwa tersebut telah terpisahkan lebih dari tiga abad yang lalu.
Namun, haruskah kita tetap terjebak pada peristiwa masa lalu dan mengungkung kita sehingga menghambat kemajuan kita sebagai sebuah bangsa besar. Saatnya kita memandang sejarah tidak semata sebagai satuan peristiwa berdasarkan urutan waktu dan ketokohan, namun lebih memandangnya sebagai cermin bagi kita dalam menatap masa depan. Waktunya kita bisa mengambil pelajaran dan pengetahuan dari setiap sejarah, seperti yang pernah diucapkan presiden pertama kita,”Jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
MENGAPA HARUS FILM
Munculnya wacana untuk membuat film yang bertemakan sejarah yaitu peristiwa “perang Bubat” layak kita sambut dengan arif dan bijak sebagai sebuah tawaran tontonan yang menghibur sekaligus mendidik anak bangsa untuk lebih mengenal sejarah bangsanya yang besar. Apalagi animo masyarakat Indonesia terhadap perfilman nasional sedang dalam taraf meningkat dan mereka rindu film-film yang mewakili bangsanya, jati diri sebuah bangsa yang besar dan pernah dibuktikan dengan perjalanan panjang nenek moyangnya dalam membangun peradaban besar dan adiluhung.
Kekhawatiran yang menyatakan bahwa film ini berpotensi memunculkan konflik, tidak berdasar sama sekali karena masyarakat Indonesia saat ini sudah sangat berubah dengan masyarakat yang dulu. Berbagai sumber alternatif informasi dan pengetahuan beredar luas dimasyarakat, begitu juga dengan akses mereka untuk memperoleh informasi tersebut sangat mudah dan murah. hal ini telah membuat masyarakat Indonesia lebih terbuka dengan berbagai kemungkinan serta lebih bijak dalam memandang permasalahan, khususnya yang berkaitan dengan sejarah bangsa ini.
Kita bisa lihat bagaimana respon masyarakat ketika film G30s/PKI ditayangkan dan ketika sejarah kemudian berubah, apakah ada konflik atau kekerasan? Hampir tidak ada! Begitu juga ketika kita dijejali dengan film Janur Kuning yang menonjolkan ketokohan seseorang, namun setelah sejarah lebih terbuka, masyarakat kita bijak menjadikan berbagai wacana sebagai perbandingan dan kemudian dengan arif masyarakat membuat kesipulannya sendiri di warung-warung kopi atau di warung tegal dengan santai.
Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir dengan konflik yang muncul dengan beredarnya film ini. bahkan film ini bisa menjadi sumber wacana baru dan memunculkan berbagai tanggapan dari masyarakat sehingga informasi yang didapat jauh lebih beragam dan berbobot. Setiap orang yang memiliki keilmuannya bisa menjadikan film ini sebagai pijakan awal dalam membuka wacana secara lebih mudah. Melalui film, uraian dan teori sejarah menjadi lebih mudah dipahami melalui audio visual ketimbang dengan modul dan buku tebal. Setiap bagian cerita dalam film dapat diperbandingkan dengan versi lain. Sama halnya dengan film Sangkuriang yang dibuat film dalam berbagai versi, masyarakat kita tetap bisa menerimanya dengan terbuka.
Begitu juga dengan usulan harus melakukan penelitian yang komprehensif dan mendalam sebelum membuat film agar bisa mengakomodasi berbagai sumber. Pertanyaan harus berapa lama? Jangan-jangan hasilnya malah ketidakjelasan dan kekaburan yang lebih parah dan film kemudian batal diproduksi. Lantas kita kehilangan momentum untuk belajar dari sejarah yang penting untuk kita gali, renungkan, diskusikan dan dipahami dengan bijak. Dan “rasa dendam” itu dibiarkan menyala tanpa makna. Alangkah lebih baiknya bila pembuatan film ini segera dimulai dengan literature dan sumber yang ada kemudian disesuaikan dengan alur cerita sebuah film dan digulirkan kepada masyarakat dan menampung berbagai sumber lain sebagai perbandingan. Jadi film ini akan dijadikan awal bagi sebuah pendidikan yang panjang bagi semua pihak dalam menilai sejarah. Film ini tidak boleh dianggap sebagai sebuah kebenaran, namun harus menjadi pelopor bagi sebuah diskusi bagi proses pencarian kebenaran lainnya dari bangsa ini.
Tantangan berikutnya bagi pemerintah daerah adalah mensosialisasikan rencana ini dan pelajaran yang bisa diraih masyarakat bila film ini jadi dibuat. Dengan sosialisasi tersebut maka masyarakat tidak akan lagi merasa rugi dengan materi dan uang yang dikeluarkan untuk pembuatan film itu. Kita perlu mendidik dan melatih masyarakat untuk tidak mengukur segala hal dari sudut pandang jumlah rupiah. Toh kita tidak marah ketika APBN kita pergunakan 20%-nya untuk bidang pendidikan karena kita menyadari bahwa uang tidak selalu berurusan dengan perut tapi juga otak dan jatidiri bangsa.
Tentunya pemerintah juga perlu memikirkan alternatif lainnya untuk tidak terlalu membebankannya terhadap anggaran pemerintah , namun juga memberikan kesempatan kepada semua pihak yang merasa tergugah untuk terlibat dalam sebuah misi besar ini. pemerintah harus mau melibatkan pihak swasta untuk bersama memikul tanggung jawab ini sehingga pembiayaan dan rasa tanggung jawab ini bisa juga dirasakan oleh semua pihak.
Namun demikian, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian pemerintah, beberapa diantaranya adalah tidak terlalu membebani film ini dengan berjuta pesan dan titipan dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan terselubung seperti menjadi iklan tokoh tertentu, program tertentu atau perusahaan tertentu. Sudah banyak program televise yang popular kemudian ditinggalkan pemirsanya karena terlalu banyak hal yang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat namun lebih mewakili kepentingan pemerintah. Membosankan!
Hal lainnya adalah adegan demi adegan yang akan muncul di film. Dengan landasan sebagai media hiburan dan pendidikan tentunya pemerintah harus jeli melihat kemungkinan munculnya adegan yang terkesan di luar batas kewajaran mengingat cerita yang diangkat akan bernuansa laga dan legenda. Hal ini tidak berarti bahwa film akan berubah menjadi membosankan karena secara tekhnik dan trik, pekerja film yang cerdas tentunya akan menampilkan sesuatu yang bernilai tanpa harus mengeksplorasi kekerasan secara telanjang.
Semoga uraian diatas bisa mewakili kelompok masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam pandangan masyarakat Indonesia terhadap sejarah dan maknanya bagi kehidupan berbangsa. Semoga!

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Guru SMP Taruna Bakti Bandung
Selengkapnya...

Kamis, 05 Agustus 2010

PENETAPAN KELAS AKSELERASI SMP TARUNA BAKTI BANDUNG

Acara Penetapan kelas akselerasi SMP Taruna Bakti dilaksanakan pada :
Hari/Tgl :Kamis / 5 Agustus 2010
Tempat :Aula ASM Taruna Bakti
Waktu :14.00 - 16.00 WIB
Jumlah :20 Siswa Selengkapnya...

Minggu, 04 Juli 2010

MENGATUR ALOKASI WAKTU DAN MATERI DALAM PEMBELAJARAN KELAS AKSELERASI

Ketika membicarakan pembelajaran di kelas akselerasi, masih ada hal yang terus menjadi perdebatan dikalangan guru akselerasi. Diprogram akselerasi, kita mengenal kurikulum berdiferensiasi, yaitu kurikulum nasional yang dirubah, ditambah, dimodifikasi agar mampu merangsang anak untuk bisa mengoptimalkan kemampuannya secara penuh.
Dalam kurikulum akselerasi, kita mengenal istilah materi esensi dan non esensi. Esensi dan non esensi tidak berhubungan dengan pengelompokkan atau peng-kasta-an ilmu pengetahuan atau penting atau tidak pentingnya suatu materi. Esensi dan non esensi hanya mengatur antara materi yang harus didalami oleh siswa dengan pendampingan guru secara intens, sementara materi non esensi adalah materi yang diperkirakan bisa dipelajari secara mandiri.
Hal lainnya adalah pengayaan (enrichment) dan Pendalaman (escalation). Pengayaan berhubungan dengan kemampuan guru dalam memperluas wawasan diri dan siswanya dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Dan pendalaman adalah pembahasan secara rinci dan fokus dalam memahami suatu materi. Dan yang lebih penting adalah, kurikulum berdiferensiasi harus lebih menekankan pada kemampuan siswa untuk mandiri mencari pemahaman atas materi yang disampaikan. Oleh karena itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa menjadi ruh bagi proses pembelajaran di kelas akselerasi. KONSTRUKTIFISME menjadi salah satu strategi yang harus dikembangkan oleh guru dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas.
Namun metode kostruktifisme atau strategi lain yang lebih memberikan keleluasaan siswa sebagai subjek pembalajaran memiliki “kelemahan”, yaitu lebih membutuhkan waktu lebih panjang ketimbang metode ceramah atau demonstrasi yang didominasi oleh guru. Kembali, masalah waktu sering dijadikan kabing hitam dalam kegagalan guru dalam menjalankan kurikulum berdiferensiasi atau proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Oleh karena itu tidak semua guru bisa menjalankan kurikulum berdiferensiasi. Mereka berdalih, “Jangankan melakukan enrichment dan eskalasi, sementara menyampaikan semua materi pembelajaran saja sudah bingung”. Hal tersebut mengingat waktu yang ditempuh anak di kelas akselerasi lebih cepat dibandingkan dengan kelas reguler. Bahkan ada guru yang menyatakan, kalau mau pendalaman ustru harus dikelas reguler karena waktunya lebih leluasa. Masalahnya, direguler pun hal tersebut tidak dilakukan, jadi kendala implementasi kurikulum berdiferensiasi tidak bertumpu pada masalah alokasi waktu, namun lenbih pada kemauan dan kemampuan guru dalam merancang, merencanakan dan melaksanakan kurikulum tersebut.
WAKTU! Menjadi kendala bagi guru untuk menyampaikan materi yang sesuai dengan kurikulum berdiferensiasi. Sebagai koordinator program akselerasi, saya sempat menjadi bingung untuk menjelaskan kepada rekan guru karena dalam kenyataannya, waktu memang sering memotong aktifitas pembelajaran yang berpusat pada siswa atau pada saat menyampaikan materi dengan pengayaan dan pendalaman.

BAGAIMANA MENGATASINYA?
Apapun alasannya dan apapun kendalanya, seorang guru harus menjalankan kewajibannya sebagai tenaga profesional dibidang pendidikan yang memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan siswa menjadi manusia yang siap lahir bathin untuk memerankan fungsinya didalam masyarakat. Dan salah satunya adalah melalaui pembelajaran yang me”manusia”kan mereka dalam setiap proses pembelajaran sehari-hari. Dan salah satu metode atau strateginya adalah dengan memberikan keleluasaan kepada mereka untuk mandiri belajar melalui pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan materi yang aplikatif dalam kehidupan mereka.
Untuk mengatasi masalah keterbatasan waktu, maka guru harus memiliki kiat dalam mengatasinya. Berikut beberapa hal yang harus dipahami guru agar waktu tidak lagi menjadi kendala.
Pertama, guru harus menguasai dan memahami silabus atau kurikulum yang akan disampaikan kepada siswa.
Hal ini wajib karena banyak guru tidak membaca dengan baik tentang materi yang seharusnya diajarkan. Silabus berisi tentang kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi yang harus diajarkan, indikator serta metode dan alokasi waktu. Dengan memahami silabus, maka guru memiliki jalur dan batasan serta pedoman ketika memberikan materi kepada siswa.
Biasanya, kurikulum dan metode yang dipakai oleh guru adalah kurikulum atau metode yang pertama kali mereka kerjakan ketika tahun pertama mengajar. Berapa kalipun kurikulum diganti, tapi bagi beberapa guru, kurikulum yang dikenal dan dijalankan adalah kurikulum pertama kali yang mereka jalankan ketika bekerja sebagai guru. Oleh karena itu jangan heran, sangat sulit untuk bisa menjalankan kurikulum bentuk apapun selama paradigma, pikiran atau sikap guru tidak dirubah.
Maka, kunci utama untuk bisa menjalankan kurikulum dan metode yang cocok untuk siswa akselerasi adalah dengan merubah paradigma guru, paradigma kita sendiri! Jangan pernah puas dengan hasil yang sudah diperoleh, namun harus terus berpacu dan terpacu meningkatkan kemampuan diri setiap saat.
Kedua, guru jangan terjebak pada buku pegangan dan jangan berkeinginan untuk bisa menyampaikannya lembar demi lembar.
Mungkin sudah saatnya guru tidak lagi memiliki buku pegangan! Sudah saatnya guru memiliki sendiri rangkuman atau rundown dari materi yang harus disampaikan kepada siswa dengan tetap berpedoman pada kurikulum yang berlaku.
Guru selama ini mengatakan materi terlalu banyak atau materi terlalu sulit karena bukan lagi berpedoman pada kurikulum dengan indikator yang ditetapkan sebelumnya, namun lebih berpatokan kepada buku pegangan yang dipergunakan. Padahal, bisa jadi seribu cerita dan alasan sebuah buku pegangan bisa sampai ke tangan guru.
Bila diamati lebih mendalam, ternyata tidak semua materi yang ada di buku itu perlu atau layak disampaikan kepada anak. Banyak materi yang ada di buku ternyata sama sekali tidak berhubungan dengan silabus yang menjadi “pajangan” dihalaman depan maupun dihalangan belakang buku.
Ketiga, guru tidak terjebak pada rentetan atau urutan materi yang ada pada kurikulum. Untuk kelas akselerasi kita meramu materi sedemikian rupa sehingga tidak terpaku pada urutan materi dengan kaku. Pada beberapa pelajaran bisa kita temukan beberapa materi yang bisa dibahas dalam satu kesempatan. Hal ini akan menuntut guru bisa merencanakan dan melaksanakan metode pembalajaran yang bisa merangsang anak untuk ber-eksplorasi dengan materi yang diberikan sehingga tidak mustahil siswa akan meloncat untuk bertanya atau meminta guru membahas materi secara acak dan locat.
Momentum yang diciptakan oleh guru dan kemudian direspon oleh siswa dengan minat yang tinggi akan mampu membantu guru untuk memberikan materi secara cepat dan tetap fokus sehingga materi justru mengalami percepatan waktu penyampaian.
Keempat, guru harus membangkitkan motivasi internal siswa untuk mau mempelajari dan memahami materi yang diajarkan secara mandiri.
Untuk point keempat ini, lebih memfokuskan pada peran guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai pemegang hak atas kendali proses pembelajaran. Sebagai fasilitator maka guru menjalankan sebuah filsofi pendidikan “tut wuri handayani” dan sebagai motivator guru menjalankan “ing madya mangun karsa”.
Dan ketika membicarakan kedua peran tersebut maka titik perhatian kita adalah pada kemampuan guru dalam merancang sebuah metode yang mampu membangkitkan kesadaran siswa akan pentingnya mempelajari sebuah materi dan kreatifitas guru dalam melakukan variasi pembelajaran.
Ketika seorang guru mengajak siswanya untuk berdiskusi dan ketika diskusi telah mampu menarik minat siswa untuk terlibat, maka ada kedua keuntungan yang bisa diperoleh oleh guru. Pertama adalah materi yang disampaikan akan lebih meluas dan “memaksa” guru untuk membahasnya secara intensif dan berarti memangkas waktu lebih pendek, kedua adalah disadari atau tidak bisa membangkitkan siswa untuk tahu lebih banyak dan mau belajar secara mandiri.
Dengan metode yang tepat, siswa sebenarnya bisa diajak untuk mau belajar secara mandiri dan ketika motivasi itu terbangun maka guru akan lebih mudah untuk menyampaikan materi. Siswa akan lebih siap untuk menerima pelajaran ketika mereka telah mempelajarinya. Mungkin mereka akan tidak mengerti tentang suatu materi yang belum diajarkan, namun dengan kesiapan mereka untuk mempelajari lebih awal, maka mereka akan jauh lebih mudah untuk menerima materi berikutnya.

Demikian sedikit uraian saya tentang mengatur alokasi waktu dan materi belajar di kelas akselerasi. belum tentu penulis juga telah berhasil melaksanakannya. Pencerahan ini baru penulis dapatkan pada acara WORKSHOP GURU MIPA UNTUK SISWA CERDAS ISTIMEWA, yang diselenggarakan di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia Depok Oleh Asosiasi CI-BI Banten pada tanggal 26 Juni 2010.
Apa yang diuraikan diatas pun tidaklah mudah untuk segera dirasakan dampak dan manfaatnya. Butuh waktu dan kesabaran dari guru dalam menjalankannya.
Namun doa kita, semoga semuanya menjadi lebih mudah.

Oleh Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Koordinator Program Akselerasi SMP Taruna Bakti Bandung
Selengkapnya...

Selasa, 15 Juni 2010

Perlukah Program Child Day-Care Bagi Anak Anda?

Kategori Pendidikan
Oleh : Jacinta F. Rini
Jakarta, 16 Juli 2002
________________________________________

Program Child Day-Care sudah mulai banyak dikenal di Indonesia, terutama Jakarta dan sekitarnya. Di Jakarta sendiri sudah beberapa tempat day-care center didirikan sejak beberapa tahun yang lalu, namun sifatnya lebih sebagai penitipan anak meskipun TPA (tempat penitipan anak) tersebut juga dilengkapi dengan berbagai permainan yang menarik dan ruangan yang didesain menarik untuk anak-anak.
Day-care center sebenarnya bukan semata-mata tempat penitipan anak, namun seharusnya lebih menyediakan sarana atau fasilitas serta program-program yang disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak bereksplorasi dengan aman. Sayangnya, di Indonesia tidak banyak day-care center yang berkualitas dan punya fasilitas memadai sehingga bisa memberikan kesempatan yang terbaik bagi anak; atau pun jika ada, biayanya sangat mahal sehingga hanya kalangan terbatas saja yang mampu membayarnya. Menurut Kagan, seorang ahli psikologi perkembangan, umumnya anak usia 4 bulan sampai dengan 29 bulan sudah bisa dimasukkan dalam day-care center. Sebab mulai dari usia kira-kira 2,5 tahun atau 3 tahun umumnya anak-anak tersebut sudah meningkat pada program preschool.
Yang jadi pertanyaan utama, apakah memang sudah diperlukan untuk menitipkan anak atau pun istilah nya memasukkan anak dalam program child day-care? Apakah memang ada manfaat lebih dari program tersebut bagi anak Anda?
Di Amerika, trend memasukkan anak dalam program tersebut sebenarnya lebih banyak dilakukan oleh para wanita yang bekerja sehingga mereka harus menitipkan anaknya. Di Indonesia sendiri, kecenderungan untuk memasukkan anak dalam program child day-care tampaknya sudah mengalami perubahan karena anak-anak yang mengikuti program bukanlah disebabkan karena ibunya harus bekerja sepanjang hari. Sekarang ini, memasukkan anak dalam program child day-care lebih banyak dipengaruhi oleh alasan trend atau mode sehingga seringkali lupa untuk melihat pada kebutuhan sebenarnya dari sang anak. Tidak jarang anak-anak tersebut dimasukkan oleh orang tuanya karena mereka tidak mau repot-repot untuk mendidik atau mengajari beberapa ketrampilan pada anak-anak mereka atau karena para orang tua berpikir, semakin cepat dimasukkan ke day-care program, anak mereka akan semakin cepat pintar. Apakah persepsi demikian memang terbukti kebenarannya? Untuk melihat kebenarannya, mari kita perhatikan faktor-faktor yang harus Anda pertimbangkan sekaligus pendapat beberapa ahli sebelum memasukkan anak Anda dalam program day-care.

Kebutuhan dasar anak
Di luar negeri sendiri pada umumnya orang tua memasukkan anak mereka dalam program child day-care dari usia 4 bulan ke atas, karena tuntutan bahwa ibunya harus mulai bekerja setelah melahirkan. Namun di Indonesia kebanyakan anak-anak yang mengikuti progam tersebut sudah pada usia yang cukup besar, sekitar 1 tahun ke atas.

Menurut salah seorang ahli psikologi perkembangan yaitu Erik Erikson, kebutuhan dasar anak pada masa bayi (baru lahir) sampai dengan kurang lebih 1 tahun adalah kebutuhan yang bersifat biologis dan psikologis. Kebutuhan biologis, seperti makan, minum, pakaian, dan segala urusan pencernaan. Kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan rasa aman, merasa diri dicintai dan diperhatikan, dan kebutuhan untuk dilindungi. Untuk itu lanjut Erikson, diperlukan figur orang tua dan pola pengasuhan yang konstan dan stabil sehingga sang anak bisa mempercayai dan meyakini bahwa orang tuanya selalu siap menanggapi kebutuhannya. Jika ternyata dalam prosesnya terjadi hambatan yang menyebabkan hubungan antara keduanya terganggu, misalnya karena orang tua meninggal, terlalu sibuk, sakit, atau situasi apa pun yang menyebabkan terpisahnya hubungan antara anak dengan orang tuanya, maka sang anak akan berpikir bahwa dirinya tidak lagi dicintai. Anak berpikir begitu karena pola pikir mereka yang masih egosentris.

Masalahnya, anak yang tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang konstan di tahun pertama kehidupannya, dalam diri anak tersebut akan tumbuh basic mistrust. Ia akan merasa kurang percaya diri (karena dia menghadapi kenyataan berdasarkan persepsinya bahwa dirinya ditolak atau pun diabaikan) dan kurang dicintai oleh orang tuanya. Anak tersebut juga akan tumbuh menjadi orang yang sulit mempercayai orang lain karena semasa kecilnya ia tidak menerima kehadiran orang tua yang konstan, stabil dan predictable. Ketidakmampuan untuk mempercayai baik diri sendiri maupun orang lain berpotensi menjadi masalah di kemudian hari jika persoalan ini tidak diselesaikan sejak dini. Sebagai contoh tanda-tanda anak yang tidak mengalami kedekatan yang stabil dengan orang tua sehingga dalam dirinya tidak tumbuh basic trust seperti :
1. Takut atau tidak mau ditinggal sendirian, harus selalu nempel orang tua
2. Lebih suka menyendiri dari pada bermain bersama teman-teman yang lain
3. Kurang percaya diri, minder
4. Tidak berani keluar rumah
5. Takut terhadap orang asing, jika didekati langsung menangis atau menarik diri
6. Bisa jadi tidak menunjukkan ekspresi apa-apa waktu ditinggal orang tua karena sudah biasa ditinggal, atau bahkan tidak ingin dipeluk atau didekati ibunya sendiri
7. Terlalu sering menangis / cengeng, mudah ketakutan, mudah cemas
8. Dalam perkembangan usia selanjutnya, berpotensi mengalami masalah dalam pelajaran / sekolah, entah karena kesulitan belajar, hambatan intelektual, atau pun hambatan interaksi sosial dengan teman-temannya
Jadi, sebelum Anda memasukkan anak Anda ke dalam program child day-care, haruslah diperhatikan apakah anak Anda memperlihatkan salah satu atau beberapa dari tanda-tanda di atas. Jika ternyata Anda menemukan adanya kecenderungan demikian, ada baiknya jika Anda mempertimbangkan kembali niat Anda untuk memasukkan anak Anda dalam program child day-care. Sebab, bukannya anak Anda menjadi pintar dan pandai bergaul, malah menjadi penakut dan punya segudang masalah. Selain itu, ada baiknya Anda memperhatikan pendapat para ahli terhadap program child day-care tersebut di bawah ini.

Pandangan para ahli terhadap child day-care
• Banyak kritikan yang dilontarkan terhadap program day-care center tersebut dengan dasar, bahwa setiap anak membutuhkan perhatian dan penanganan yang stabil, kontinyu, dan dapat diprediksikan. Menurut pandangan psikoanalisa, kebutuhan akan kasih sayang yang intensif dan stabil hanya diperoleh dalam hubungan antara anak dengan sang ibu/pengasuh utama; dan hal itu dialami dalam setahun pertama kehidupan anak tersebut. Salah seorang ahlinya yaitu Fraiberg (1977) mengemukakan, bahwa dalam day-care center tersebut, setiap anak harus mau tidak mau menerima perhatian yang tidak penuh karena sang pekerjanya harus membagi waktu dan perhatian pada anak-anak yang lain. Belum lagi kalau pada saat pertengahan program, si pekerjanya keluar dari pekerjaan dan digantikan dengan orang baru. Mungkin saja hal ini tidak diperhitungkan oleh orang tua; padahal, bagi anak hal ini menjadi faktor penting karena sejak usia dini sang anak belajar membangun kepercayaan terhadap seseorang sampai hubungan tersebut stabil. Namun jika justru yang dihadapi adalah situasi yang tidak pasti, selalu berubah dan unpredictable, maka akan sulit bagi si anak untuk belajar menumbuhkan rasa percaya dalam dirinya. Tidak heran jika di kemudian hari, ia menerapkan pola pertemanan yang hit and run, atau pun solitaire sebagai antisipasi jika dirinya sewaktu-waktu ditinggalkan dan dikecewakan. Salah satu fakta yang ironi mengungkapkan, bahwa orang tua yang sering terlalu sibuk bekerja enggan atau kurang tertarik untuk memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi anak-anak mereka; padahal, sebenarnya anak-anak tersebut sedang benar-benar membutuhkan kasih sayang orang tua. Jadi, jika karena alasan orang tua tidak sempat mendampingi dan memperhatikan anak sehingga dititipkan pada institusi seperti chid day-care center, tetap tidak menyelesaikan masalah, malah menambah kerumitan.
• Kagan, seorang psikolog perkembangan melakukan penelitian melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri dan menemukan, bahwa ternyata anak-anak yang dititipkan pada day-care center (meskipun sudah ditangani secara intensif oleh orang-orang yang berkompeten, dan dengan rasio perbandingan 1 pengasuh berbanding 3 atau 4 orang anak), memiliki kapasitas intelektual, emosional dan sosial yang tidak jauh berbeda dengan anak-anak yang diasuh dan dibesarkan semata-mata dalam lingkungan rumah/keluarga (tidak ikut program child-care). Malahan dari penelitian itu ditemukan, bahwa pada usia 29 bulan, anak yang dibesarkan hanya dalam lingkungan rumah, terlihat punya kemampuan adaptasi sosial yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang dibina dalam day-care center.
• Bagi orang tua, pemilihan day-care center juga harus menjadi bahan pertimbangan penting karena harus melihat kualitas dari pengasuhan dan failitas yang tersedia. Oleh karena itu, banyak ahli berpandangan memasukkan anak dalam day-care center akan banyak menghabiskan biaya, namun tidak seimbang dengan kualitasnya. Selain itu, sulit menemukan day-care center yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan setiap anak yang punya problem berbeda-beda pada masanya dan yang menuntut penanganan yang spesifik pula.
• Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan juga perlu menjadi bahan pertimbangan, karena di situ berkumpul banyak anak-anak yang mungkin saja mempunyai penyakit tertentu yang mudah menular pada anak lain, seperti flu, hepatitis, diare, distentri, dll. Kemungkinan besar, tidak semua pengasuh atau pun pekerja di day-care center tersebut dibekali dengan latihan dan pengetahuan yang memadai tentang kesehatan, kebersihan, penyakit dan penanganannya. Kondisi tersebut masih ditambah lagi dengan pola perilaku anak yang masih tidak karuan dan masih belum bisa diatur. Jadi, dalam child day-care, akan besar kemungkinannya bagi setiap anak untuk terkena atau tertular penyakit.
• Penelitian yang dilakukan oleh Laurence D. Steinberg dan Jay Belsky beberapa tahun yang lalu menemukan bahwa ternyata pengalaman atau pun bimbingan yang diberikan selama berlangsungnya day-care, tidak menghambat atau pun mendorong perkembangan intelektual anak. Namun, memang day-care terbukti dapat menolong anak-anak dari golongan ekonomi lemah atau pun lingkungan yang beresiko tinggi dari penurunan IQ akibat dari penanganan/pendidikan yang tidak memadai. Lebih lanjut penemuan mereka juga membawa fakta, bahwa anak-anak yang ikut serta dalam program day-care, akan memperlihatkan peningkatan interaksi, baik dalam bentuk positif maupun negatif dengan teman-teman mereka.
• Penelitian yang dilakukan oleh Belsky di tahun 1984 menemukan bahwa bayi yang menghabiskan rata-rata sebanyak 20 jam seminggunya dalam program pengasuhan non-maternal (seperti halnya day-care) selama tahun pertama kehidupannya, beresiko tinggi mengalami insecure attachment terhadap sang ibu dan peningkatan agresivitas, ketidaktaatan, atau bahkan kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial pada saat mereka memasuki tahap preschool dan sekolah dasar. Namun perlu ditekankan, bahwa situasi demikian tidak berlaku bagi anak yang usianya 1 tahun ke atas. Belsky berpandangan, bagaimana pun juga, preschool yang benar-benar berkualitas memang memberikan kontribusi secara positif pada perkembangan anak.
• Salah satu penelitian yang dilakukan di Amerika menampilkan salah satu faktanya, bahwa anak-anak yang diikutsertakan dalam program day care dalam rentang waktu yang cukup lama menunjukkan peningkatan agresivitas terhadap sesama dan terhadap orang dewasa, dan menunjukkan penurunan sikap kooperatif terhadap orang dewasa.
Dari berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan peneliti masih berpendapat bahwa day-care yang benar-benar berkualitas memang dapat menjadi alternatif program pengasuhan terhadap anak-anak. Adapun pengaruh dari day-care tergantung dari kualitas, lamanya waktu keikutsertaan, serta kualitas yang sebenarnya terjalin antara anak dengan orang tua di luar waktu day-care. Jadi, bagi Anda yang hendak mengikutsertakan anak Anda dalam program day-care center, cobalah perhatikan dengan seksama, apakah sesuai dengan kebutuhan yang sedang dihadapi oleh sang anak, dan apakah memang benar-benar dibutuhkan, dalam arti bukan karena semata-mata mengikuti mode saja. Selain itu, faktor kebersihan dan keamanan juga selayaknya menjadi bahan pertimbangan mengingat di Indonesia masih mudah terjadinya penularan penyakit-penyakit "aneh" yang sampai saat ini masih sulit ditangani secara cepat oleh para medis. Keberadaan ahli gizi, tim medis dan psikolog dalam day-care center bisa menjadi nilai tambah yang sangat bermanfaat untuk memonitor perkembangan anak Anda.
Selengkapnya...

Anakku Malas Belajar

Kategori Pendidikan
Oleh : Martina Rini S. Tasmin, SPsi
Jakarta, 06 Mei 2002
________________________________________

Anak sekolah, tentunya perlu belajar, entah mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah. Pentingnya belajar tanpa harus dibicarakan panjang lebar pasti sudah disadari oleh seluruh orangtua.
Keluhan yang datang dari orangtua pada umunya lebih banyak menyangkut anaknya terlalu banyak bermain daripada orangtua yang anaknya terlalu banyak belajar. Bahkan kalau anak sangat rajin belajar, pastilah orangtua memamerkannya ke orang-orang dengan nada bangga, "Iya loh Pak Dani, anak saya itu belajarnya rajin sekali. Pulang sekolah belajar, bangun tidur siang belajar, terus malam kalau bapaknya sudah pulang ya belajar lagi. Makanya anak saya itu pintar sekali, apa-apa tahu. Kadang-kadang malah saya yang nggak tahu". Lain lagi kalimatnya jika anak terlalu banyak bermain, "Aduuuuuuh Pak Dani, anak saya ini kerjanya main melulu.... Siang main, sore main, malam juga main. Saya dan bapaknya kalau mau menyuruh dia belajar, harus teriak-teriak dulu, mengancam dulu, baru dia mau belajar. Pusing saya jadinya. Sudah begitu perkalian saja tidak hafal".

Penyebab
Kalau anak enggak belajar, tentunya perlu dicari tahu sebab-musababnya, baru kemudian diambil suatu tindakan. Beberapa sebab mengapa anak enggan belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:
• Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain

• Punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" misal karena ada adik baru).
• Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).
• Sedang sakit.
• Sedang sedih (bertengkar dengan teman baik, kehilangan anjing kesayangan)
• Tidak ada masalah atau sakit apapun, juga tidak kurang waktu bermain (malahan kebanyakan), hanya memang MALAS.

Malas
Dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Muhammad Ali, malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar.
Kalau anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).


Motivasi
Dalam dunia psikologi, dorongan yang dirasakan seseorang untuk melakukan sesuatu disebut sebagai motivasi. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang.
Morgan (1986) dalam bukunya Introduction To Psychology, menjelaskan beberapa teori motivasi:
1. Teori insentif
Dalam teori insentif, seseorang berperilaku tertentu untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu ini disebut sebagai insentif dan adanya di luar diri orang tersebut. Contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak misalnya jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orangtua, maka anak belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru. Insentif biasanya hal-hal yang menarik dan menyenangkan, sehingga anak tertarik mendapatkannya. Insentif, bisa juga sesuatu yang tidak menyenangkan, maka orang berperilaku tertentu untuk menghindar mendapatkan insentif yang tidak menyenangkan ini. Dapat juga terjadi sekaligus, orang berperilaku tertentu untuk mendapatkan insentif menyenangkan, dan menghindar dari insentif tidak menyenangkan.
2. Pandangan hedonistik
Dalam pandangan hedonistik, seseorang didorong untuk berperilaku tertentu yang akan memberinya perasaan senang dan menghindari perasaan tidak menyenangkan. Contohnya: anak mau belajar karena ia tidak ingin ditinggal ibunya ke pasar/supermarket.
Dari uraian di atas, dapat diasumsikan anak yang malas tidak merasa adanya insentif yang menarik bagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan menyenangkan dari belajar.

Memberikan Dorongan Agar Anak Mau Belajar
Sehubungan dengan teori motivasi di atas tentunya bisa dikatakan dengan mudah, ayo kita berikan dorongan agar anak mau belajar. Tapi dorongan seperti apa yang dapat diberikan kepada anak?
Berikut ini adalah beberapa buah saran:
1. Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh (peristiwa ini mungkin jarang terjadi, tapi jika saat terjadi orangtua memperhatikan dan menunjukkannya, hal tersebut bisa menjadi insentif yang berharga buat anak). Pujian selain merupakan insentif langsung, juga menunjukkan penghargaan dan perhatian dari orangtua terhadap anak. Anak seringkali haus perhatian dan senang dipuji. Jadi daripada memberikan perhatian ketika anak tidak mau belajar dengan cara marah-marah, dan ketika belajar tanpa disuruh orangtua tidak memberikan komentar apapun, atau hanya komentar singkat tanpa kehangatan, akan lebih efektif perhatian orangtua diarahkan pada perilaku-perilaku yang baik.
2. Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak, bahwa belajar itu berguna buat anak. Bukan sekedar supaya raport tidak merah, tapi misalnya dengan mengatakan "Kalau Ade rajin belajar dan jadi pintar, nanti kalau ikut kuis di tv bisa menang loh, dapat banyak hadiah. Kan kalau anak pintar, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya".
3. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis di tv). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya.
Banyak lembaga pra-sekolah yang mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran dengan metode active learning atau learning by doing, atau learning through playing, salah satu tujuannya adalah agar anak mengasosiasikan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan. Tapi seringkali untuk anak-anak SD, hal ini agak sulit dipraktekkan, karena mulai banyak pelajaran yang harus dipelajari dengan menghafal. Untuk keadaan ini, hal minimal yang dapat dilakukan adalah mensetting suasana belajar. Jika setiap kali pembicaraan mengenai belajar berakhir dengan omelan-omelan, ia akan mengasosiasikan suasana belajar sebagai hal yang tidak memberi perasaan menyenangkan, dengan demikian akan dihindari.

Membuat Suasana Belajar Lebih Menyenangkan
Selain tidak sering-sering memarahi anak ketika belajar, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan agar suasana belajar lebih menyenangkan dan anak mau belajar. Hal-hal tersebut adalah:
1. Anak cenderung meniru perilaku orangtua, karena itu jadilah contoh buat anak. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar, orangtua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku). Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius (suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi dengan teman-teman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar). Dengan demikian, anak melihat bahwa orangtuanya sampai tua pun tetap belajar.
2. Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabis mandi sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya.
3. Anak butuh suatu kepastian, hal-hal yang dapat diprediksi. Jadi jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti. Misalnya ketika sudah ditentukan, waktu belajar adalah 2 jam setiap hari, pukul 17.00-19.00, maka pada jam tersebut harus digunakan secara konsisten sebagai waktu belajar. Kecuali disebabkan hal-hal yang mendesak, misalnya anak baru sampai rumah pukul 16.30, tentunya tidak bijaksana memaksa anak harus belajar pukul 17.00, karena masih lelah.
4. Anak punya daya konsentrasi dan rentang perhatian yang berbeda-beda. Misalnya ada anak yang bisa belajar terus-menerus selama 1 jam, ada yang hanya bisa selama setengah jam. Kenali pola ini dan susunlah suatu jadwal belajar yang sesuai. Bagi anak yang hanya mampu berkonsentrasi selama 30 menit, maka berikan waktu istirahat 5-10 menit setelah ia belajar selama 30 menit. Demikian untuk anak yang mampu belajar lebih lama.
5. Dalam artikel di Tabloid Nova edisi Maret 2002, disarankan agar orangtua menemani anak ketika belajar. Dalam hal ini orangtua tidak perlu harus terus-menerus berada di samping anak karena mungkin Anda sebagai orangtua memiliki pekerjaan. Namun paling tidak ketika anak mengalami kesulitan, Anda ada di dekatnya untuk membantu.
Demikian hal-hal yang dapat disarankan untuk membantu orangtua memberikan motivasi anak agar mau belajar. Semoga berguna dan dapat berhasil diterapkan. Orangtua senang, tidak lelah berteriak-teriak dan marah-marah, anak pun senang tidak dimarahi dan merasa menyukai kegiatan belajar.
Selengkapnya...

BAGAIMANA GURU MENANGGAPI MASUKAN ORANG TUA ?

Siang itu saya kedatangan seorang tamu. Orang tua siswa yang ingin bertemu saya untuk melontarkan beberapa pertanyaan sehubungan dengan kegiatan belajar yang dialami oleh anaknya. Kedua orang tua itu lalu mengutarakan beberapa masukan, khususnya tentang guru-guru di sekolah saya.
“Katanya kemarin anak saya terlambat 30 menit lalu oleh gurunya dihukum untuk mengumpulkan tandatangan seluruh guru.”
“Kata anak saya, ada guru yang menerangkan materi bab 1 namun ketika ulangan yang keluar justru materi bab 2.”
“Maaf pak, ada juga guru yang menerangkan sangat cepat dan menyuruh materi tertentu untuk dibaca oleh anak secara mandiri, lalu langsung melakukan test tanpa menerangkan terlebih dahulu.”
“Menurut saya, hukuman yang diberikan oleh guru tersebut kurang tepat. Akan lebih baik bila hukumannya adalah ………”
Apa yang salah dari beberapa pernyataan diatas? Hampir tidak ada sama sekali. Tapi bila anda yang menjadi guru, apa kira-kira kesan yang akan muncul dibenak?
Ketika otoritas guru di dalam kelas menjadi permasalahan, maka apa yang harus guru lakukan? Rasanya terlalu banyak yang harus guru katakan dan lakukan ketika semua hal dipermasalahkan, khususnya tentang apa yang kita katakan, lakukan atau kita pikirkan di dalam kelas. Bayangkan bila setiap ucapan guru menjadi permasalahan, bisa tidak jadi mengajar kita!
Tanpa menafikan bahwa guru memang bukan malaikat, tapi rasanya guru akan melakukan semua hal yang terbaik untuk siswanya. Masalah metode dan cara, tidak jauh berbeda dengan orang tua yang melakukan trik dan metode berbeda dalam mengatasi setiap anaknya. Kenapa guru tidak?
Ada cara praktis. Berikut beberapa diantaranya:
1. Jangan terlalu diambil hati. Profesi apapun bisa menerima hal yang sama.
2. Jangan terlalu dipikirkan. Masih banyak yang harus dipikirkan guru dari hanya sekedar protes orang tua. Salah satunya terus berpikir untuk memperbaiki diri.
3. Selalu katakan iya diawal pembicaraan. Jangan bersifat defensif atau menolak. Sabar bro!
4. Setelah memahami inti yang dibicarakan orang tua, lalu kemukakan alasan dan latar belakang kejadian secara singkat. Sekali lagi singkat.
5. Respon semua “curhat” orang tua dengan tulus. Masalah anda paham atau tidak itu urusan belakangan.
6. Sering orang tua bermaksud untuk curhat dan membeberkan suasana hatinya. Apakah itu sebuah kebanggaan, kekecewaan atau sekedar bercerita. Dengarkan!
7. Ada yang membeberkan banyak masukan (protes) hanya sekedar untuk menutupi kekurangan atau kesalahan yang terjadi pada pola asuh di rumah. Tapi sangat jarang yang mau mengakui kekurangan dan kesalahan itu dan kemudian mencari kambing hitam. Dan yang paling mudah adalah dengan mnunjuk hidung sekolah, guru atau teman-teman dari anaknya.
8. Terakhir…bilang “terima kasih, masukan anda sangat berharga dan menjadi masukan bagi saya untuk memperbaiki diri”. Salaman dan kembali kerutinitas biasanya.
9. Siap-siap untuk menerima orang tua berikutnya.
Gimana…? Cukup?
Selengkapnya...

Senin, 14 Juni 2010

JANGAN TIRU APA YANG MEREKA LAKUKAN!

Dengan semakin merebaknya kasus video mirip artis, hati-hati! Jangan coba-coba men-dowload karena mengandung konsekuensi hukum. Kemiripan Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari hanya untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari sesuatu yang lebih penting.
Hati-hati...!
Banyak situs yang menawarkan free download. jangan tertipu...! Selengkapnya...

Minggu, 06 Juni 2010

Rahasia para genius

Kita harus berterima kasih pada para genius. Faktanya, dunia kita ini dihela oleh para genius itu yang tersebar dalam berbagai bidang kehidupan. Merekalah yang menemukan dan menciptakan berbagai hal yang membuat kita menjadi semaju sekarang ini. Jumlah mereka hanya kurang dari 2%, tapi di tangan merekalah nasib umat manusia bertumpu. Sebutlah beberapa genius! Nama pertama yang muncul mungkin Albert Einstein, Bill Gates, Habibie, dan seterusnya.

Tapi bukan hanya ilmuwan yang bisa disebut genius, mereka yang menjalankan usahanya sehingga maju dan berkembang pesat dan mampu memberi pekerjaan kepada banyak orang pun layak disebut genius. Begitupun para pemimpin masyarakat yang berhasil membawa yang dipimpinnya makmur sejahtera adalah orang-orang genius. Nah, ingin jadi “THE NEXT GENIUS?”
Selama ini Anda mungkin mengira kalau para genius selalu memiliki otak yang lebih hebat dari kebanyakan orang. Anda benar. Tapi Anda keliru kalau mengira IQ mereka jauh di atas rata-rata orang. Faktanya, kebanyakan dari mereka memiliki IQ tidak lebih tinggi dari kebanyakan orang. Bedanya mereka hanya berhasil menggunakan kemampuan otaknya lebih dari orang-orang biasa. Kabar baiknya, siapapun bisa mengembangkan kemampuan otak yang dimilikinya, untuk menjadi genius seperti mereka. Termasuk Anda! Syaratnya: MAU, TAHU CARANYA, dan KERJA KERAS. Seperti kata Bill Gates, si penguasa Microsoft: 99,9% kejeniusan itu kerja keras.

Di sini, genius bisa kita tukarbalikkan dengan kata “expert” alias si “ahli”. Menjadi genius bisa berarti juga menjadi ahli. Oleh karena itu istilah genius digunakan bergantian dengan istilah expert. Keduanya sama saja. Perlu diingat, genius disini bukan untuk mengistilahkan mereka yang memiliki IQ superior tetapi untuk menyebut mereka semua yang menjadi ahli di bidangnya.

Rahasia Para Genius
Hanya ada 3 rahasia utama para genius di manapun di dunia ini. So, jangan kuatir Anda akan harus meniru banyak hal dari mereka. Yang perlu Anda tiru cuma tiga hal saja. Sedikit bukan?!

Rahasia 1.
Si genius bisa mencari cara sendiri untuk menguasai hal-hal yang belum di kuasainya. Para genius menciptakan metode belajar sendiri yang paling cocok dengan diri mereka. Jika tidak menguasai suatu subjek, mereka akan cari tahu cara paling efisien untuk mempelajarinya. Mereka terus mencoba (mereka tidak pernah berhenti mencoba jika belum berhasil) sampai mereka bisa menguasai yang ingin dikuasainya. Kalau gagal dengan satu metode, mereka akan mencoba metode lainnya.

Rahasia 2.
Para genius memiliki motivasi yang “sangat, sangat, sangat besar!” untuk menguasai apa yang menjadi minatnya. Kadangkala mereka rela mengorbankan berbagai hal demi minatnya itu. Inilah kisah Bill Gates si orang terkaya di muka bumi: “Bill Gates orang yang cerdas. Itu sudah pasti. Jika tidak cerdas, dia tidak akan bisa masuk Universitas Harvard, yang merupakan universitas terbaik di dunia. Tapi dia keluar. Alasannya: “Aku ingin berbuat lebih.” Rupanya, dia tidak ingin hanya menjadi cerdas. Dia ingin menjadi seorang genius. Dia sadar, terus kuliah akan mengurangi waktunya dalam mendalami software computer yang sangat diminatinya. Dalam pengakuannya, dia pernah tidak tidur selama berhari-hari ketika menyelesaikan software pertamanya.

Rahasia 3.
Mereka yang genius memiliki visi masa depan yang jelas, konkret dan terukur. Apabila ditanya apa yang diinginkannya di masa depan, mereka akan menjawab tuntas hingga ke detailnya. “10 tahun dari sekarang, saya akan menjadi seorang pengusaha mebel kayu jati yang produknya merambah seluruh Eropa. Karyawannya lebih dari 500 orang. Omsetnya lebih dari 50 miliar.” Itulah visi seorang pengusaha besar.

So, apa yang Anda pikirkan?
Anda bisa menjadi genius di bidang apapun yang Anda minati, jika Anda berpikir dan memiliki karakter seorang genius. Dan, tiga itulah rahasianya. Hanya tiga.
Cara sederhana menjadi genius.

Jika 3 rahasia itu sudah Anda pegang dan Anda jadikan sebagai rahasia Anda juga. Maka inilah cara sederhana membangkitkan sosok genius dalam diri Anda:

* Saat Anda ingin mengetahui sesuatu, katakan pada diri Anda sendiri: “Sisi lain dari ini apa, ada apa dibaliknya?”
* Saat satu jawaban datang, terus tanyakan pertanyaan-pertanyaan itu kembali.


Hal-Hal Yang Bisa Membantumu Mencapai “Inner Genius”Mu
Setelah Anda tahu berbagai hal tentang genius dan tahu cara membangkitkannya, kini saatnya untuk tahu hal-hal apa saja yang bisa membantumu untuk membangkitkan “si genius” dalam dirimu.

Tidurlah cukup
Lho kok malah tidur, bukannya untuk melatih pikiran harusnya terus bangun? Ternyata tidak. Tidur setelah belajar justru meningkatkan kemampuan otak mengingat. Saat terlelap tidur, otak kita justru bekerja keras memilah-milah informasi penting untuk kita, sehingga kemampuan memori kita menguat. Namun itu hanya berlaku bagi tidur yang lebih dari 6 jam. Itu kenapa sistem belajar SKS (sistem kebut semalam) tidak direkomendasikan karena justru hanya melemahkan kemampuan berpikir dan kemampuan memori kita. So, langsunglah tidur sekurang-kurangnya 6 jam usai belajar di malam hari. Dengan begitu, belajarmu akan memberikan hasil lebih maksimal. Untuk menjadi expert, begadang merupakan pantangan.

Latihan fisik
Banyak-banyaklah melakukan aktivitas fisik: jalan-jalan, berolahraga permainan, senam, atau apapun. Melakukan banyak aktivitas fisik terbukti meningkatkan kemampuan berpikir otak.

Makan cukup
Kurang makan akan membuatmu tidak memiliki energi untuk berpikir cerdas, tapi terlampau banyak makan juga akan membuat otakmu menjadi kurang cerdas. Makan secukupnya dan selektif. Hindari terlalu banyak makan-makanan dari lemak hewani. Banyak-banyaklah makan sejenis lemak yang bernama omega 3, yang terkandung dalam ikan, kacang-kacangan, atau biji-bijian. Banyak-banyaklah juga makan buah dan sayuran. Para expert selalu tidak pernah berkekurangan atau berlebihan dalam soal makan.

Musik
Mendengarkan musik disinyalir bisa meningkatkan kemampuan otak dalam berpikir, namun tidak secara langsung. Diketahui mendengarkan musik bisa membuat tubuh merasa rileks, perasaan negatif berkurang, dan menurunkan rasa takut. Nah, hal-hal itu otomatis membuat kita bisa lebih fokus dalam berpikir. Namun diketahui tidak semua orang berhasil dengan bantuan musik. Sebagian orang justru tidak bisa berpikir sambil mendengarkan musik. So, cari cara Anda sendiri!

Jangan lupa bermain
Belajar terus menerus secara intensif tanpa istirahat dan tanpa jeda bukanlah perilaku yang bijak. Bermain itu menyenangkan. Selain bisa menghilangkan stress, bermain juga membuat kemampuan otak kita berpikir menjadi lebih cemerlang. So, sempatkan bermain. Asal Anda tahu, seorang Albert Einstein dan Bill Gates saja selalu mencadangkan waktu setiap hari untuk bermain. Sebaliknya, jangan pula hanya bermain-main melulu. Hanya bermain tidak akan menjadikan Anda seorang expert.

Beberapa saran bermain:

1. Bermain secara fisik. Ikutlah dalam permainan fisik yang tidak ada target tertentu (bertanding untuk menang bukanlah bermain) dan yang tidak dibatasi waktu (maksimal beberapa menit untuk meraih poin tertentu bukanlah bermain).
2. Bermain dengan benda, seperti membuat sesuatu dengan tangan dan Anda menikmati aktivitas itu (lakukan saja, tanpa harus ada target harus membuat sesuatu. Just do it).
3. bergabung dengan teman-teman atau orang lain dalam sebuah aktivitas yang terlihat tanpa tujuan, seperti hanya ngobrol dan tertawa bersama.


Meditasi
Meditasi rutin sangat membantu kerja otak. Cara yang paling sederhana adalah latihan nafas sederhan. Pertama, buat posisi tubuh dalam keadaan senyaman mungkin. Lalu tarik nafas lewat lubang hidung dan hirup dalam-dalam, lalu lepaskan perlahan-lahan dari lubang mulut. Lakukan itu berulang-ulang, sampai badan terasa segar. Ingin bantuan cara sederhana berelaksasi?

Percaya kalau Anda bisa
“Meskipun berusaha sangat keras tapi Anda gagal juga. Lantas Anda berkesimpulan kalau Anda memang tidak cukup mampu.” Nah, meskipun Anda berpikir demikian, para ahli psikologi menyatakan sebaliknya. Kegagalan semacam itu seringkali bukan karena kurangnya kemampuan, tetapi karena kepercayaan terhadap diri sendiri yang kurang. Kebanyakan dari kita sudah terjebak dalam stereotip bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berhasil. Alhasil, otak kita pun bereaksi menyesuaikan diri dengan kepercayaan itu. Jadinya, kita pun tidak mencapai performa terbaik kita karena pada dasarnya kita memang tidak terlalu percaya akan berhasil. So, percaya 100% Anda bisa, maka otak Anda akan membantu Anda.

Bermain video-game
Hm… rupanya bermain video game dalam waktu yang proporsional, akan meningkatkan kemampuan otak kita berpikir. So, bermainlah video-game, terutama game-game strategi yang membutuhkan kemampuan Anda untuk dengan cepat mengambil keputusan. Tetapi terlalu banyak bermain video-game juga akan membuat kemampuan Anda berpikir menurun. Usahakan tidak lebih dari 1 jam per hari untuk bermain.

Bahan bacaan

* Quiet! Sleeping Brain at Work (2008). Robert Stickgold & Jeffrey M. Ellenbogen. Scientific American Mind, Volume 19, Nomor 4, Agustus-September 2008, hal. 21-29.
* Six Ways to Boost Brain Power (2009). Emily Anthes. Scientific American Mind, Volume 20, Nomor 1, Februari-Maret 2009, hal. 56-63.
* The Serious Need for Play (2009). Melinda Wenner. Scientific American Mind, Volume 20, Nomor 1, Februari-Maret 2009, hal. 22-29.
* The Social Psychology of Success (2008). S. Alexander Haslam, Jessica Salvatore, Thomas Kessler & Stephen D. Reicher. Scientific American Mind, Volume 20, Nomor 1, Februari-Maret 2009, hal. 24-31.
* Uncommon Talents (2006). Ellen Winner. Scientific American Exclusive Online Issues – Uncommon Genius, Agustus 2006, hal. 21-24.
* Conceptions of Giftedness (2008). S.B. Kaufman & R.J. Sternberg. Dalam Steven I. Pfeiffer (ed.), Handbook of Giftedness in Children : Psychoeducational Theory, Research, and Best Practices. New York : Springer, 71–93.
* The Expert Mind (2006). Phillip E. Ross. Scientific American Exclusive Online Issues – Uncommon Genius, Agustus 2006, hal. 27-32.
* http://psikologi-online.com/rahasia-para-genius

[sumber: http://www.gamedevid.org/forum/archive/index.php?t-8100.html]
Selengkapnya...

Kamis, 03 Juni 2010

Cara Menjadi Orang Tua Yang Lebih Baik

Tahapan kehidupan kita seperti tahapan melangsungkan pernikahan selanjutnya diikuti menjadi orang tua dan menjadi kakek nenek. Bila kita sudah menjadi orang tua akan merasakan menjadi orang tua memang merupakan hal yang sangat menyenangkan namun menjadi orang tua juga bukan merupakan hal yang mudah. Karena orang tua merupakan panutan dari anak nah bagaimana cara menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak anda, mari kita baca tulisan berikut ini:
1. Perhatikan dan pujilah sikap baik anak anda
Mungkin anda sebagai orang tua sering mengkritik anak anda daripada memujinya. Coba anda lihat dan rasakan bagaimana jika anda sering dikritik oleh bos anda? Nah begitu juga yang akan dirasakan oleh anak anda. Langkah yang cukup berguna dalam menjadi orang tua yang lebih baik adalah dengan memperhatikan sikap baik yang ditunjukkan oleh anak. Selanjutnya ungkapkan perhatian anda tersebut dalam kata-kata seperti “pandainya, kamu mau sikat gigi tanpa disuruh, itu bagus sekali”. Ungkapan semacam itu akan lebih mendorong mereka untuk bersikap baik dari pada kata-kata keras seperti perintah. Jangan ragu-ragu untuk memuji anak jika dia bersikap baik. Anak anda akan selalu bersikap seperti ini tanpa harus disuruh lagi.
2. Jalin komunikasi, komunikasi merupakan sesuatu yang penting
Anda sebagai orang tua tidak akan bisa mengharapkan anak anda akan patuh begitu saja tanpa anda memintanya untuk melakukan sesuatu. Anak-anak perlu penjelasan mengenai perintah, aturan atau harapan-harapan anda. Berikan alasan dan penjelasan setiap kali anda akan memberikan aturan atau nasihat. Bila anda menghadapi masalah dengan anak anda, cobalah ajak dia untuk ikut memecahkannya masalah bersama-sama. Jika anak-anak yang diajak berdiskusi, mereka akan merasa lebih termotivasi dalam melaksanakan langkah-langkah pemecahan yang telah anda tentukan.
3. Berhati-hatilah akan harapan Anda terhadap Anak
Fahamilah bahwa tiada yang yang sempurna, begitu juga bahwa anda bukan seorang yang sempurna. Kenalilah kelemahan dan kekuatan diri anda. Demikian pula dengan anak anda, dia bukan manusia yang sempurna. Jangan terlalu berharap hal-hal yang tidak realistis kepada anak anda. Didalam bersikap sebagai orang tua, usahakan untuk lebih memfokuskan diri pada wilayah tertentu yang sekiranya memerlukan perhatian khusus dari anda.
4. Tingkatkan rasa percaya diri anak anda
Anak-anak mengembangkan rasa percaya dirinya dimulai sejak mereka masih bayi. Mereka akan mengembangkannya sesuai dengan contoh-contoh perilaku yang anda berikan sebagai orang tua. Bahasa tubuh anda, Nada suara dan setiap ekspresi-ekspresi yang anda tunjukkan ke anak anda akan mereka olah secara sederhana, mereka akan simpan dalam ingatan mereka. Semua kata-kata dan sikap anda akan mempengaruhi perkembangan rasa percaya dirinya lebih besar dari pengaruh hal-hal yang lain. Oleh karenanya, pujian yang diberikan untuk anak jika ia berhasil melakukan sesuatu walaupun hanya merupakan hal-hal kecil tetapi akan membuat dia bangga. Mengijinkannya untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain akan membuatnya merasa mampu untuk mandiri. Dan sebaliknya, jika terlalu sering melarang anak untuk mengerjakan sesuatu dapat membuatnya merasa tidak mampu dan tingkat percaya dirinya akan berkurang.
Hindarilah untuk mengucapkan kata-kata seperti “kamu lebih ceroboh dari pada adikmu” atau “kamu ceroboh sekali”. Kata-kata seperti ini dapat melukai perasaan anak anda, berpikirlah sebelum anda mengucapkan sesuatu yang sekiranya dapat menyakiti perasaan anak. Biarkan mereka tahu bahwa setiap orang dapat membuat kesalahan dan kesalahan yang dia buat tidak akan menyebabkan anda tidak lagi mencintainya.
5. Berikan waktu anda untuk anak
Ingatlah bahwa anak selalu ingin dapat berada dekat dengan orang tuanya. Sediakan sejumlah waktu anda untuk dapat beraktivitas dengan anak. Waktu yang akan anda berikan tersebut tidak perlu berlebihan tetapi harus berkualitas.
Bangunlah lebih pagi agar anda dapat makan pagi bersama anak dan tanyakan tentang kegiatan sekolah mereka hari itu. Anak-anak yang kurang perhatian dari orang tuanya akan cenderung untuk bersikap buruk karena mereka menganggap perilaku mereka tidak akan diperhatikan oleh orang tuanya.
6. Anda selalu mencintainya apapun yang terjadi
Orang tua bertanggung jawab dalam membimbing anak anda. Hal yang penting adalah bagaimana cara anda membimbingnya, jangan terlalu mengkritik, menyalahkan atau mencari-cari kesalahan dari si anak. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya dirinya sehingga membuatnya merasa marah dan sedih. Tetapi jika sebaliknya berusahalah agar selalu menunjukkan rasa sayang anda walaupun anda sedang menghukumnya. Pastikan dia tahu bahwa walaupun dia telah berbuat kesalahan, anda akan tetap selalu mencintainya.
7. Beri aturan yang konsisten agar anak disiplin
Disiplin sangat diperlukan oleh kita termasuk anak kita agar anak anda dapat tumbuh dengan perilaku yang baik serta memiliki pengendalian diri. Tetapkan aturan-aturan di rumah yang dapat membantu anak memahami arti apa itu disiplin, seperti aturan menonton TV setelah menyelesaikan PR sekolah atau aturan jam tidur. Jika anak tidak mematuhi aturan berilah hukuman kepada anak. Perlu diingat bahwa hukuman yang diberikan harusnya bersifat membangun dan konsisten.
8. Jadikan diri anda sebagai panutan yang baik
Anak kecil belajar bagaimana berperilaku dengan mengamati dan meniru perilaku anda. Semakin muda usia anak maka semakin mudah dia menirukan perilaku anda tanpa berpikir panjang. Bersikaplah sebagaimana anda inginkan anak anda bersikap. Tunjukkan sikap ramah, hormat, sabar, jujur dan penuh tenggang rasa. Jangan bersikap egois atau bersikap buruk lainnya. Lakukan hal-hal kecil untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Kuncinya adalah perlakukan anak anda sebagaimana anda ingin diperlakukan oleh orang lain.
9. Jadilah menjadi orang tua yang fleksibel
Apabila anda sering kali dikecewakan oleh perilaku anak mungkin karena anda berharap terlalu tinggi dari anak anda.
Lingkungan sekitar anak anda akan selalu memberi pengaruh kepada anak. Bila anda sering berkata tidak kepada anak anda yang berusia 2 tahun, sekarang cobalah ubah lingkungan sekitar anak anda sehingga lebih sedikit hal-hal yang sekiranya menyebabkan anda akan berkata tidak kepada dia. Seiring dengan semakin dewasanya anak anda maka anda juga harus mengubah sikap anda terhadapnya.
Selengkapnya...

Adalah Hebat Menjadi Orang Tua yang Baik

Sebagai orang tua yang memiliki anak-anak kecil, saya harus cermat menerapkan cara yang tepat dalam mendidik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah masa pembentukan karakter seorang anak yang akan mempengaruhi perkembangan mental anak. Cara yang salah dalam mendidik anak akan berakibat fatal dalam pembentukan kepribadian ini. Tingkah laku yang menyimpang yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari yang sering kita temui dewasa ini adalah salah satu contoh ketidakpedulian atau metode yang keliru dalam mendidik anak saat masih kecil.
Seni Mendidik
Bagi saya mendidik anak adalah sebuah seni. Mendidik anak seolah-olah mendesain anak kita sesuai dengan keinginan kita di masa depan. Sebagai orang tua kita tentu menginginkan anak kita mandiri, cerdas, bertanggung jawab, dan siap menghadapi kerasnya kehidupan. Jadi, kita perlu membuat desain bagaimana anak kita bisa memiliki sikap dan sifat yang baik sebagaimana tersebut di atas.
Usia 1 s/d 5 tahun disebut-sebut sebagai golden age atau masa emas dalam kehidupan seseorang. Artinya, baik tidaknya anak-anak kita ketika tumbuh dewasa nanti sangat ditentukan dari bagaimana mereka mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang sesuai saat masih kecil. Jadi, saya sangat memperhatikan dan serius mengikuti perkembangan anak-anak saya yang saat ini sedang memasuki fase tersebut.
Sekecil apapun sikap kita kepada mereka akan memberikan pengaruh besar buat perkembangan kepribadiannya. Saya bukan tipe orang tua yang selalu memperhatikan kemana saja anak saya pergi sambil terus berteriak-teriak memperingatkannya saat ingin melakukan sesuatu tetapi saya juga tidak membiarkan anak-anak saya bertindak seenaknya tanpa menegurnya. Membiarkan mereka bebas bermain membuat mereka kreatif dan berinisiatif, tetapi teguran dan peringatan kecil saat mereka mulai melakukan tindakan di luar batas tetap diperlukan untuk mengingatkan mana yang benar dan mana yang salah.
Salah satu sikap yang menurut saya kurang baik yang sering dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang masih kecil adalah selalu mengikuti kemauan anak-anak kita saat mereka merengek meminta segala kemauannya. Anak kecil sering merengek untuk dibelikan sesuatu atau meminta sesuatu yang diinginkannya. Dan, dengan alasan sayang orang tua selalu mengikuti semua kemauan anaknya. Menurut saya cara ini hanya menjadikan anak kita pemalas, boros, tidak kreatif, dan terlalu manja.
Meskipun kita memiliki banyak uang untuk membeli dan mencukupi segala kemauan anak kita, tidak sepantasnya kita sebagai orang tua untuk selalu mengikuti kemauan anak kita. Rasa sayang dan cinta kepada anak-anak kita semestinya diwujudkan dengan sikap dan interaksi yang mendalam dengan anak-anak dan tidak dengan memberikan mereka segala materi (harta dan uang). Memang materi diperlukan tetapi dalam mendidik kepribadian dan mental diperlukan prinsip, sikap, dan perhatian yang memadai, tidak sekedar harta yang berkecukupan.
Disiplin
Contoh kecil yang sangat sering saya hadapi adalah saat saya mendengar rengekan anak-anak saya meminta jajan. Anak-anak saya memang anak-anak yang menurut saya agak over dan salah satunya ditandai dengan seringnya mereka merengek meminta jajan. Bagi saya sikap dan prinsip perlu secara disiplin diterapkan bukan semata-mata untuk menghemat pengeluaran tetapi lebih kepada pembentukan karakter. Saya tidak ingin anak-anak saya mempunyai mental selalu meminta-minta. Maka berbagai cara perlu dilakukan untuk mengatasi rengekan anak-anak saya.
Kita harus memberikan pengertian kepada anak-anak kita bahwa mereka tidak harus selalu meminta jajan setiap saat. Ini juga terkadang disertai dengan mengalihkan perhatian mereka kepada bentuk yang lain, misalnya dengan mengajak mereka berjalan-jalan atau memberikan mereka bentuk permainan yang menghibur. Dengan selalu mengajak mereka bermain atau memberikan mereka permainan dapat melupakan keinginan mereka untuk jajan. Di sini diperlukan kesabaran dan ketegasan sikap dari orang tua karena terkadang anak kita merengek sampai menangis untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua kadang merasa kasihan kepada mereka dan akhirnya menuruti kemauan anaknya. kita harus tegas demi kebaikan anak-anak kita juga, bahkan tetap membiarkannya menangis. Sekali lagi saya katakan rasa sayang tidak harus diwujudkan dengan menuruti kemauannya. Justru karena sayang itulah saya bersikeras tidak menuruti kemauan mereka untuk jajan.
Tidak menuruti kemauan anak kita jajan bukan berarti saya sama sekali tidak menyiapkan makanan atau jajanan di lemari kita. Saya terkadang sudah menyiapkan setumpuk makanan yang bisa diberikan kepada anak-anak saat mereka meminta jajan. Tapi kita juga harus tegas dengan hanya memberikannya satu macam yang boleh dimakan saat itu dan menyimpan makanan yang lain untuk waktu yang lain. Ini juga salah satu bentuk latihan kedisiplinan buat saya dan istri sebagai orang tua dan bagi anak-anak saya.
Contoh kecil yang lain, orang tua yang selalu membawakan tas anaknya yang sekolah tk atau sd. Kita sering melihat ada orang tua yang membawakan tas anaknya yang sekolah. Sikap orang tua ini menurut saya keliru dalam mewujudkan rasa kasih sayangnya kepada anaknya. Sikap disiplin dan tanggung jawab mesti dilatih semenjak dini. Dengan membiarkan anak membawa perlengkapan sekolahnya sendiri, kita melatih anak untuk bertanggung jawab dan mandiri dalam menjalankan tugasnya. Kita perlu menanamkan kepada anak bahwa dia yang sekolah dan dia pula yang bertanggung jawab atas segala yang berhubungan dengan sekolah termasuk membawa tas sendiri.
Sikap tegas dan disiplin terkadang juga keras menurut saya perlu dilakukan dalam berinteraksi dengan anak-anak kita. Ini diperlukan untuk melatih mereka berdisiplin dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kita tidak ingin anak-anak kita malas, bukan? Tapi, tentu saja perhatian dan kasih sayang adalah landasan yang harus selalu diterapkan dalam setiap interaksi.
Dan, sepertinya saya dan istri sudah menuai hasilnya. Itu bisa saya rasakan dari sikap anak saya yang pertama, Firdaus. Sebagai anak usia lima tahun yang ditinggal oleh kedua orang tuanya bekerja, Firdaus boleh dikatakan mandiri dan disiplin. Dia tidak pernah bangun tidur kesiangan, kadang tidak lupa untuk salat Subuh, sesuatu yang tidak buruk untuk anak usia lima tahun. Sejak pertama masuk sekolah, dia tidak pernah mau ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya atau pengantarnya. Dia cepat bergaul dan berinteraksi dengan orang atau anak yang baru dikenalnya. Memang, Firdaus tidak bisa diam, dia selalu bergerak untuk melakukan apa saja.
Firdaus bisa memanfaatkan barang apapun untuk dijadikan mainannya. Saya perhatikan dia banyak mengumpulkan bungkus kotak bekas susu. Dia bisa mengkhayalkan benda apapun dengan barang bekas yang dia dapatkan.
Tentu saja kami sangat bersyukur memiliki anak yang mandiri dan kreatif. Kami sadar anak adalah amanah dari sang Pencipta buat kita sehingga kami harus menjaga dan mendidiknya dengan cermat.
It’s great to be a good parent. 

Sumber : (maaf lupa...!) Selengkapnya...

Rabu, 02 Juni 2010

9 PRINSIP MENJADI ORANG TUA YANG BAIK









1. Yang utama, apa yang Anda lakukan
Hal ini merupakan salah satu prinsip terpenting. Anak-anak memerhatikan Anda. Jangan memberikan reaksi yang impulsif.
2. Terlibat dalam kehidupan anak
Tentu membutuhkan waktu dan Anda perlu menyusun kembali prioritas Anda. Seringkali, ini berarti mengorbankan apa yang ingin Anda lakukan, dengan melakukan apa yang diinginkan atau diperlukan anak. Selalu siap untuk anak Anda baik secara mental maupun fisik.
3. Sesuaikan dengan karakter anak
Setiap anak memiliki karakter berbeda. Misalnya, anak kelas 2 SMP yang mudah merasa terganggu dan cepat marah, nilainya di kelas sangat jelek. Bisa jadi anak Anda sedang merasa depresi. Memaksanya untuk melakukan keinginan orangtua bukan merupakan jawaban. Jika perlu, permasalahan ini harus didiagnosa oleh seorang profesional.
4. Menetapkan dan menerapkan aturan
Bila Anda tidak mengatur perilaku anak dari kecil, Anda akan mengalami kesulitan pada saat dia lebih besar, terlebih ketika Anda tidak ada di dekatnya. Aturan yang dipelajari anak dari orangtua sejak kecil, akan membentuk aturan-aturan yang diterapkannya di kemudian hari.
5. Membantu mengembangkan kemandirian
Memberikan dukungan terhadap kemandiriannya dapat membantunya mengembangkan arah tujuan yang akan diambil kelak. Banyak orangtua salah mengartikan kemandirian anaknya, dan menyamakannya sebagai pembangkang dan pemberontak. Anak-anak menuntut kemandirian, karena kemandirian merupakan bagian dari sifat dasar manusia untuk merasa terkendali, dan bukan merasa dikendalikan oleh orang lain.
6. Bersikap konsisten
Bila aturan yang Anda berikan kepada anak berubah-ubah dari hari ke hari, atau bila Anda memaksa anak melakukan sesuatu hanya untuk waktu yang sebentar-sebentar, wajar jika anak menjadi bingung. Selalulah berusaha bersikap konsisten agar anak Anda tumbuh menjadi orang yang konsisten dan tak bingung dengan tujuan hidupnya.
7. Hindari disiplin kasar
Janganlah pernah punya keinginan untuk mengalahkan anak. Anak yang sering ditampar lebih mudah berkelahi dengan anak-anak lain, dan kemungkinannya lebih besar bagi mereka untuk menjadi penggertak atau menjadi agresif dalam mengatasi perselisihan dengan orang lain. Banyak kok, cara untuk mendisiplinkan anak, selain main kasar yang malah bisa menimbulkan sifat agresi.
8. Jelaskan aturan dan keputusan Anda
Umumnya, orangtua memberikan penjelasan yang berlebihan pada anak yang masih kecil, dan memberikan penjelasan yang kurang pada anak yang sudah remaja. Padahal, sesuatu yang tampaknya jelas bagi Anda belum tentu jelas bagi anak Anda yang berusia 12 tahun. Anak Anda tidak memiliki prioritas, penilaian atau pengalaman seperti yang Anda miliki, lho.
9. Perlakukan anak Anda dengan hormat
Cara terbaik agar anak menghormati Anda adalah dengan memerlakukannya dengan hormat. Anda harus memberi kebaikan pada anak Anda seperti kebaikan yang Anda berikan pada orang lain. Berbicaralah dengan cara yang sopan kepadanya. Hormati pendapatnya. Dengarkan dengan sungguh-sungguh bila dia berbicara. Anak-anak akan memperlakukan orang lain sebagaimana orangtuanya memperlakukannya. Hubungan Anda dengan anak Anda merupakan pondasi bagi hubungannya dengan orang lain.
Selengkapnya...

Minggu, 30 Mei 2010

Salah Satu Cara Mengatasi Anak Sulit Belajar

January 27, 2009 by deateytomawin
Orang tua sering bingung dan pusing menghadapi anak usia 5-8 tahun untuk belajar ketika ia sulit untuk belajar. Bahkan ada orang tua stress menghadapi anak yang demikian apalagi melihat anak-anak tetangganya yang telah jauh lebih maju karena rajin dan cepat menyesuaikan diri dalam proses belajar mereka. Kebingungan dan kepanikan orang tuan ini tidak jarang diakhiri dengan membentak anak, memarahi, menjewer juga memberi bayaran berupa kue, permen dan sebagainya. Dalam tulisan ini penulis mengajak orang tua untuk tidak lagi pusing dan bingung dengan kondisi anak tersebut tetapi hendaknya sesegera mungkin mengajak anak untuk bermain terlebuh dahulu. Permainan yang dimaksukan di sini adalah serangkai gerakan-gerakan(senam) otak. Senam otak (brain gym) adalah rangkaian latihan gerakan sederhana yang dilakukan untuk memudahkan kegiatan belajar. Rangkaian gerakan yang dilakukan bisa memperbaiki konsentrasi belajar si kecil, meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan motivasi belajar, serta membuatnya lebih mampu mengendalikan stres. Itulah sebabnya, latian ini cocok untuk si kecil, terutama untuk menunjang belajarnya di sekolah.Cuma itu ? Tentu saja tidak. Senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.Latihan-latihan senam otak ini adalah inti dari Educational Kinesiology. Sebenarnya, education berasal dari kata latin, yakni educare; yang berarti menarik keluar. Sementara itu, kinesiology berasal dari bahasa Yunani, yakni kinesis, artinya gerakan. Jadi kinesiology adalah ilmu tentang gerakan tubuh manusia. Educational Kinesiology, untuk selanjutnya disingkat Edu-Kinestetik, merupakan metode yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison, seorang pendidik di Amerika, Direktur Valley Remedial Group Learning Center. Metode yang diciptakannya ini bertujuan untuk menolong para pelajar agar memanfaatkan seluruh potensi belajar alamiah (yang terpendam) melalui gerakan tubuh dan sentuhan. Apalagi, ditemukan bahwa beberapa anak berusaha terlalu keras, sehingga mekanisme integrasi otaknya justru dilemahkan. Akibatnya, anak malah mengalami hambatan dan kesulitan dalam belajar. Padahal, sebenarnya integrasi otak diperlukan agar kegiatan belajarnya utuh. Senam ini sebaiknya dilakukan ketika si kecil berusia 6 tahun. Sebab, pada usia ini biasanya ia sudah dapat memberi respons terhadap apa yang diinginkan oleh orang lain. Kalau pun tidak mampu merespons, ia tetap dapat melakukan senam secara pasif. Artinya, dalam posisi berbaring, si kecil tetap dapat dituntun untuk melakukan berbagai gerakan. Menulusuri sistem kerja otak Otak memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena, organ yang beratnya 1400 gram dan memiliki volume sekitar 230 cm3 ini merupakan pusat pengendali berbagai aktivitas fisik maupun mental. Boleh dibilang, sistem kerja organ yang satu ini memang begitu kompleks. Otak itu sendiri merupakan kumpulan jaringan syaraf yang terlindungi di dalam tengkorak. Jaringan syaraf yang tersusun dari bermilyar- milyar neuron (sel syaraf) ini terbagi menjadi dua, yakni otak besar (serebrum) yang terdiri dari belahan otak kanan dan kiri dan otak kecil (serebelum). Otak juga memiliki sistem komunikasi yang dapat bereaksi cepat dalam mengorganisasikan dan merencanakan respons terhadap informasi atau rangsangan yang masuk. Ketika informasi masuk, neuron (kesatuan syaraf) akan “menelepon” neuron lainnya, “temannya”. Mula-mula pesan akan diterima oleh dendrit (serabut pada neuron). Lalu, impuls pesan tersebut disalurkan melalui “kabel telepon”, yakni sepanjang akson (bagian dari neuron yang menyerupai batang). Selanjutnya, akson akan meneruskan impuls ke sinaps, yakni serabut yang merupakan tempat pertemuan antar-neuron yang hendak menyampaikan impuls pada neuron lain. Dari sinaps, pesan berpindah ke dendrit yang terdapat pada neuron lain. Proses penyampaian pesan seperti ini akan membentuk respons, ingatan atau pikiran seseorang. Masalahnya, seringkali informasi yang diterima otak tidak dapatdiekspresikan kembali secara utuh. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan apa yang telah dipelajari akan menimbulkan perasaan gagal dan stres, sehingga semangat belajar si kecil pun berkurang. Bila ia kurang belajar, tentu prestasinya akan kian merosot dan perasaan gagal akan terus mendera. Karena itulah, otak si kecil perlu juga diajak bersenam. Senam otak bertujuan untuk mengaktifkan potensi belahan otak (hemisfer) kanan dan kiri, sehingga pada akhirnya terjadi integrasi atau kerja sama antar keduanya. Secara garis besar, hemisfer kiri digunakan untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, serta berorientasi pada waktu dan hal-hal yang terinci. Sementara hemisfer kanan digunakan untuk hal-hal yang intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, dan sebagainya. Selain itu hemisfer kiri akan mengatur badan, mata dan telinga kanan, serta hemisfer kanan akan mengontrol badan, mata dan telinga kiri. Nah, kedua hemisfer ini “disambung” dengan corpus callosum, yakni simpul saraf kompleks dimana terjadi transmisi informasi antar-belahan otak. Bila sirkuit-sirkuit informasi dari kedua belahan otak cepat menyilang, maka kemampuan belajar anak bisa “dibangkitkan”. Untuk membaca dengan lancar, menulis dengan benar, mendengarkan dan berpikir pada saat yang sama, kita memang harus mampu “menyeberang garis tengah” yang menghubungkan otak bagian kiri dan kanan. Itu sebabnya, anak yang disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan menulis), tidak percaya diri, cenderung menarik diri dari pergaulan, atau hiperaktif (terlalu aktif), dapat juga “diaktifkan” melalui senam otak ini. PACE, kesiapan untuk belajar Sebelum si kecil mulai belajar apapun, ia harus menjalani PACE. PACE adalah empat keadaan yang diperlukan untuk belajar dengan menggunakan seluruh otak, dan PACE itu sendiri merupakan singkatan dari Positif, Aktif, Clear (jelas) dan Energitis Untuk melakukan PACE ini, si kecil harus memulainya dari Energetis (minum air), Clear (melakukan pijatan saklar otak), Aktif (melakukan gerakan silang), serta Positif (melakukan Hook Ups). Minum Air Minum air putih dalam jumlah cukup banyak, yaitu 0,3 – 0,4 liter / 10 kg Berat Badan (BB) sehari, kalau anak sedang belajar. Misalnya saja, dengan BB 50 kg, ia harus minum sekitar 1,5 – 2 liter / hari. Namun, Kalau ia sedang sakit atau banyak berkeringat, jumlah air putih yang diminumnya harus bertambah lagi, yakni menjadi 0,6 liter / 10 kg BB. Jadi, ia harus minum air sekitar 3 liter. Air mempunyai banyak fungsi dalam badan untuk menunjang belajar anak. Di antaranya adalah, darah lebih banyak menerima zat asam yang diperlukan untuk belajar, melepas protein yang diperlukan untuk belajar hal baru, melarutkan garam yang mengoptimalkan fungsi energi listrik tubuh untuk membawa informasi ke otak, serta mengaktifkan sistem limpa. Limpa berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi, hormon, dan sebagai saluran pembuangan. Memijat saklar otak Pijatan ini memiliki beberapa manfaat yakni mengkoordinasi kedua belahan otak, meningkatkan kelancaran aliran darah (zat asam) ke otak, meningkatkan keseimbangan badan, serta meningkatkan kerja sama antar-kedua mata, sehingga dapat mengurangi kejulingan. Pijatan pada titik ini akan meningkatkan peredaran darah ke otak. Berat otak kira-kira 1/50 dari berat badan, namun untuk berfungsi optimal diperlukan 1/5 dari peredaran darah. Sementara itu, tangan di pusat (perut) menyeimbangkan impuls-impuls yang berhubungan dengan telinga bagian dalam dan berpengaruh pada kemampuan belajar. Memijit Saklar Otak: Pijat lekukan di bawah tulang selangka, yakni di kiri dan kana dari bidang dada. Sementara tangan lainnya menggosok daerah pusat. Sambil melakukan latihan, gerakkan mata ke atas-bawah dan kiri-kanan Gerakan Silang Otak mengapung di dalam cairan otak. Dan, cairan otak ini memiliki beberapa fungsi, seperti melindungi otak dari gegar otak, di samping berfungsi secara elektris. Seperti halnya baterai mobil, otak manusia juga memerlukan sejenis alat elektro kimiawi, agar arus listriknya dapat mengalir. Jika aliran cairan otak tersendat-sendat, berarti telah terjadi ketidakseimbangan dalam aliran informasi di otak. Hal ini juga berkaitan dengan sistem informasi antar otak dan badan yang dapat terhambat koordinasinya. Gerakan silang melancarkan peredaran cairan otak, sehingga gangguan tersebut hilang. Belahan otak kanan mengontrol belahan tubuh kiri, demikian juga sebalikanya. Di samping itu, terdapat bagian otak dengan fungsi tertentu, seperti menyangkut fungsi intelektual, kontrol otak, dan emosi. Perkembangan bayi normal mengarah pada koordinasi kiri dan kanan yang makin serasi. Hal ini merupakan dasar pertumbuhan intelektual dan mental. Gerakan yang sangat menunjang pertumbuhan itu adalah gerakan merangkak. Dasar gerakan inilah yang merupakan awal fungsi koordinasi keseimbangan. Gerakan silang sangat bermanfaat bagi anak yang sulit belajar atau yang mengalami kesulitan koordinasi. Gerakan ini memang memiliki berbagai manfaat, seperti meningkatkan daya ingat dan daya pikir, membuat pikiran lebih jernih dan meningkatkan koordinasi tubuh, dan sebagainya. Gerakan Silang prinsipnya adalah mempertemukan anggota gerak bagian kiri dan kana, misalnya tangan kiri dengan kaki kana. Agar koordinasi gerak ini lebih “terasa”, tangan kanan di samping tubuh. Sebenarnya, setiap gerakan silang merupakan sejenis gerak jalan yang lebih disengaja. Lakukan latihan beberapa kali dalam sehari selama 2-3 menit. Mulailah dengan gerakan pelan, agar dapat diperhatikan bagian tubuh yang bergerak dan tidak bergerak Hook Ups Latihan ini menghubungkan semua lingkungan fungsi bio listrik tubuh. Kekacauan aliran energi dapat diatur kembali bila energi beredar dengan lancar di bagian tubuh yang tadinya tegang. Manfaatnya adalah si kecil menjadi lebih percaya diri, dan perhatiannya akan lebih seksama. Gerakan menyentuh ujung-ujung jari tangan akan menyeimbangkan dan menghubungkan dua belahan otak. Ditambah dengan menempatkan lidah di langit-langit mulut, maka perhatian dipusatkan pada otak bagian tengah. Emosi di dalam sistem limbik (yang bertanggung jawab terhadap informasi emosional dan otak besar untuk berpikir abstrak) dihubungkan dengan otak bagian dahi, sehingga orang lebih seimbang dan lebih mampu menyesuaikan dengan tuntutan belajar Gerakan ini bisa dilakukan dalam posisi duduk, berbaring atau berdiri. Mata kaki kiri disilangkan di atas kaki kanan. Tangan dijulurkan ke depan dan disilangkan dengan posisi tangan kiri di atas tangan kanan dan jempol ke arah bawah. Lalu, tangan diputar ke bawah dan ditarik sampai di muka dada, sehingga jempol ke arah atas. Tutup mata dan tarik napas dalam-dalam dengan lidah ditempelkan di langit-langit mulut sekitar 1 cm di belakang gigi.Buang napas panjang melalui mulut, dan lidah lepaskan lagi. b. Kedua kaki agak meregang. Ujung-ujung jari kedua tangan disambung dengan halus di depan dada, lalu lakukan napas dalam selama 1 menit. Beda dimensi, beda gerakan Otak itu sendiri dibagi menjadi 3 dimensi, yakni dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan belakang), serta dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang harus dilakukan si kecil juga bervariasi. Dimensi lateralitas Otak terdiri atas dua bagian, yakni kiri dan kanan, di mana masing- masing belahan otak mempunyai tugas tertentu. Bila kerja sama antara otak kiri dan kanan kurang baik, anak sulit membedakan antara kiri dan kanan, gerakannya kaku, tulisan tangannya jelek atau cenderung menulis huruf terbalik, sulit membaca dan menulis, mengikuti sesuatu dengan mata, sulit menggerakkan mata tanpa mengikutinya dengan kepala, tangan miring ke dalam ketika menulis, cenderung melihat ke bawah sambil berpikir, keliru dengan huruf (seperti d dan b, p dan q), serta menyebut kata sambil menulis. Beberapa gerakan untuk dimensi ini adalah 8 Tidur dan Gajah. 8 Tidur Berdiri dengan kaki agak meregang dan kepala menghadap ke depan. Angkat tangan ke depan dan kepalkan, dengan posisi jempol dalam keadaan mengacung. Gerakan dimulai dengan menaikkan jempol ke kiri atas, dan turun ke bawah, lalu kembali ke titik awal. Hal yang sama dilakukan pada sisi kana. Seiring dengan itu, mata mengikuti gerakan yang sama. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali untuk masing-masing tangan, dan kedua tangan secara bersamaan. Manfaat : mengaktifkan kerja sama kedua belahan otak, meningkatkan kemampuan penglihatan, juga membedakan dan menghafal simbol, serta menghilangkan kekeliruan dalam membedakan huruf. Gajah:Seperti posisi gerakan 8 tidur, tetapi kedua lutut sedikit ditekuk. Angkat tangan kiri lurus ke depan dengan telapak tangan dalam keadaan terbuka, kemudian letakkan telinga di atas bahu. Bayangkan tangan seolah-olah merupakan belalai gajah yang bersatu dengan kepala. Lalu, mulailah membentuk angka 8 tidur. Mata harus mengikuti gerakan tersebut. Lakukan gerakan ini, sekitar 10 kali untuk setiap tangan. Manfaat : mengaktifkan telinga bagian dalam yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh, mengkoordinasikan otak untuk mengaktifkan kedua telinga dan mata, mengendurkan otot tengkuk, meningkatkan daya ingat, dan koordinasi tubuh bagian atas dan bawah. Dimensi pemfokusan Pemfokusan adalah kemampuan untuk menyeberang “garis tengah keterlibatan” yang memisahkan otak bagian belakang dan depan. Informasi diterima oleh otak bagian belakang yang merekam semua pengalaman, lalu informasi diproses dan diteruskan ke otak bagian depan untuk mengekspresikannya sesuai tuntutan atau keinginannya. Bila si kecil takut, gugup atau mengalami stres saat belajar, secara refleks energi ditarik ke otak bagian belakang, sehingga otak bagian depan mengalami kekurangan energi. Akibatnya, jawaban yang tadinya sudah siap, tiba-tiba “terlupa” atau tidak mampu dijawabn dengan sempurna. Refleks alamiah ini muncul bila seseorang merasa dirinya dalam keadaan bahaya atau terancam hidupnya. Tidak ada waktu untuk berpikir, namun ia harus segera “berjuang dan melarikan diri”. Karena itu, tubuh akan segera menegangkan otot-otot dan memperpendek tendon atau urat-urat di tubuh bagian belakang dari kepala sampai ke ke kaki. Hal ini akan berpengaruh pada sikap tubuh dan mengacaukan keseimbangan di dalam telinga dan orientasi gerak. Bila tubuh telah terbiasa dengan refleksi pelindung tendon tersebut, maka sulit untuk menghilangkannya. Gerakan meregangkan otot telah terbukti efektif dalam mengendorkan urat dan otot sehingga energi dapat mengalir sampai di otak bagian depan yang menunjang kemampuan memahami, mengontrol gerakan dan tingkah laku yang logis untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial. Ciri khas jika otak bagian depan dan belakang kurang bekerja sama adalah otot tengkuk dan bahu tegang, kurang bersemangat untuk belajar, serta reaksi pelan. Lalu hambatam otak bagian belakang berupa anak terlalu aktif, konsentrasi dan analisis anak dalam rentang yang terlalu pendek, terlalu terinci, kurang fleksibel, kadang-kadang agresif, kurang rileks atau istirahat untuk memikirkan sesuatu lebih luas. Hambatan otak bagian depan berupa anak pasif, melamun, bila stres bingung, hipoaktif (kurang aktif), serta kemampuan untuk memperhatikan kurang, namun perasaan dan suasana (merekam dengan jelas). Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah Burung Hantu. Burung Hantu Berdiri dengan kedua kaki meregang. Letakkan telapak tangan kiri pada bahu kanan, sementara tangan kanan dibiarkan bebas.Sambil menengok ke kiri dan kanan, telapak tangan kiri “meremas- remas” bahu. Tarik napas pada saat kepala menghadap lurus ke depan, lalu buang napas ketika kepala ke samping. Ulangi untuk tangan lainnya. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.Manfaat : mengkoordinasikan pendengaran, penglihatan dan gerakan tubuh; meningkatkan konsentrasi dan sebagainya. Abjad 8:Alfabet yang dibuat berdasarkan 8 tidur ini dapat dilakukan anak dengan dua tangan (jarinya “dikunci”) bersama di udara dan di papan tulis agar otot-otot besar di tangan, bahudan dada diaktifkan. Kemudian, 8 tiudr digambarkan lebih kecil di kertas atau buku tulis dan diikutinya dengan alat tulis. Tulislah 8 tidur beberapa kali, lalu sambunglah dengan satu huruf pilihan, kemudian diteruskan lagi dengan beberapa gerakan 8 tidur.Manfaat : mengaktifkan kedua belahan otak, menunjang koordinasi tangan-mata, dapat membedakan dan menghafal symbol dan huruf, dan sebagainya. Dimensi pemusatan Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberang garis pemisah antara tubuh bagian bawah dan atas sesuai dengan fungsi-fungsi otak bagian bawah dan atas, yaitu sistem limbik. Apa yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan perasaan dan memberi arti. Bila kerja sama antar- otak besar dan sistem limbik terganggu, si kecil sulit merasakan emosi atau mengekspresikannya, cenderung bertingkah laku “berjuang atau melarikan diri” serta dapat mengalami ketakutan yang berlebihan. Dalam keadaan stres, tegangan listrik berkurang di otak besar, sehingga fungsinya pun terganggu. Tubuh manusia adalah satu sistem listrik yang sangat kompleks. Semua kesan dan masukan melalui mata, telinga dan gerakan diubah ke dalam sinyal listrik dan diteruskan melalui serabut saraf ke otak. Sebaliknya, otak mengirim sinyal listrik lainnya untuk memerintah cara bereaksi pada sistem penglihatan, pendengaran dan otot-otot. Dengan gerakan untuk meningkatkan energi dan minum air, banyak energi elektromagnetis menjadi lancar sehingga komunikasi antar-otak dan badan terjamin. Ciri khas jika otak bagian atas dan bawah kurang bekerja sama adalah bila bagian atas yang terhambat. Misalnya saja, anak bicara dan bertindak pelan, kurang fleksibel, sulit melompat, kurang berkonsentrasi, kurang terorganisasi, penakut, kurang percaya diri, ragu-ragu, sulit dalam hubungan sosial dan di sekolah. Bila bagian bawah yang terhambat menyebabkan cepat hilang keseimbangan, mengabaikan perasaan atau menilainya negatif, bicara dan bertindak terlalu cepat, serta ingin mendiskusikan segala hal. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah Tombol Bumi, Tombol Keseimbangan, Tombol Angkasa, Pasang Telinga, Titik Positif, dan lain� lain. Tombol Bumi Letakkan dua jari tangan kanan di tengah dagu, sementara telapak tangan kiri di daerah pusat (perut). Jari-jari telapak tangan kiri menunjuk ke bawah (lantai). Gerakan mata dari bawah (lantai) ke atas (langit-langit), lalu kembali ke bawah sambil melakukan napas dalam, yaitu menarik napas dalam-dalam, dan membuangnya secara perlahan. Lakukan selama 1 menit atausekitar 4-6 kali napas dalam. Ulangi gerakan untuk tangan lainnya.Manfaat : melatih mata untuk melihat benda jauh-dekat, meningkatkan koordinasi tubuh, dan lainnya. Tombol Keseimbangan:Sentuhlah tombol keseimbangan yang terletak di belakang telinga kiri di perbatasan rambut (bawah tulang tengkorak) dengan beberapa jari tangan kiri. Sementara itu, letakkan telapak tangan di daerah pusat. Posisi kepala tetap lurus ke depan. Setelah 30 detik, lakukan untuk tangan satunya lagi. Ulangi gerakan hingga beberapa kali. Manfaatmeningkatkan konsentrasi, membuat si kecil lebih siap menerima pelajaran. Titik Positif: Sentuhlah dia titik dahi, kira-kira di antara perbatasan rambut dan alis. Lakukan selama 30-60 detik.Manfaat : menenangkan pikiran dan lain-lain.
Sumber: 1. Pelatihan Brain Gym oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jurusan Perkembangan, Juni 2001. 2. Konsultasi Ilmiah : dr. Ruswaldi Munir, Sp.KO, Kedokteran Olahraga- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Majalah Ayahbunda – 2001
Selengkapnya...