Minggu, 30 Mei 2010

Salah Satu Cara Mengatasi Anak Sulit Belajar

January 27, 2009 by deateytomawin
Orang tua sering bingung dan pusing menghadapi anak usia 5-8 tahun untuk belajar ketika ia sulit untuk belajar. Bahkan ada orang tua stress menghadapi anak yang demikian apalagi melihat anak-anak tetangganya yang telah jauh lebih maju karena rajin dan cepat menyesuaikan diri dalam proses belajar mereka. Kebingungan dan kepanikan orang tuan ini tidak jarang diakhiri dengan membentak anak, memarahi, menjewer juga memberi bayaran berupa kue, permen dan sebagainya. Dalam tulisan ini penulis mengajak orang tua untuk tidak lagi pusing dan bingung dengan kondisi anak tersebut tetapi hendaknya sesegera mungkin mengajak anak untuk bermain terlebuh dahulu. Permainan yang dimaksukan di sini adalah serangkai gerakan-gerakan(senam) otak. Senam otak (brain gym) adalah rangkaian latihan gerakan sederhana yang dilakukan untuk memudahkan kegiatan belajar. Rangkaian gerakan yang dilakukan bisa memperbaiki konsentrasi belajar si kecil, meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan motivasi belajar, serta membuatnya lebih mampu mengendalikan stres. Itulah sebabnya, latian ini cocok untuk si kecil, terutama untuk menunjang belajarnya di sekolah.Cuma itu ? Tentu saja tidak. Senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.Latihan-latihan senam otak ini adalah inti dari Educational Kinesiology. Sebenarnya, education berasal dari kata latin, yakni educare; yang berarti menarik keluar. Sementara itu, kinesiology berasal dari bahasa Yunani, yakni kinesis, artinya gerakan. Jadi kinesiology adalah ilmu tentang gerakan tubuh manusia. Educational Kinesiology, untuk selanjutnya disingkat Edu-Kinestetik, merupakan metode yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison, seorang pendidik di Amerika, Direktur Valley Remedial Group Learning Center. Metode yang diciptakannya ini bertujuan untuk menolong para pelajar agar memanfaatkan seluruh potensi belajar alamiah (yang terpendam) melalui gerakan tubuh dan sentuhan. Apalagi, ditemukan bahwa beberapa anak berusaha terlalu keras, sehingga mekanisme integrasi otaknya justru dilemahkan. Akibatnya, anak malah mengalami hambatan dan kesulitan dalam belajar. Padahal, sebenarnya integrasi otak diperlukan agar kegiatan belajarnya utuh. Senam ini sebaiknya dilakukan ketika si kecil berusia 6 tahun. Sebab, pada usia ini biasanya ia sudah dapat memberi respons terhadap apa yang diinginkan oleh orang lain. Kalau pun tidak mampu merespons, ia tetap dapat melakukan senam secara pasif. Artinya, dalam posisi berbaring, si kecil tetap dapat dituntun untuk melakukan berbagai gerakan. Menulusuri sistem kerja otak Otak memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena, organ yang beratnya 1400 gram dan memiliki volume sekitar 230 cm3 ini merupakan pusat pengendali berbagai aktivitas fisik maupun mental. Boleh dibilang, sistem kerja organ yang satu ini memang begitu kompleks. Otak itu sendiri merupakan kumpulan jaringan syaraf yang terlindungi di dalam tengkorak. Jaringan syaraf yang tersusun dari bermilyar- milyar neuron (sel syaraf) ini terbagi menjadi dua, yakni otak besar (serebrum) yang terdiri dari belahan otak kanan dan kiri dan otak kecil (serebelum). Otak juga memiliki sistem komunikasi yang dapat bereaksi cepat dalam mengorganisasikan dan merencanakan respons terhadap informasi atau rangsangan yang masuk. Ketika informasi masuk, neuron (kesatuan syaraf) akan “menelepon” neuron lainnya, “temannya”. Mula-mula pesan akan diterima oleh dendrit (serabut pada neuron). Lalu, impuls pesan tersebut disalurkan melalui “kabel telepon”, yakni sepanjang akson (bagian dari neuron yang menyerupai batang). Selanjutnya, akson akan meneruskan impuls ke sinaps, yakni serabut yang merupakan tempat pertemuan antar-neuron yang hendak menyampaikan impuls pada neuron lain. Dari sinaps, pesan berpindah ke dendrit yang terdapat pada neuron lain. Proses penyampaian pesan seperti ini akan membentuk respons, ingatan atau pikiran seseorang. Masalahnya, seringkali informasi yang diterima otak tidak dapatdiekspresikan kembali secara utuh. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan apa yang telah dipelajari akan menimbulkan perasaan gagal dan stres, sehingga semangat belajar si kecil pun berkurang. Bila ia kurang belajar, tentu prestasinya akan kian merosot dan perasaan gagal akan terus mendera. Karena itulah, otak si kecil perlu juga diajak bersenam. Senam otak bertujuan untuk mengaktifkan potensi belahan otak (hemisfer) kanan dan kiri, sehingga pada akhirnya terjadi integrasi atau kerja sama antar keduanya. Secara garis besar, hemisfer kiri digunakan untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, serta berorientasi pada waktu dan hal-hal yang terinci. Sementara hemisfer kanan digunakan untuk hal-hal yang intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, dan sebagainya. Selain itu hemisfer kiri akan mengatur badan, mata dan telinga kanan, serta hemisfer kanan akan mengontrol badan, mata dan telinga kiri. Nah, kedua hemisfer ini “disambung” dengan corpus callosum, yakni simpul saraf kompleks dimana terjadi transmisi informasi antar-belahan otak. Bila sirkuit-sirkuit informasi dari kedua belahan otak cepat menyilang, maka kemampuan belajar anak bisa “dibangkitkan”. Untuk membaca dengan lancar, menulis dengan benar, mendengarkan dan berpikir pada saat yang sama, kita memang harus mampu “menyeberang garis tengah” yang menghubungkan otak bagian kiri dan kanan. Itu sebabnya, anak yang disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan menulis), tidak percaya diri, cenderung menarik diri dari pergaulan, atau hiperaktif (terlalu aktif), dapat juga “diaktifkan” melalui senam otak ini. PACE, kesiapan untuk belajar Sebelum si kecil mulai belajar apapun, ia harus menjalani PACE. PACE adalah empat keadaan yang diperlukan untuk belajar dengan menggunakan seluruh otak, dan PACE itu sendiri merupakan singkatan dari Positif, Aktif, Clear (jelas) dan Energitis Untuk melakukan PACE ini, si kecil harus memulainya dari Energetis (minum air), Clear (melakukan pijatan saklar otak), Aktif (melakukan gerakan silang), serta Positif (melakukan Hook Ups). Minum Air Minum air putih dalam jumlah cukup banyak, yaitu 0,3 – 0,4 liter / 10 kg Berat Badan (BB) sehari, kalau anak sedang belajar. Misalnya saja, dengan BB 50 kg, ia harus minum sekitar 1,5 – 2 liter / hari. Namun, Kalau ia sedang sakit atau banyak berkeringat, jumlah air putih yang diminumnya harus bertambah lagi, yakni menjadi 0,6 liter / 10 kg BB. Jadi, ia harus minum air sekitar 3 liter. Air mempunyai banyak fungsi dalam badan untuk menunjang belajar anak. Di antaranya adalah, darah lebih banyak menerima zat asam yang diperlukan untuk belajar, melepas protein yang diperlukan untuk belajar hal baru, melarutkan garam yang mengoptimalkan fungsi energi listrik tubuh untuk membawa informasi ke otak, serta mengaktifkan sistem limpa. Limpa berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi, hormon, dan sebagai saluran pembuangan. Memijat saklar otak Pijatan ini memiliki beberapa manfaat yakni mengkoordinasi kedua belahan otak, meningkatkan kelancaran aliran darah (zat asam) ke otak, meningkatkan keseimbangan badan, serta meningkatkan kerja sama antar-kedua mata, sehingga dapat mengurangi kejulingan. Pijatan pada titik ini akan meningkatkan peredaran darah ke otak. Berat otak kira-kira 1/50 dari berat badan, namun untuk berfungsi optimal diperlukan 1/5 dari peredaran darah. Sementara itu, tangan di pusat (perut) menyeimbangkan impuls-impuls yang berhubungan dengan telinga bagian dalam dan berpengaruh pada kemampuan belajar. Memijit Saklar Otak: Pijat lekukan di bawah tulang selangka, yakni di kiri dan kana dari bidang dada. Sementara tangan lainnya menggosok daerah pusat. Sambil melakukan latihan, gerakkan mata ke atas-bawah dan kiri-kanan Gerakan Silang Otak mengapung di dalam cairan otak. Dan, cairan otak ini memiliki beberapa fungsi, seperti melindungi otak dari gegar otak, di samping berfungsi secara elektris. Seperti halnya baterai mobil, otak manusia juga memerlukan sejenis alat elektro kimiawi, agar arus listriknya dapat mengalir. Jika aliran cairan otak tersendat-sendat, berarti telah terjadi ketidakseimbangan dalam aliran informasi di otak. Hal ini juga berkaitan dengan sistem informasi antar otak dan badan yang dapat terhambat koordinasinya. Gerakan silang melancarkan peredaran cairan otak, sehingga gangguan tersebut hilang. Belahan otak kanan mengontrol belahan tubuh kiri, demikian juga sebalikanya. Di samping itu, terdapat bagian otak dengan fungsi tertentu, seperti menyangkut fungsi intelektual, kontrol otak, dan emosi. Perkembangan bayi normal mengarah pada koordinasi kiri dan kanan yang makin serasi. Hal ini merupakan dasar pertumbuhan intelektual dan mental. Gerakan yang sangat menunjang pertumbuhan itu adalah gerakan merangkak. Dasar gerakan inilah yang merupakan awal fungsi koordinasi keseimbangan. Gerakan silang sangat bermanfaat bagi anak yang sulit belajar atau yang mengalami kesulitan koordinasi. Gerakan ini memang memiliki berbagai manfaat, seperti meningkatkan daya ingat dan daya pikir, membuat pikiran lebih jernih dan meningkatkan koordinasi tubuh, dan sebagainya. Gerakan Silang prinsipnya adalah mempertemukan anggota gerak bagian kiri dan kana, misalnya tangan kiri dengan kaki kana. Agar koordinasi gerak ini lebih “terasa”, tangan kanan di samping tubuh. Sebenarnya, setiap gerakan silang merupakan sejenis gerak jalan yang lebih disengaja. Lakukan latihan beberapa kali dalam sehari selama 2-3 menit. Mulailah dengan gerakan pelan, agar dapat diperhatikan bagian tubuh yang bergerak dan tidak bergerak Hook Ups Latihan ini menghubungkan semua lingkungan fungsi bio listrik tubuh. Kekacauan aliran energi dapat diatur kembali bila energi beredar dengan lancar di bagian tubuh yang tadinya tegang. Manfaatnya adalah si kecil menjadi lebih percaya diri, dan perhatiannya akan lebih seksama. Gerakan menyentuh ujung-ujung jari tangan akan menyeimbangkan dan menghubungkan dua belahan otak. Ditambah dengan menempatkan lidah di langit-langit mulut, maka perhatian dipusatkan pada otak bagian tengah. Emosi di dalam sistem limbik (yang bertanggung jawab terhadap informasi emosional dan otak besar untuk berpikir abstrak) dihubungkan dengan otak bagian dahi, sehingga orang lebih seimbang dan lebih mampu menyesuaikan dengan tuntutan belajar Gerakan ini bisa dilakukan dalam posisi duduk, berbaring atau berdiri. Mata kaki kiri disilangkan di atas kaki kanan. Tangan dijulurkan ke depan dan disilangkan dengan posisi tangan kiri di atas tangan kanan dan jempol ke arah bawah. Lalu, tangan diputar ke bawah dan ditarik sampai di muka dada, sehingga jempol ke arah atas. Tutup mata dan tarik napas dalam-dalam dengan lidah ditempelkan di langit-langit mulut sekitar 1 cm di belakang gigi.Buang napas panjang melalui mulut, dan lidah lepaskan lagi. b. Kedua kaki agak meregang. Ujung-ujung jari kedua tangan disambung dengan halus di depan dada, lalu lakukan napas dalam selama 1 menit. Beda dimensi, beda gerakan Otak itu sendiri dibagi menjadi 3 dimensi, yakni dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan belakang), serta dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang harus dilakukan si kecil juga bervariasi. Dimensi lateralitas Otak terdiri atas dua bagian, yakni kiri dan kanan, di mana masing- masing belahan otak mempunyai tugas tertentu. Bila kerja sama antara otak kiri dan kanan kurang baik, anak sulit membedakan antara kiri dan kanan, gerakannya kaku, tulisan tangannya jelek atau cenderung menulis huruf terbalik, sulit membaca dan menulis, mengikuti sesuatu dengan mata, sulit menggerakkan mata tanpa mengikutinya dengan kepala, tangan miring ke dalam ketika menulis, cenderung melihat ke bawah sambil berpikir, keliru dengan huruf (seperti d dan b, p dan q), serta menyebut kata sambil menulis. Beberapa gerakan untuk dimensi ini adalah 8 Tidur dan Gajah. 8 Tidur Berdiri dengan kaki agak meregang dan kepala menghadap ke depan. Angkat tangan ke depan dan kepalkan, dengan posisi jempol dalam keadaan mengacung. Gerakan dimulai dengan menaikkan jempol ke kiri atas, dan turun ke bawah, lalu kembali ke titik awal. Hal yang sama dilakukan pada sisi kana. Seiring dengan itu, mata mengikuti gerakan yang sama. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali untuk masing-masing tangan, dan kedua tangan secara bersamaan. Manfaat : mengaktifkan kerja sama kedua belahan otak, meningkatkan kemampuan penglihatan, juga membedakan dan menghafal simbol, serta menghilangkan kekeliruan dalam membedakan huruf. Gajah:Seperti posisi gerakan 8 tidur, tetapi kedua lutut sedikit ditekuk. Angkat tangan kiri lurus ke depan dengan telapak tangan dalam keadaan terbuka, kemudian letakkan telinga di atas bahu. Bayangkan tangan seolah-olah merupakan belalai gajah yang bersatu dengan kepala. Lalu, mulailah membentuk angka 8 tidur. Mata harus mengikuti gerakan tersebut. Lakukan gerakan ini, sekitar 10 kali untuk setiap tangan. Manfaat : mengaktifkan telinga bagian dalam yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh, mengkoordinasikan otak untuk mengaktifkan kedua telinga dan mata, mengendurkan otot tengkuk, meningkatkan daya ingat, dan koordinasi tubuh bagian atas dan bawah. Dimensi pemfokusan Pemfokusan adalah kemampuan untuk menyeberang “garis tengah keterlibatan” yang memisahkan otak bagian belakang dan depan. Informasi diterima oleh otak bagian belakang yang merekam semua pengalaman, lalu informasi diproses dan diteruskan ke otak bagian depan untuk mengekspresikannya sesuai tuntutan atau keinginannya. Bila si kecil takut, gugup atau mengalami stres saat belajar, secara refleks energi ditarik ke otak bagian belakang, sehingga otak bagian depan mengalami kekurangan energi. Akibatnya, jawaban yang tadinya sudah siap, tiba-tiba “terlupa” atau tidak mampu dijawabn dengan sempurna. Refleks alamiah ini muncul bila seseorang merasa dirinya dalam keadaan bahaya atau terancam hidupnya. Tidak ada waktu untuk berpikir, namun ia harus segera “berjuang dan melarikan diri”. Karena itu, tubuh akan segera menegangkan otot-otot dan memperpendek tendon atau urat-urat di tubuh bagian belakang dari kepala sampai ke ke kaki. Hal ini akan berpengaruh pada sikap tubuh dan mengacaukan keseimbangan di dalam telinga dan orientasi gerak. Bila tubuh telah terbiasa dengan refleksi pelindung tendon tersebut, maka sulit untuk menghilangkannya. Gerakan meregangkan otot telah terbukti efektif dalam mengendorkan urat dan otot sehingga energi dapat mengalir sampai di otak bagian depan yang menunjang kemampuan memahami, mengontrol gerakan dan tingkah laku yang logis untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial. Ciri khas jika otak bagian depan dan belakang kurang bekerja sama adalah otot tengkuk dan bahu tegang, kurang bersemangat untuk belajar, serta reaksi pelan. Lalu hambatam otak bagian belakang berupa anak terlalu aktif, konsentrasi dan analisis anak dalam rentang yang terlalu pendek, terlalu terinci, kurang fleksibel, kadang-kadang agresif, kurang rileks atau istirahat untuk memikirkan sesuatu lebih luas. Hambatan otak bagian depan berupa anak pasif, melamun, bila stres bingung, hipoaktif (kurang aktif), serta kemampuan untuk memperhatikan kurang, namun perasaan dan suasana (merekam dengan jelas). Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah Burung Hantu. Burung Hantu Berdiri dengan kedua kaki meregang. Letakkan telapak tangan kiri pada bahu kanan, sementara tangan kanan dibiarkan bebas.Sambil menengok ke kiri dan kanan, telapak tangan kiri “meremas- remas” bahu. Tarik napas pada saat kepala menghadap lurus ke depan, lalu buang napas ketika kepala ke samping. Ulangi untuk tangan lainnya. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.Manfaat : mengkoordinasikan pendengaran, penglihatan dan gerakan tubuh; meningkatkan konsentrasi dan sebagainya. Abjad 8:Alfabet yang dibuat berdasarkan 8 tidur ini dapat dilakukan anak dengan dua tangan (jarinya “dikunci”) bersama di udara dan di papan tulis agar otot-otot besar di tangan, bahudan dada diaktifkan. Kemudian, 8 tiudr digambarkan lebih kecil di kertas atau buku tulis dan diikutinya dengan alat tulis. Tulislah 8 tidur beberapa kali, lalu sambunglah dengan satu huruf pilihan, kemudian diteruskan lagi dengan beberapa gerakan 8 tidur.Manfaat : mengaktifkan kedua belahan otak, menunjang koordinasi tangan-mata, dapat membedakan dan menghafal symbol dan huruf, dan sebagainya. Dimensi pemusatan Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberang garis pemisah antara tubuh bagian bawah dan atas sesuai dengan fungsi-fungsi otak bagian bawah dan atas, yaitu sistem limbik. Apa yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan perasaan dan memberi arti. Bila kerja sama antar- otak besar dan sistem limbik terganggu, si kecil sulit merasakan emosi atau mengekspresikannya, cenderung bertingkah laku “berjuang atau melarikan diri” serta dapat mengalami ketakutan yang berlebihan. Dalam keadaan stres, tegangan listrik berkurang di otak besar, sehingga fungsinya pun terganggu. Tubuh manusia adalah satu sistem listrik yang sangat kompleks. Semua kesan dan masukan melalui mata, telinga dan gerakan diubah ke dalam sinyal listrik dan diteruskan melalui serabut saraf ke otak. Sebaliknya, otak mengirim sinyal listrik lainnya untuk memerintah cara bereaksi pada sistem penglihatan, pendengaran dan otot-otot. Dengan gerakan untuk meningkatkan energi dan minum air, banyak energi elektromagnetis menjadi lancar sehingga komunikasi antar-otak dan badan terjamin. Ciri khas jika otak bagian atas dan bawah kurang bekerja sama adalah bila bagian atas yang terhambat. Misalnya saja, anak bicara dan bertindak pelan, kurang fleksibel, sulit melompat, kurang berkonsentrasi, kurang terorganisasi, penakut, kurang percaya diri, ragu-ragu, sulit dalam hubungan sosial dan di sekolah. Bila bagian bawah yang terhambat menyebabkan cepat hilang keseimbangan, mengabaikan perasaan atau menilainya negatif, bicara dan bertindak terlalu cepat, serta ingin mendiskusikan segala hal. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah Tombol Bumi, Tombol Keseimbangan, Tombol Angkasa, Pasang Telinga, Titik Positif, dan lain� lain. Tombol Bumi Letakkan dua jari tangan kanan di tengah dagu, sementara telapak tangan kiri di daerah pusat (perut). Jari-jari telapak tangan kiri menunjuk ke bawah (lantai). Gerakan mata dari bawah (lantai) ke atas (langit-langit), lalu kembali ke bawah sambil melakukan napas dalam, yaitu menarik napas dalam-dalam, dan membuangnya secara perlahan. Lakukan selama 1 menit atausekitar 4-6 kali napas dalam. Ulangi gerakan untuk tangan lainnya.Manfaat : melatih mata untuk melihat benda jauh-dekat, meningkatkan koordinasi tubuh, dan lainnya. Tombol Keseimbangan:Sentuhlah tombol keseimbangan yang terletak di belakang telinga kiri di perbatasan rambut (bawah tulang tengkorak) dengan beberapa jari tangan kiri. Sementara itu, letakkan telapak tangan di daerah pusat. Posisi kepala tetap lurus ke depan. Setelah 30 detik, lakukan untuk tangan satunya lagi. Ulangi gerakan hingga beberapa kali. Manfaatmeningkatkan konsentrasi, membuat si kecil lebih siap menerima pelajaran. Titik Positif: Sentuhlah dia titik dahi, kira-kira di antara perbatasan rambut dan alis. Lakukan selama 30-60 detik.Manfaat : menenangkan pikiran dan lain-lain.
Sumber: 1. Pelatihan Brain Gym oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jurusan Perkembangan, Juni 2001. 2. Konsultasi Ilmiah : dr. Ruswaldi Munir, Sp.KO, Kedokteran Olahraga- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Majalah Ayahbunda – 2001
Selengkapnya...

Selasa, 25 Mei 2010

FAKTOR MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS AKSELERASI (Bagian 1)

Siswa yang mengikuti program akselerasi adalah siswa yang memiliki tingkat kecerdasan, komitmen dan kreatifitas yang sangat tinggi. Namun dalam kenyataannya, kita sebagai guru sering mendapatkan prestasi siswa yang belum maksimal mengembangkan potensinya. Bahkan mungkin tidak mustahil ada siswa yang gagal melanjutkan program akselerasi sampai akhir.
Salah satu masalah yang paling terasa adalah kurangnya motivasi diri dari siswa itu sendiri sehingga kemampuannya tidak terksplorasi dengan maksimal. Kalau siswa akselerasi diibaratkan sebagai bahan peledak, maka memantikkan api adalah yang selalu menjadi masalah. Perlu strategi khusus untuk mampu memotivasi diri mereka agar timbul kesadaran bahwa sebenarnya mereka memiliki potensi luar biasa yang harus dikembangkan.
Guru akselerasi harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar sisa dapat berupaya mengerahkan segala kemampuannya dalam proses belajar. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar dan fasilitator namun juga sebagai motivator andal. Untuk itu maka guru wajib mempelajari, memahami dan kemudian melaksanakan langkah-langkah memotivasi siswa agar motivasi diri siswa dapat terpacu dan terpicu. Masalah muncul ketika guru juga belum mehmahami hakekat, macam, dan fungsi dari pemberian motivasi tersebut. Ketidakpahaman ini akan berdampak pada ketidaksadaran akan pentingnya memberikan motivasi. Guru hanya mampu memberikan reward (penghargaan) kepada siswa yang mendapatkan nilai baik sementara hanya memberikan punishment (hukuman) kepada siswa yang gagal untuk menunjukkan prestasi. Padahal semua siswa berhak untuk mendapatkan motivasi yang sama. Siswa yang mampu berprestasi memerlukan motivasi untuk bisa mempertahankan prestasinya, namun juga terus memberikan motivasi kepada siswa yang belum berprestasi dengan memberikan juga penghargaan, bukan hanya hukuman.

Mengapa Perlu Memberikan Motivasi ?
Seorang siswa begitu bersemangat belajar matematika. Dia melakukan apapun untuk bisa memahami materi yang diberikan oleh guru matematika. Perhatiannya dia curahkan untuk bisa memahami setiap angka dan simbol yang ditulis oleh guru dipapan tulis. Bahkan untuk lebih memahaminya, dirumah anak itu pun melakukan les privat. Bahkan orang tua pun mendukungnya dengan membelikan anak itu kumpulan soal atau bank soal matematika. Tujuan anak dan orang tua itu sederhana, MENDAPATKAN NILAI UJIAN NASIONAL 100.
Seorang siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memahami suatu materi pelajaran bila siswa tersebut mengetahui tujuannya mempelajari materi tersebut. Sekarang mari kita fikirkan kembali, apakah kita bisa menjelaskan, apa fungsi atau kepentingan yang bisa mereka raih ketika mempelajari materi yang sedang guru ajarkan?
Untuk pelajaran matematika, siswa tidak akan bertanya apa gunanya belajar logaritma, karena bagi mereka yang penting adalah mendapatkan nilai UN yang sempurna. Tapi untuk mata pelajaran yang tidak di UN kan, siswa bisa jadi tidak memiliki motivasi yang kuat karena tidak menemukan alasan yang jelas dan tepat untuk apa mereka belajar.
Seorang siswa akan merasa terbebani untuk mempelajari undang-undang karena selain tidak akan dipakai dalam kehidupannya sehari-hari, juga tidak merasa perlu karena tidak ada tuntutan untuk mendapatkan nilai sempurna. Atau seorang siswa tidak merasa perlu memahami pelajaran bahasa sunda karena dia merasa tidak pernah memakainya dalam kehidupannya sehari-hari dan karena bahasa sunda tidak akan di-ujian nasional-kan.
Akan lain ceritanya bila bahasa sunda di-ujian nasional-kan. Mereka tidak akan berpikir apakah bahasa sunda itu akan dipakai atau tidak dalam kehidupan sehari-harinya, yang jelas mereka akan berusaha untuk bisa memahami bahasa sunda karena akan berpengaruh pada keberhasilannya masuk SMA fovorit atau tidak.
Oleh karena itu, untuk mata pelajaran yang tidak di UN kan, guru harus mampu lebih memotivasi kepada siswanya untuk menyadari hakekat dari ilmu yang dipalajarinya. Bahwa pelajaran agama bukan hanya untuk mendapatkan nilai bagus di ilmu agama, bahwa belajar sejarah bukan hanya untuk mengingat tanggal, tahun dan tokoh, bahwa belajar undang-undang bukan hanya menghapal ayat dan pasal, namun jauh lebih itu adalah untuk membuat mereka mampu berpikir lebih utuh dan memiliki wawasan luas dalam segala hal dan itu bisa sangat bermanfaat bagi mereka tidak saja dimasa yang akan datang, tapi juga hari ini.
Apa Sih Motivasi Itu?
Motivasi adalah “dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang ditunjukkan seseorang adalah untuk mencapai tujuan atau motif tertentu”. Oleh karena itu, motivasi seseorang sangat tergantung pada seberapa besar motive atau seberapa “nyata”-nya tujuan yang hendak mereka capai.
Frederirc J. McDonald mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan baik disadari maupun tidak. dari definisi diatas bisa kita simpulkan bahwa untuk bisa memberikan motivasi maka salah satu yang harus menjadi fokus adalah membantu siswa untuk membuat visi dan tujuannya dalam belajar.
Selengkapnya...

Senin, 24 Mei 2010

Orang Kidal Berpikir Lebih Cepat dan Kreatif

Senin, 24/05/2010 13:58 WIB
Merry Wahyuningsih - detikHealth

Jakarta, Orang selalu diajarkan untuk menggunakan tangan kanan saat bersalaman, makan, menulis, olahraga, atau pekerjaan lainnya. Tapi banyak seniman, olahragawan bahkan pemimpin dunia yang punya kebiasaan kidal alias terbiasa menggunakan tangan kiri. Benarkah orang kidal lebih cepat dan kreatif?

Tangan kiri memang lekat dengan anggapan 'tangan setan' atau 'tangan terkutuk'. Dan sejak kecil orangtua sudah mengajarkan anaknya untuk selalu menggunakan tangan kanan untuk melakukan hal-hal baik.

Banyak orangtua di tahun 70-an dan 80-an yang memaksa anaknya yang kidal untuk dapat menggunakan tangan kanan. Tetapi sekarang diketahui bahwa orang kidal lebih unggul, seperti menjadi pilot pesawat tempur atau kemampuan berbicara dan mengemudi pada saat yang sama. Menurut Scientific American, ada sekitar 15 persen orang yang aktif menggunakan tangan kiri atau kidal. Alasan sebagian orang kidal tidak sepenuhnya jelas, tergantung pada campuran faktor genetik dan lingkungan.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neuropsychology menunjukkan bahwa orang kidal lebih cepat memproses beberapa rangsangan ketimbang orang yang menggunakan tangan kanan. Hal ini juga membuat orang kidal lebih kreatif.

Penelitian yang dilakukan di Australian National University (ANU) tampaknya mendukung studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan tangan kanan atau kiri ditentukan sejak dalam rahim.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang kidal lebih cepat dan kreatif karena menggunakan kedua belahan otaknya, berbeda dengan orang yang terbiasa menggunakan tangan kanan yang hanya menggunakan otak kiri.

Kedua belahan otak sebenarnya hampir sama, dan sebagian besar untuk memproses informasi yang sama, dengan data lewat bolak-balik di antara keduanya terutama melalui jalur saraf utama.

Namun, tugas-tugas tertentu, seperti pengolahan bahasa, cenderung terjadi pada satu belahan saja. Bagi kebanyakan orang, pengolahan bahasa terjadi di bagian kiri.

Untuk orang kidal, tugas-tugas tersebut mungkin terjadi di kedua belahan otak.

Bidang keahlian lain adalah pengolahan data indra, biasanya data yang dikumpulkan di sisi kanan tubuh, seperti mata kanan, telinga kanan, dan lainnya, akan menuju ke belahan kiri untuk pemrosesan. Dan sebaliknya, data yang dikumpulkan di belahan kiri akan menuju belahan otak kanan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa orang kidal yang terbiasa menulis dengan tangan kiri mungkin memiliki otak yang lebih kondusif untuk simultan atau rangsangan dan pengolahan di kedua bagian otak. Orang kidal lebih mudah menggunakan kedua belahan otak untuk mengelola rangsangan, sehingga keseluruhan proses dan waktu respon lebih cepat.

Ini juga bisa berarti bahwa ketika salah satu belahan otak mendapat kelebihan beban dan mulai melambat, belahan otak lain bisa lebih mudah memilih mengisi kekosongan itu.

Para pakar juga berteori bahwa orang kidal memiliki mental lebih baik saat di usia tua dan saat proses otak secara keseluruhan mulai melambat.

Dan seperti yang dikutip dari Ehow, Senin (24/5/2010), orang kidal cenderung lebih atletis, memiliki kesadaran yang lebih spasial dan berpikir lebih cepat.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Dr Alan Searleman dari St Lawrence University di New York, menunjukkan bahwa orang kidal mampu mendukung sisi kiri tubuhnya untuk semua kegiatan fisik.

Orang kidal juga dua kali lebih terampil dalam pemecahan masalah dan memiliki IQ lebih tinggi dari orang yang aktif dengan tangan kanan.

Beberapa orang kidal terkenal seperti Presiden George HW Bush, Bill Clinton dan Barack Obama, Pangeran Charles dan Pangeran William dari Inggris. Musisi Jimi Hendrix, Kurt Cobain dan Paul McCartney. Ilmuwan Isaac Newton, Marie Curie dan Benjamin Franklin. Seniman Michelangelo dan Leonardo Da Vinci, dan tokoh-tokoh sejarah Alexander Agung, Charlemagne dan Julius Caesar.

http://health.detik.com
(mer/ir)
Selengkapnya...

Kamis, 20 Mei 2010

Advertising

Selengkapnya...

Advertising

Selengkapnya...

POLA ASUH KELUARGA DALAM MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SISWA

Saya pernah menulis tentang beberapa karakter unik anak Cerdas istimewa dan beberapa solusi penanganannya berdasarkan pengalaman saya selama mendampingi Anak Cerdas Istimewa (ACI) melalui program akselerasi. Namun yang lebih menarik sebenarnya adalah bagaimana pengalaman penulis dan pengurus program akselerasi dalam menghadapi berbagai karakter orang tua anak akselerasi yang juga memiliki karakter “khusus” dibandingkan dengan orang tua dari siswa reguler.
Saya belum menemukan alasan mengapa merasa kalau orang tua siswa akselerasi juga memerlukan pendampingan dan penanganan khusus selama anaknya mengikuti program akselerasi ini. Namun saya mungkin bisa menduga - dugaan yang dilandasi pengalaman langsung dalam menghadapi berbagai tipe dan karakter orang tua siswa akselerasi – bahwa hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal berikut :
Pertama, orang tua belum memahami keunikan, kelebihan dan kelemahan dari anak cerdas istimewa itu sendiri. Banyak orang tua yang baru menyadari bahwa anaknya memiliki “anugrah” dari Tuhan berupa kecerdasan diatas anak-anak lain yang seusianya ketika anaknya akan memasuki sekolah yang melaksanakan program akselerasi.
Selama SD mungkin ada anak yang tidak pernah mengikuti psikotest sehingga beberapa potensi tersembunyi anaknya belum mampu teridentifikasi. Sering orang tua hanya memperhatikan sifat anak yang cenderung negatif ketimbang sifat positifnya. Ketika anak mendapatkan nilai yang baik atau berperilaku sopan, orang tua memandang itu sebagai sebuah kewajiban dan perilaku yang normal sehingga kurang memberikan respon positif untuk menghargainya.
Namun ketika anak berbuat kesalahan atau berperilaku negatif seperti malas belajar dan sering membangkang, maka orang tua langsung bereaksi dengan memberikan punishment berupa stigma negatif tersebut kepada anak. Oleh karena itu tidak sedikit kemudian terheran-heran ketika anaknya dinyatakan direkomendasikan masuk program akselerasi sebagai bentuk layanan terhadap ACI.
Kalaupun ada yang melakukan psikotest terhadap anaknya, data yang diperoleh tidak dijadikan acuan dalam menindaklnjuti penanganan atas kelebihan dan kelemahan anak yangberhasil diidentifikasi oleh hasil psikotest tersebut. Bisa jadi karena orang tua tidak pernah melihat bentuk atau wujud dari keunikan anak-anaknya.
Kedua, orang tua masih merasa bahwa pola asuh yang dilaksanakan selama ini telah berhasil membawa anaknya menngaruhi tantangan dan hambatan dalam belajar. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan anaknya menjalani pendidikan dasar.
Ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa anaknya memiliki keunikan, maka orang tua cenderung untuk tetap melakukan pola asuh yang sama dengan alasan pola lama yang dianggap berhasil dan memberikan perhatian khusus dikhawatirkan akan berdampak pada perubahan tingkah laku anak.
Ketiga, orang tua kurang memahami arti kata “perlakukan khusus” dan “istimewa” pada label cerdas istimewa. Khusus atau istimewa sering diidentifikasikan dengan kata “eksklusif” yang berarti siswa akan “dipisahkan”, “disterilkan”, “diisolasi” dari kehidupan nyata dengan membuat sebuah lingkungan terpisah dengan lingkungan sosial lainnya.
Padahal kata “khusus” dan “istimewa” dalam konteks akselerasi adalah semata dalam pengertian pemberian dan pemenuhan hak pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dari anugrah yang diberikan Tuhan berupa kemampuan intelektual yang tinggi. Jadi bukan dalam bentuk fasilitas maupun pembedaan perlakuan, namun lebih berfokus pada pengaturan atau manajemen pendidikan dalam rangka pemenuhan kebutuhan siswa dalam menerima informasi dan pengetahuan yang lebih cepat dan lebih mendalam dibandingkan siswa lainnya.
Hal itu menjadi penting bukan saja untuk memaksimalkan potensi mereka yang berguna bagi masyarakat, namun juga untuk meminimalisir dampak negatif apabila anak cerdas istimewa ini tidak ditangani secara proporsional.

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Cerdas Istimewa
Dari uraian diatas saya bisa sedikit melihat bagaimana karakter pola asuh orang tua dari tampilan anak-anak sehari-hari. Misalnya ketika melihat anak yang cepat panik, bingung dan inferior ketika menemukan sebuah permasalahan, maka saya bisa sedikit mengira bahwa pola asuh orang tua dirumah cenderung dominan dalam mengatur pola hidup anaknya. Dominasi ini bisa berupa ketat mengatur jadwal kegiatan anak, dalam memberikan instruksi atau menentukan sesuatu itu baik atau benar.
Terdapat beberapa pola hubungan orang tua dengan anak yang akan berdampak pada pembentukan dan perkembangan anak atau bagaimana perlakuan orang tua terhadap anak berpengaruh pada profil tingkah laku anak.
Dalam buku Landasan Bimbingan dan Konseling (Dr. Syamsu Yusuf,LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan) menyadur alizabeth Hurlock (Child Development, 1956), diuraikan tabel tentang hubungan tersebut. Adapun uraian tersebut berisi sebagai berikut:
Pola perilaku :
OVERPROTECTION (terlalu melindungi)
Perilaku orang tua :
1. Kontak yang berlebihan dengan anak
2. Perawatan dan oemberian bantuan kepada anak yang terus menerus meskipun anak sudah mampu merawat diri sendiri.
3. Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan
4. Memecahkan masalah anak
Profil tingkah laku anak :
1. Perasaan tidak aman
2. Agresif dan dengki
3. Mudah gugup
4. Melarikan diri dari kenyataan
5. Sangat bergantung
6. Ingin menjadi pusat perhatian
7. Mudah menyerah
8. Lemah dalam kekuatan memperjuangkan aspirasi dan daya tahan terhadap rasa frustasi
9. Kurang mampu mengendalikan emosi
10. Menolak tanggung jawab
11. Kurang percaya diri
12. Mudah terpengaruh
13. Peka terhadap kritik
14. Bersikap “yes men”
15. Suka bertengkar
16. Troublemaker
17. Sulit bergaul
18. Sering mengalami “homesick”


Pola perilaku :
Permissiveness (membebaskan)
Perilaku orang tua :
1. Memberikan kebebasan untuk berpikir dan berusaha
2. Menerima gagasan atau pendapat
3. Anak merasa diterima dan merasa kuat
4. Terima dan memahami kelemahan anak
5. Cenderung lebih suka memberi dari pada menerima
Profil tingkah laku anak :
1. Pandai mencari solusi dan jalan keluar
2. Mudah bekerja sama
3. Penuh percaya diri
4. Penuntut dan kurang sabaran

Pola perilaku :
Rejection (penolakan)
Perilaku orang tua :
1. Bersikap masa bodoh
2. Bersikap kaku
3. Kurang memperdulikan kesejahteraan anak
4. Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak
Profil tingkah laku anak :
1. Agresif (mudah marah, gelisah, tidak patuh/keras kepala, suka bertengkar dan nakal)
2. Submisive (kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut)
3. Sulit bergaul
4. Pendiam
5. Sadis

Pola perilaku :
Acceptance (menerima)
Perilaku orang tua :
1. Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak
2. Menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah
3. Mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak
4. Bersikap respek terhadap anak
5. Mendorong anak untuk menyatakan perasaannya dan pendapatnya
6. Berkomunikasi dengan anak-anak secara terbuka danmau mendengar masalahnya
Profil tingkah laku anak :
1. Mau bekerja sama
2. Bersahabat
3. Loyal
4. Emosinya stabil
5. Caria dan optimis
6. Menerima tanggung jawab
7. Jujur
8. Dapat dipercaya
9. Memiliki perencanaan yang jelas untuk masa depan
10. Bersikap realistis


Pola perilaku :
Domination (mendominasi)
Perilaku orang tua :
Mendominasi anak
Profil tingkah laku anak :
1. Bersikap sopan, dan sangat hati-hati
2. Pemalu, penurut, inferior dan mudah bingung
3. Tidak mudah bekerjasama

Pola perilaku :
Submission (serba boleh)
Perilaku orang tua :
1. Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak
2. Membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah
Profil tingkah laku anak :
1. Tidak patuh
2. Tidak bertanggung jawab
3. Agresif dan teledor
4. Bersikap otoriter
5. Terlalu percaya diri

Pola perilaku :
Punitiveness (sangat dispilin)
Perilaku orang tua :
1. Mudah memberikan hukuman
2. Menanamkan kedisiplinan secara keras
Profil tingkah laku anak :
1. Impulsif
2. Sulit mengambil keputusan
3. Nakal
4. Sikap bermusuhan atau agresid.
Selengkapnya...

Senin, 17 Mei 2010

Menggali Bakat Memoles Potensi

Koran SI

Senin, 17 Mei 2010 - 13:11 wib

SETIAP anak mempunyai kemampuan berbeda. Ada yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata, ada juga yang lemah menyerap pelajaran.

Kemampuan yang berbeda itu mengharuskan perlakuan yang juga berbeda. Wakil Menteri Pendidikan Fasli Djalal mengatakan, setiap sekolah harus melihat kemampuan setiap individu siswa. Sekolah perlu mempunyai portofolio perkembangan siswa setiap semester. Pengetahuan akan perkembangan anak sangat membantu. Tidak hanya untuk persiapan semua ujian termasuk ujian nasional (UN), namun juga peningkatan kemampuan lainnya. Untuk sekolah-sekolah yang bagus, biasanya mengetahui jika standar kelulusan UN masih sangat kecil. Karena itu, sekolah berusaha membuat tingkat kelulusan sekolah jauh lebih tinggi sehingga untuk memperlakukan siswa yang mempunyai kecepatan menyerap pelajaran, sekolah melakukan sejumlah upaya. Seperti memasukkan mereka di kelas akselerasi. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan tantangan-tantangan baru. Dengan adanya penugasan dan tantangan khusus tadi, siswa bisa lari tanpa harus menunggu yang lain. ”Mereka tidak perlu menunggu teman-temannya yang lain. Jika mereka menunggu bukan tidak mungkin bisa mengganggu karena merasa tidak dilayani,” ujar Fasli.

Fasli mengakui, pengklasifikasian kemampuan siswa seringkali hanya terjadi di sekolah-sekolah yang mempunyai bimbingan konseling bagus. Begitu juga dengan penyaluran bakat-bakat yang bisa menangkap pelajaran dengan cepat tersebut, rata-rata hanya bisa dilakukan sekolah-sekolah bagus. Sementara ini, sekolah dengan kemampuan biasa-biasa saja tidak bisa berbuat lebih untuk siswa-siswanya yang berbakat.

Di sinilah, kata Fasli, pemerintah perlu banyak mengambil peran. Anak yang konsisten di peringkat puncak walaupun sekolahnya tidak bagus menjadi sasaran beasiswa yang diberikan pemerintah. Saat ini dengan dukungan anggaran APBNP, pemerintah menyiapkan 2,7 juta beasiswa untuk siswa sekolah dasar (SD), hampir satu juta beasiswa untuk SMP dan 600 ribu beasiswa untuk SMA/SMK. Untuk siswa SD masing-masing bisa mendapatkan Rp40 ribu setiap bulan. Sedangkan untuk SMA/SMK bisa mendekati Rp1 juta per tahun. ”Angka yang besar untuk diperbantukan kepada anak-anak berbakat agar mereka bisa berkibar walau di sekolah yang biasa-biasa saja,” papar Fasli.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan menjaring mereka dalam program penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) saat akan masuk dalam perguruan tinggi.

Banyak anak berbakat karena sekolahnya yang kurang bagus membuat mereka kesulitan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Dengan demikian, PMDK bisa menjembatani antara potensi bakat dengan akses perguruan tinggi. Dalam hal ini pemerintah daerah lebih banyak berperan. Karena merekalah yang mengetahui lebih dekat bakat-bakat yang ada di daerahnya. Upaya lain yang bisa dilakukan pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan Nasional adalah menggalakkan perlombaan-perlombaan untuk menggali bakat. Lomba yang diadakan Kemendiknas bukan hanya terkait pencapaian pembelajaran, namun juga bakat-bakat lain. Setelah potensi itu ditemukan, mereka akan diikutkan dalam pelatihan-pelatihan.

Kemendiknas, menurut Fasli, juga menyalurkan bakat-bakat potensial yang ditemukan untuk mengikuti kejuaraan- kejuaraan internasional.

”Biasanya anak-anak mempunyai bakat lebih itu, kami masukkan dalam skema lomba-lomba. Begitu dia dikenal bisa, kita lihat potensinya. Banyak butir-butir yang ditemukan dengan cara itu,” tandas Fasli. Di Indonesia, penyaluran bakat-bakat muda tidak bisa dilepaskan dari sosok Yohanes Surya. Pimpinan Surya Institute ini telah terbukti berhasil mengasah talenta-talenta berbakat untuk bersaing di ajang internasional. Sejumlah piagam internasional, seperti olimpiade sains berhasil diraih anak-anak didik Yohanes.


Bahkan lelaki yang akrab dipanggil Pak Yo ini juga berhasil memoles bakat-bakat cemerlang dari Pulau Papua yang selama ini pendidikannya dinilai lebih terbelakang dari belahan Nusantara lain.
Sumber :
akaldankehendak.com
Selengkapnya...

Yang Jenius Sejak Kecil

Koran SI
Senin, 17 Mei 2010 - 14:05 wib
LEONARDO di ser Piero da Vinci atau yang lebih dikenal sebagai Leonardo da Vinci, seringkali dijuluki sebagai arketipe ”manusia renaisans” dan jenius universal.

Dunia juga mengenal jenius lain, seperti John Stuart Mills (filosof) atau Albert Einstein (ilmuwan). Mereka dianggap jenius karena telah memberikan banyak pengaruh terhadap bidangnya masing-masing. Tetapi, kejeniusan seseorang akan menjadi luar biasa ketika hal itu ditunjukkan sejak kecil. Hal inilah yang dicapai sejumlah ”anak ajaib” di dunia. Sebut saja William James Sidis, manusia yang memiliki intelligence quotient (IQ) atau tingkat intelektualitas mencapai kisaran 250–300. Sidis disebut sebagai anak ajaib karena di usia 8 bulan sudah mampu makan sendiri dengan menggunakan sendok. Bahkan, di usia 2 tahun dia menjadikan Koran ternama di Amerika Serikat, New York Times sebagai teman sarapan pagi.

Hebatnya lagi, di usia 8 tahun Sidis sudah menulis beberapa buku di antaranya tentang anatomi dan astronomi. Kejeniusan Sidis semakin bertambah ketika pada usia 11 tahun diterima di Universitas Harvard sebagai mahasiswa termuda. Bahkan, salah satu universitas ternama itu takjub ketika Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para profesor matematika. Kejeniusan Sidis tak lepas dari peran ayahnya, Boris Sidis, seorang psikolog andal berdarah Yahudi yang lulusan Universitas Harvard. Boris menjadikan anaknya sebagai ”prototype” untuk model pendidikan baru. Pola ini untuk menyerang sistem pendidikan konvensional yang dianggap menjadi biang keladi kejahatan dan kriminalitas. Rupanya, hal ini membuat Sidis tersiksa. Dia meninggal pada usia 46 tahun, sebuah saat di mana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktif.

Parahnya lagi, Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Tetapi, kisah tragis kejeniusan Sidis tidak dialami tokoh lain seperti Pablo Picasso. Picasso yang lahir 25 Oktober 1881, selain dikenal sebagai salah satu anak ajaib, juga merupakan salah seorang dengan nama terpanjang di dunia, yaitu Pablo Diego José Francisco de Paula Juan Nepomuceno María de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Martyr Patricio Clito Ruíz y Picasso. Disebut ajaib karena minatnya terhadap proses pembuatan lukisan sudah terlihat ketika dia masih belum dapat berbicara. Kata pertama yang dapat diucapkan ketika masih bayi adalah ”piz” yang merupakan kependekan dari kata ”lapiz”yang dalam bahasa Spanyol berarti pensil. Pada usia 7 tahun, Picasso mendapat pendidikan formal bidang artistik dan seni lukis dari ayahnya. Sejak itu karya-karya masterpiece Picasso dimulai.

Nama Howard Philips Lovecraft juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu anak ajaib di dunia. Dia adalah salah seorang penulis horor yang paling berpengaruh di abad 20. Lovecraft belajar membaca pada usia 2 tahun dan mulai menulis puisi yang rumit pada usia 6 tahun. Hal yang menumbuhkan minat Lovecraft terhadap sastra adalah kakeknya yang memberikan karya klasik, seperti The Arabian Night dan The Iliad and The Odissey untuk dibaca. Kakeknya pula yang menyetir minat Lovecraft pada cerita gothic horror dengan menceritakan cerita-cerita seram karangannya sendiri.

Tokoh lain yang juga menunjukkan kejeniusan sejak kecil adalah Wolfgang Amadeus Mozart. Komponis dan pianis brilian ini merupakan salah satu anak ajaib paling ternama dalam sejarah.

Dia mulai belajar memainkan piano pada usia 4 tahun, meng-compose lagu pertamanya pada usia 5 tahun. Pada usia 8 tahun, Mozart mengarang simfoninya yang pertama. Namun, Mozart tidak berumur panjang. Dia meninggal dunia pada usia 35 tahun. Sepanjang hidupnya, Mozart telah mengarang sekira 600 komposisi untuk simfoni,opera, piano, orkestra, dan lain-lain. Di samping tokoh-tokoh di atas, rasanya tidak adil jika menelisik anak ajaib tanpa menyebutkan Kim Ung-Yong. Pria kelahiran 7 Maret 1963 ini dikenal sebagai orang superjenius. Dalam catatan resmi Guinness Book of Record, Ung- Yong disebut sebagai manusia dengan IQ tertinggi saat ini, yaitu 210. Dia mulai berbicara pada usia 6 bulan dan mulai bisa percakapan pada usia 1 tahun.

Pada usia 3 tahun, Ung-Yong bisa membaca dan menulis dalam empat bahasa (Jepang, Korea, Jerman, dan Inggris). Ung-Yong menjadi mahasiswa jurusan fisika di Universitas Hanyang sejak usia 4 tahun hingga berusia 7 tahun. Pada usia 6 tahun, dia menunjukkan kemampuan menyelesaikan soal kalkulus integral dan differential yang sangat kompleks pada suatu acara TV di Jepang.

Di era globalisasi, sejumlah anak ajaib juga muncul. Sebut saja Gregory Smith, bocah kelahiran 9 Juni 1989 ini sekarang menjabat sebagai Presiden International Youth Advocates, lembaga internasional yang peduli terhadap anak-anak. Smith dapat membaca pada usia 2 tahun dan mulai kuliah pada usia 10 tahun setelah lulus dari Orange Park High School.

Pada 2003 lulus cum laude dengan gelar Sarjana Sains bidang matematika, juga pada studi minor untuk bidang sejarah dan biologi dengan honor dari Randolph-Macon College dengan meraih anugerah ”Force For Good Lifetime Achevement Award.” Di usia 14 meraih beasiswa USD50.000 tiap tahun dari Jack Kent Cooke. Nama bocah ajaib asal India Akrit Jaswal (lahir pada 23 April 1993) juga masuk dalam daftar. Saat ini, Akrit tercatat sebagai mahasiswa dan dokter India termuda dalam sejarah. Dia melakukan operasi bedah pertamanya pada usia 7 tahun. Kejeniusan Akrit sudah terlihat sejak masih balita. Dapat berbicara pada usia 10 bulan, dan di usia 5 tahun sudah membaca seluruh buku karangan William Shakespeare. Pada usia 11 tahun diterima sebagai mahasiswa di Punjab University.

Membicarakan anak ajaib rasanya tidak lengkap tanpa menyebut Cleopatra Stratan (lahir 6 Oktober 2002). Bocah asal Chisinau, Moldova ini adalah pencatat sejarah di industri musik sebagai seorang penyanyi dengan bayaran 1.000 euro per lagu lewat albumnya pada 2006 La vârsta de trei ani. Gadis cilik lain yang juga ajaib adalah Elaina Smith (7), yang dikenal sebagai penyiar terkenal di Inggris. Murid SD ini menjadi penyiar radio termuda. 

sumber :
http://suar.okezone.com Selengkapnya...

MENGAPA TIDAK ADA DROP OUT DI PROGRAM AKSELERASI SMP TARUNA BAKTI?

Oleh : Imam Wibawa Mukti,S.Pd

Salah satu yang sering ditanyakan orang tua tentang program akselerasi atau rekan-rekan guru yang akan menyelenggarakan program akselerasi adalah, “Bila ada siswa akselerasi yang tidak bisa mengikuti program akselerasi sampai tuntas, apakah siswa tersebut akan dinyatakan drop out dan ditempatkan ke kelas reguler? Bagaimana menyikapi dan mengantisipasi bila hal tersebut terjadi?”.
Bila kita mengikuti aturan, maka sangat dimungkinkan seorang siswa yang dinilai tidak mampu mengikuti program akselerasi lalu tidak mampu menunjukkan prestasi yang signifika untuk tetap diakselerasi, maka salah satu cara antisipasinya adalah dengan memindahkan siswa tersebut ke kelas reguler. Juga dari pengalaman beberapa sekolah penyelenggara program akselerasi, hal tersebut biasa terjadi.
Oleh karena itu, bukanlah sebuah masalah besar bila ternyata dalam perjalanannya, siswa akselerasi dipindahkan ke kelas reguler. Namun yang harus diantisipasi tidak saja bentuk komunikasi positif yang harus dijalin antara sekolah dengan orang tua dan siswa, namun juga jangan sampai pemindahan siswa tersebut hanya merupakan bentuk cuci tangan dari penyelenggara akselerasi karena merasa sudah tidak sanggup lagi menangani siswa tersebut.
Siswa mengalami masalah atau kendala dalam belajar bukan karena siswa itu ada diprogram akselerasi atau bukan. Di kelas reguler pun banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan menunjukkan performa negatif dalam nilai akademis. Namun hal tersebut harus diamati secara menyeluruh sehingga kita tidak hanya melihat hal tersebut sebagai “penyebab” siswa tersebut menjadi “bodoh”.

Banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa salah satu penyebab kesulitan siswa dalam belajar justru datang dari pihak luar diri siswa itu sendiri. Misalnya situasi rumah yang tidak kondusif atau lingkungannya tidak menantang dirinya merasa perlu berprestasi tinggi karena kurangnya stimulus.
Karena itu, ketika memang ada siswa yang harus pindah ke program reguler tidak menjadi alasan bagi pengelola program akselerasi untuk lepas tangan dan menganggap masalah itu selesai. Penyelenggara akselerasi justru harus kerjasama dengan pihak wali kelas dan BK untuk terus memberikan motifasi. Bisa saja terjadi, seorang siswa akselerasi yang pindah ke kelas reguler bukannya menjadi lebih baik prestasinya, tapi menjadi jauh lebih buruk karena akar masalahnya tidak tertangani.

BAGAIMANA DI SMP TARUNA BAKTI?
SMP Taruna Bakti tidak antipati atau menutup kemungkinan terjadinya “DO” bagi siswa akselerasi. Bagaimanapun, sekolah-dalam hal ini penyelenggara akselerasi- beranggapan bahwa program akselerasi bukanlah jaminan keberhasilan. Program akselerasi adalah layanan bagi siswa yang memiliki karakter pembelajar cepat. Dengan kriteria yang jelas, pasti dan terukur, mereka masuk program akselerasi karena rekomendasi psikolog, observasi guru dan kesepakatan dengan orang tua, maka siswa diharapkan mampu mendapatkan layanan yang sesuai dengan karakteristik tersebut.
Namun karena sudah menjadi komitmen kami, bahwa siswa yang masuk program akselerasi adalah benar-benar siswa yang memenuhi kualifikasi standar dan benar-benar merupakan hasil pengamatan yang cermat, maka ketika siswa tersebut masuk menjadi siswa akselerasi maka adalah tanggung jawab semua pihak untuk melakukan pendampingan total.
Pendampingan total ini tidak hanya diberikan kepada siswa yang memiliki kesulitan belajar, namun juga kepada siswa yang tidak mengalami kesulitan sehingga prestasinya tidak mengaami penurunan.
Terlepas dari adanya siswa yang mengalami kesulitan belajar ketika sedang mengikuti program akselerasi, sebenarnya itu tidak akan pernah membuat siswa tersebut menjadi turun tingkat intelektualitasnya. Dengan proses penjaringan dan penyaringan yang seobyektif mungkin, maka kekeliruan analisa data siswa bisa diminimalisir. Dengan demikian maka titik tolak penanganannya adalah mencari akan permasalahan, mencari solusi dan memberikan saran kepada orang tua dan guru untuk berperan serta menyelesaikan masalah tersebut.

BEBERAPA ALASAN SISWA AKSELERASI TURUN PRESTASI
Seberapa berani sekolah mempertanggungkawabkan proses penjaringan dan penyaringan, akan berdampak pada seberapa besar layanan sekolah kepada siswa akselerasi itu sendiri. Ketika sekolah bisa mempertanggungkawabkan proses perekrutan tersebut, maka kita yakin benar bahwa siswa yang masuk akselerasi adalah siswa yang benar-benar memiliki bakat atau kecerdasan luar biasa. Sehingga ketika ditengah perjalanan mengikuti program akselerasi, siswa mengalami penurunan prestasi akademis, hal tersebut bukan karena salah perekrutan, tapi karena ada masalah yang muncul dan memerlukan penanganan segera. Berarti ada kesadaran bahwa siswa sama sekali tidak mengalami penurunan tingkat kecerdasannya, tapi pada kemampuannya menangani dan mengatasi masalah yang mereka alami.
Dari pengalaman selama ini, ada beberapa penyebab munculnya gejala menurunnya prestasi dari siswa, diantaranya :
Faktor internal :
1. Kurangnya motivasi diri. Ada siswa yang menganggap bahwa mengikuti program akselerasi adalah tujuan, sehingga ketika dia telah masuk program akselerasi maka motivasi yang dia tunjukkan ketika masa observasi menjadi menurun. Tipe seperti ini akan nampak diawal tahun ajaran sehingga akan lebih mudah diantisipasi.
2. Pertumbuhan dan perkembangan. Usia remaja adalah masa yang tidak saja membuat pusing orang tua dan guru tapi juga sebenarnya membuat remaja sendiri bingung. Pertumbuhan biologis yang mungkin saja mereka alami (khususnya laki-laki diawal SMP) akan membuat mereka galau. Begitu juga dengan perkembangan psikologis, dimana mereka menjadi lebih suka tantangan, dalam proses menjalin pertemanan atau mengalami kejenuhan. Masa pertumbuhan dan perkembangan sering terlihat sangat menonjol ketika mereka sudah masuk tahun kedua. Karena itu pendampingan dari wali kelas, koordinator dan BK sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Faktor eksternal :
1. Faktor pertemanan dan pergaulan. Siswa bisa jadi diawal pembelajaran akan merasa tidak nyaman berada di kelas akselerasi. Hal ini bisa disebabkan oleh karena jumlah temannya yang sedikit, kurang cocok dengan karakter teman-temannya, ada siswa yang dianggap “freak”, atau menganggap teman-teman kelas terlalu serius.
2. Masalah dalam menyesuaikan dengan kecepatan dan gaya belajar. Dengan kecepatan yang tinggi, maka siswa bisa jadi mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan gaya belajar yang sudah biasa dilakukannya pada saat SD. Proses adaptasi ini bukan hanya masalah siswa akselerasi namun juga dialami oleh teman mereka di reguler. Guru yang banyak dengan segala karakternya, mata pelajaran yang lebih banyak dengan segala kedalaman materinya, tugas dan PR yang cukup banyak. Namun dengan seiring waktu, mereka harus mampu beradaptasi dengan baik kurang lebih satu bulan, sehingga ketika dibulan kedua mereka masih mengalami kesulitan maka wali kelas dan BK harus segera bertindak dengan melakukan pendampingan.
3. Melawan prasangka, anggapan dan stereotip teman atas kriteria “KECERDASAN ISTIMEWA” yang mereka sandang. Diawal pembelajaran, siswa biasanya banyak mengalami masa orientasi, yaitu masa penyesuaian antara anggapan orang lain dengan kenyataan yang mereka alami sehari-hari. Siswa akselerasi ada yang mengeluh karena mendapatkan tatapan yang “berbeda” ketika berada di tempat-tempat umum di sekolah.
4. Memiliki masalah di rumah.
Dari uraian diatas, kita bisa temui bahwa masalah yang menjadi tantangan dalam melakukan proses pendampingan siswa akselerasi, penulis tidak pernah menemukan masalah yang disebabkan oleh “ADANYA PERUBAHAN TINGKAT KECERDASAN” dari siswa akselerasi.
Oleh karena itu penyelenggara program akselerasi SMP Taruna Bakti berusaha untuk menjaga proses pendampingan terhadap anak akselerasi agar dapat mengikuti program akselerasi sampai tuntas.

BENTUK PENDAMPINGAN TERHADAP SISWA AKSELERASI
Intinya adalah keseriusan dan komitmen dalam memberikan layanan kepada mereka. Sesulit apapun permasalahan yang dihadapi oleh siswa kita, maka yang dibutuhkan adalah kesadaran bahwa mereka harus dilayani.
Beberapa bentuk layanan pendampingan terhadap siswa akselerasi harus melibatkan banyak pihak, namun peran wali kelas dan BK cenderung lebih dominan. Proses ini harus melibatkan orang tua secara maksimal karena masalah yang dihadapi siswa tidak jarang justru berawal atau berasal dari rumah. Kalaupun itu tidak terjadi, minimal dengan bantuan orang tua, siswa mendapatkan pendampingan yang total baik di sekolah maupun di rumah.
Beberapa bentuk pendampingan biasanya melalui beberapa tahapan, diantaranya :
Wali kelas memanggil siswa untuk diajak berdialog dan mengidentifikasi permasalahan yang mereka alami. Banyak siswa yang belum memahami masalah mereka dan belum bisa mengidentifikasi masalah yang sebenarnya mereka alami. Sering ditemukan, siswa mengaku memiliki masalah padahal hal tersebut belum tentu benar adanya. Dengan pendampingan yang intens, maka siswa dilatih untuk bisa mengidentifikasi masalah mereka sendiri dan mencari solusi terbaik menurut mereka.
Bila wali kelas masih mengalami kesulitan karena masalah yang muncul lebih kompleks, maka tenaga BK menjadi andalan untuk membantu siswa menyikapi permasalahan yang mereka hadapi agar lebih terarah dan tidak berdampak lebih jauh. Pendampingan ini memerlukan metode dan tekhnik tersendiri yang mungkin hanya dikuasai oleh guru BK karena menyangkut karakter indivisu siswa. Ada siswa yang mudah mengungkapkan masalah dan perasaannya, namun tidak jarang juga ada siswa yang sangat tertutup sehingga membutuhkan pendampingan guru BK.
Membangun komunikasi positif dengan orang tua. Orang tua bisa membantu untuk memperoleh informasi tentang keseharian siswa di rumah. Juga guru bisa berkomunikasi bagaimana cara orang tua dalam melakukan pendampingan dirumah. Hal ini untuk menyelaraskan pola pendampingan antara sekolah dengan orang tua.
Melakukan pertemuan antara wali kelas, BK, orang tua dan siswa. Hal ini bisa juga dilakuka dengan pihak lain yang memiliki hubungan dengan masalah yang dihadapi siswa. Dengan pertemuan ini diharapkan masalah bisa diselesaikan sampai tuntas.
Meminta bantuan dengan tenaga profesional.
Dengan adanya proses pendampingan ini diharapkan masalah yang dihadapi siswa ketika menjadi siswa akselerasi bisa diatasi dengan cepat dan tepat. Namun proses yang diuraikan diatas masih dalam tataran umum, namun telah menjadi standar baku di SMP Taruna Bakti. Tentu dalam kenyataannya, wali kelas atau guru bisa jadi menemukan permasalahan yang spesifik dan membutuhkan proses pendampingan yang lebih intens, namun dengan kesabaran dan komitmen yang tinggi, setiap permasalahan siswa bisa diatasi tanpa harus “cuci tangan” dengan memindahkan siswa ke kelas reguler.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Koordinator Akselerasi SMP Taruna Bakti Bandung
Selengkapnya...

Minggu, 16 Mei 2010

Mendiknas: Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai SD

Sabtu, 15 Mei 2010 21:30 WIB

Medan (ANTARA News) - Pendidikan karakter yang dicanangkan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan diterapkan pada semua jenjang pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada Sekolah Dasar (SD).

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, di Medan, Sabtu, mengatakan, pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni dari jenjang pendidikan SD.

Pada jenjang SD ini porsinya mencapai 60 persen dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa.

"Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter seseorang,"katanya saat menjadi pembicara pada acara seminar nasional "Pendidikan Karakter Bangsa" yang merupakan rangkaian acara rapat pimpinan Program Pasca Sarjana (PPs) Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed).

Ia mengatakan, pendidikan karakter tidak mendapatkan porsi yang besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya karena TK bukan merupakan sekolah tetapi taman bermain.

"TK itu taman bermain untuk merangsang kreativitas anak, bukan tempat belajar. Jadi jika ada guru TK yang memberikan tugas atau PR maka itu guru kurang kerjaan dan tak paham tugasnya," katanya.

Menurut dia, dalam menanamkan karakter pada seseorang yang paling penting adalah kejujuran karena kejujuran bersifat universal.

Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun bangsa.

Untuk itu, selain orang tua, guru SD juga mempunyai peranan yang sangat vital untuk menempah karakter siswa.

"Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya kita memprioritaskan pendidikan karakter di tingkat SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak mendapat perhatian namun porsinya saja yang berbeda," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain.

"Intinya pembinaan karakter harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT) karena PT harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu bersaing dengan bangsa manapun," katanya.

Pada kesempatan itu, Mendiknas Muhammad Nuh juga diberikan sebuah buku yang berjudul" Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa" setebal 200 halaman yang di susun oleh pimpinan atau direktur PPs LPTK se-Indonesia sebagai salah satu hasil rapim PPs LPTK se-Indonesia tahun lalu. (*)

(T.KR-JRD/B/M034/R009)
COPYRIGHT © 2010 

sumber gambar :
mgmpipadepok.wordpress.com
Selengkapnya...

PENDIDIKAN KARAKTER, YANG TERLUPAKAN

Dasar antropologis setiap pemikiran tentang pendidikan karakter adalah keberadaan manusia sebagai penghayat nilai.

Keberadaan seperti ini menggambarkan struktur dasar manusia sebagai mahluk yang memiliki kebebasan, namun sekaligus sadar akan keterbatasannya. Dinamika struktur manusia yang seperti inilah yang memungkinkan pendidikan karakter menjadi sebuah pedagogi. Dengannya manusia menghayati transendensi dirinya dengan cara membaktikan diri pada nilai-nilai yang diyakininya sebagai berharga bagi dirinya sendiri serta bagi komunitas di mana individu tersebut berada.

Setiap kali kita berbicara tentang pendidikan karakter, yang kita bicarakan adalah tentang usaha-usaha manusiawi dalam mengatasi keterbatasan dirinya melalui praksis nilai yang yang dihayatinya. Usaha ini tampil dalam setiap perilaku dan keputusan yang diambilnya secara bebas. Keputusan ini pada gilirannya semakin mengukuhkan identitas dirinya sebagai manusia.

Karakter

Istilah karakter sendiri sesungguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “karasso”, berarti ‘cetak biru’, ‘format dasar’, ‘sidik’ seperti misalnya dalam sidik jari. Dalam tradisi Yahudi, misalnya, para tetua melihat alam, seperti, laut, sebagai sebuah karakter, yaitu sebagai sesuatu yang bebas, tidak dapat dikuasai manusia, mrucut seperti menangkap asap. Karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusiawi, seperti, ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang menyertainya. Mereka memahami karakter seperti lautan, tidak terselami, tak dapat diintervensi. Karena itu, berhadapan dengan apa yang memiliki karakter, manusia tidak dapat ikut campur tangan atasnya. Manusia tidak dapat memberikan bentuk atasnya. Sama seperti bumi, manusia tidak dapat membentuknya sebab bumi memiliki karakter berupa sesuatu yang ‘mrucut’ tadi. Namun sekaligus, bumi itu sendirilah yang memberikan karakter pada realitas lain.

Tentang ambiguitas terminologi ‘karakter’ ini, Mounier, mengajukan dua cara interpretasi. Ia melihat karakter sebagai dua hal, yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian ini dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sononya (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed).
Karakter sebagai suatu kondisi yang diterima tanpa kebebasan dan karakter yang diterima sebagai kemampuan seseorang untuk secara bebas mengatasi keterbatasan kondisinya ini membuat kita tidak serta merta jatuh dalam fatalisme akibat determinasi alam, ataupun terlalu tinggi optimisme seolah kodrat alamiah kita tidak menentukan pelaksanaan kebebasan yang kita miliki. Melalui dua hal ini kita diajak untuk mengenali keterbatasan diri, potensi-potensi, serta kemungkinan-kemungkinan bagi perkembangan kita. Untuk itulah, model tipologi yang lebih menekankan penerimaan kondisi natural yang dari sononya tidak cocok. Cara-cara ini hanya salah satu cara dalam memandang dan menilai karakter.

Karena itu, tentang karakter seseorang kita hanya bisa menilai apakah seorang itu memiliki karakter kuat atau lemah. Apakah ia lebih terdominasi pada kondisi-kondisi yang telah ada dari sononya atau ia menjadi tuan atas kondisi natural yang telah ia terima. Apakah yang given itu lebih kuat daripada yang willed tadi. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari sononya. Sedangkan, orang yang memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Orang yang berkarakter dengan demikian seperti seorang yang membangun dan merancang masa depannya sendiri. Ia tidak mau dikuasai oleh kondisi kodratinya yang menghambat pertumbuhannya. Sebaliknya, ia menguasainya, mengembangkannya demi kesempurnaan kemanusiaannya.

Orang yang terlalu dikuasai oleh situasi kondisi yang dari sononya itu, dalam tingkatan yang paling ekstrem bisa jatuh dalam fatalisme. Ekspresi umum orang seperti ini adalah, “karakter saya memang demikian. Mau apa lagi?” “Saya menjadi demikian ini sudah dari sono-nya. Inilah takdir dan keberuntungan hidup saya”. Semua ini seolah ada di luar kendali dirinya. Karena itu tidak ada gunanya lagi mencoba mengatasinya. Sebab jika sesuatu itu telah ditentukan dari sononya, manusia ini hanya semacam wayang yang tergantung dari gerakan tangan sang dalang. Kalau saatnya masuk kotak ya kita tinggal masuk kotak saja. Saat tampil, ya kita tampil. Fatalisme seperti ini sangat kontraproduktif dengan cita-cita sebuah pendidikan yang merupakan sebuah intervensi sadar dan terstruktur agar manusia itu semakin dapat memiliki kebebasan sehingga mampu lebih gesit dan lincah dalam menempa dan membentuk dirinya berhadapan dengan determinasi alam dalam dirinya.

Manusia memiliki struktur antropologis yang terbuka ketika berhadapan dengan fenomena kontradiktif yang ditemukan dalam dirinya, yaitu, antara kebebasan dan determinasi, antara karakter yang stabil dengan ekspresi periferikal atasnya yang sifatnya lebih dinamis dan mudah berubah.

Dengan gambaran manusia seperti ini, Mounier menegaskan bahwa individu itu selalu bergerak maju mengarah ke masa depan. Aku bukanlah sekumpulan masa laluku. Aku adalah sebuah gerak menuju masa depan, yang senantiasa berubah menuju kepenuhan diriku sebagai manusia yang lebih besar. Aku adalah apa yang dapat aku kerjakan, aku lakukan, yang membuatku menjadi seperti yang aku ingini. Aku mengatasi apa yang ada dalam diriku saat ini. Aku adalah apa yang masih bisa aku harapkan daripada sekedar hal-hal yang telah aku peroleh selama ini. Jadi, manusia memiliki kemampuan untuk berharap dan bermimpi, sebab harapan dan impian ini merupakan semacam daya dorong yang membuatnya mampu secara optimis menatap masa depan dengan mempertimbangkan daya-daya aktualnya yang sekarang ini ia miliki.

Karakter merupakan struktur antropologis manusia, tempat di mana manusia menghayati kebebasannya dan mengatasi keterbatasan dirinya. Struktur antropologis ini melihat bahwa karakter bukan sekedar hasil dari sebuah tindakan, melainkan secara simultan merupakan hasil dan proses. Dinamika ini menjadi semacam dialektika terus menerus dalam diri manusia untuk menghayati kebebasannya dan mengatasi keterbatasannya. Karakter merupakan kondisi dinamis struktur antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas determinasi kodratinya melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya terus menerus. (16 Agustus 2008)

Sumber:
Doni Koesoema, A. (2007). Tiga Matra Pendidikan Karakter. Dalam Majalah BASIS, Agustus-September 2007.
http://pendidikankarakter.org/index.php?news&nid=2
25 Mei 2009
http://karakterbangkit.blogspot.com/
Sumber: http://www.learningresources.com/images/en_US/local/products/detail/prod2288_dt.jpg 

Sumber gambar :
wapannuri.com
Selengkapnya...

Jumat, 14 Mei 2010

Kelas Akselerasi, Layanan Pembelajaran Istimewa untuk Siswa-Siswa Istimewa

[ Kamis, 18 Februari 2010 ]

IQ Tinggi, Tanggung Jawab Besar

Sekolah-sekolah berkualitas bagus punya siswa-siswa kebanggaan. Mereka masuk kelas akselerasi yang belajar dengan cepat dan bertanggung jawab.

Tiga tahun memang terlalu lama bagi anak-anak istimewa yang masuk kelas akselerasi. Mereka cukup menempuh dua tahun untuk menuntaskan studi di SMP maupun SMA. Syaratnya, siswa-siswa itu memang tergolong anak cerdas istimewa (ACI) atau cerdas istimewa berbakat istimewa (CIBI).

"Salah satunya, IQ anak minimal 130 dan nilai ujiannya selalu tinggi," kata Kepala SMA Negeri 5 Suhariono yang juga mengadakan kelas aksel. Selain SMA Negeri 5, SMAN 15 dan SMPN 1 punya dua kelas akselerasi.

Menurut dia, kelas istimewa itu dibuka setiap tahun pelajaran baru. Siswa yang berminat dipersilakan mengikuti tes masuk mata pelajaran. Ada pula tes psikologi. Psikotes tersebut dilakukan oleh tim luar, tim psikolog dari Universitas Surabaya (Ubaya). "Kami tidak ikut campur menentukan kelulusan," tambah Suhariono.

Tes materi pelajaran bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan, baik kecerdasan maupun bakat. Psikotes bisa bermanfaat untuk mendalami tingkat tanggung jawab dan komitmen belajar setiap siswa. Karena itulah, tak banyak siswa yang mampu lolos dari jaring tes tersebut.

"Kalau yang ikut tes seratus, yang lolos paling hanya 16 siswa," sebut dia. Mereka yang lolos berarti istimewa dan layak mendapatkan layanan pembelajaran istimewa pula.

Pembelajaran istimewa itu, antara lain, pemendekan waktu belajar dengan materi kurikulum yang sama. Jika siswa kelas reguler memerlukan sepuluh hari untuk menguasai materi tertentu, siswa aksel hanya butuh enam hari.

Waktu belajar itu berlanjut ke masa studi setiap semester. Jika kelas reguler menempuh satu semester dalam enam bulan, anak-anak aksel cukup empat bulan. Jadi, kenaikan kelas siswa-siswa aksel pun lebih cepat. "Di SMAN 5, siswa-siswa kelas aksel duduk di kelas XI dan XII," jelas Suhariono.

Berbeda halnya dengan kelas aksel di SMAN 15. Di sekolah yang dikepalai Kasnoko itu, kelas aksel berada di kelas X dengan 28 siswa dan kelas XII dengan 27 siswa. Kelas aksel tersebut sudah berjalan tiga tahun. Siswa peminat kelas aksel bisa mengikuti tes setelah satu semester pertama selesai. Kalau lulus, mereka masuk kelas aksel.

Kelas aksel di SMAN 15 lebih cepat karena satu semester hanya ditempuh tiga bulan. Jika ditotal sampai lulus, anak-anak aksel menuntaskan SMA hanya dalam 21 bulan atau kurang dari dua tahun. Sebab, kelas aksel SMAN 15 menerapkan sistem full day school. Mereka tetap masuk sekolah pada Sabtu. "Aksel kami memang lebih cepat daripada sekolah lain," ujar pria asal Bojonegoro itu.

Kelas di SMP Negeri 1 lebih ketat. Proses seleksi siswa kelas aksel dibuka pada setiap tahun pelajaran baru. Namun, siswa-siswa kelas aksel harus melalui seleksi yang sangat ketat dengan standar yang terukur. Selain syarat nilai mata pelajaran yang tinggi dan IQ minimal 130, tanggung jawab dan kemandirian belajar anak jadi perhatian utama.

"Kalau tidak ada siswa yang layak masuk, kelas aksel tidak akan dibuka," kata Kepala SMPN 1 Surabaya Muchtar. Kelas aksel itu juga berlangsung dua tahun di antara tiga tahun masa belajar SMP.

Menurut Muchtar, anak-anak yang cerdas dan mandiri itu layak mendapatkan pelayanan istimewa di sekolah. Untuk makin mendongkrak kemampuan siswa, lanjut Muchtar, SMP Negeri 1 membagi mata pelajaran menjadi materi esensial dan nonesensial. Materi esensial atau materi inti diajarkan oleh guru secara detail. Namun, materi nonesensial hanya diberikan secara global. (lum/roz) 


Sumber :
www.jawapos.com
Gambar :
genius23.com Selengkapnya...

Kamis, 13 Mei 2010

Perlu Sekolah Khusus untuk Anak Cerdas dan Berbakat Istimewa?

Selasa, 23 Februari 2010 | 14:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa memerlukan layanan pendidikan khusus supaya potensi dan bakat mereka berkembang optimal. Pengembangan potensi itu memerlukan strategi yang sistematis dan terarah, karena tanpa itu bangsa Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia terbaiknya.
Perhatian khusus itu tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tapi semata memberikan layanan pendidikan sesuai kebutuhan dan kondisi siswa,
Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Asosiasi Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa Nasional Amril Muhammad dalam seminar Potensi Luar Biasa Sejuta Anak Cerdas Istimewa Indonesia di Jakarta, Selasa (23/2/2010). Amril menambahkan, pasal 5 ayat 4 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional juga menyatakan, bahwa warga negara yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
"Perhatian khusus itu tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tapi semata memberikan layanan pendidikan sesuai kebutuhan dan kondisi siswa, supaya potensi peserta didik berkembang utuh dan optimal," katanya.
Dia mengatakan, Asosiasi Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa Nasional yang terdiri atas penyelenggara sekolah, akademisi, dan masyarakat memberikan beberapa rekomendasi terkait penyusunan cetak biru pengembangan pendidikan khusus untuk anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa. Asosiasi antara lain menyarankan pemerintah membuat peraturan pemerintah untuk mendukung pelaksanaan pasal 5 ayat 4 dalam undang-undang sistem pendidikan nasional.
Selain itu, pemerintah juga diminta melanjutkan program akselerasi yang sudah berjalan di sekolah-sekolah tertentu dan meningkatkan kualitas guru dengan menyediakan fasilitas pelatihan pendidikan khusus bagi anak cerdas istimewa.
"Di samping itu, perlu ada sekolah khusus yang mewadahi anak-anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa dalam segala bidang, tidak hanya akademik, tapi juga seni, olah raga, teknologi dan keterampilan lain," katanya. 

sumber photo : komunitaspers.blog.dada.net Selengkapnya...

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

(Tinjauan Deskriptif Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di Beberapa Sekolah di Kota Bandung)


PENDAHULUAN
Pendidikan inklusif menjadi wacana yang marak didiskusikan akhir-akhir ini. Hal itu terjadi karena telah munculnya kesadaran dari pihak pemerintah untuk seluas-luasnya memberikan kesempatan dan layanan pendidikan kepada seluruh warga negara tanpa ada pemisahan dan perbedaan yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak prinsipil. Apalagi hak mendapatkan layanan pendidikan yang layak tidak saja merupakan hak namun juga dilindungi oleh Undang-Undang Dasar BAB XIII tentang PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pasal 31 yang berisi :(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Pendidikan inklusif merupakan sebuah pendidikan yang memberikan kesempatan dan layanan yang sama kepada seluruh peserta didik, khususnya siswa berkebutuhan khusus untuk belajar yang sama dengan teman sebaya di kelas reguler. Hal ini bertujuan untuk menjadikan pendidikan sebagai sebuah wahana sosialisasi bagi siswa berkebutuhan khusus untuk dapat hidup secara wajar dan mendapatkan perlakukan yang sama dengan siswa-siswa lainnya.
Selama ini, siswa yang memiliki kebutuhan khusus dilayani oleh sekolah khusus yang memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan khusus-nya. Mereka diisolir dan belajar hanya dengan siswa yang memiliki kebutuhan yang sama. Hal ini menyebabkan siswa yang berkebutuhan khusus hanya mengenal dunianya sendiri tanpa ada proses pembelajaran untuk hidup bersama orang yang tidak berkebutuhan khusus. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kemampuan sosial dari siswa yang berkebutuhan khusus ketika mereka harus menjalani kehidupan bersama masyarakat lainnya. Ketergantungan terhadap fasilitator maupun fasilitas yang biasa mereka temui di sekolah akan mempersulit kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingungan sekitar.
Namun dalam kenyataannya, sekolah masih belum banyak yang berani memberikan layanan pendidikan inklusif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Kekurangpahaman tentang hakekat dari pendidikan inklusif.
2. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan wawasan seputar layanan pendidikan inklusif.
3. Kurangnya sarana prasarana bagi pelayanan terhadap siswa yang berkebutuhan khusus.
Untuk itu maka diperlukan langkah-langkah kongkret dari sekolah dan pemerintah untuk menyamakan persepsi, langkah dan strategi bagi pelaksanaan pendidikan inklusif di Indonesia, khususnya di Kota Bandung. Dengan demikian maka pelaksanaan pendidikan inklusif bisa diterapkan oleh semua sekolah dengan disesuaikan kemampuan sekolah masing-masing.
Tulisan ini pun bertujuan untuk menggali berbagai pelaksanaan pendidikan inklusi dari sekolah-sekolah yang telah melaksanakan pendidikan inklusi dalam berbagai bentuk dan metode. Dengan tulisan ini pula kita berharap bisa berbagi pengalaman tentang apa itu pendidikan inklusif, bagaimana penerapannya dan apa saja kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam melaksanakan dan solusi untuk mengatasinya.

LANDASAN TEORI
1. Pengertian pendidikan inklusif
Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem layanan pendidikan yang mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik.
"Indonesia adalah laboratorium terbesar dan paling menarik untuk menghadapi permasalahan dan tantangan pendidikan inklusif, karena inilah negara kepulauan yang terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih dari 17.000. Pendidikan inklusif bukan hanya ditujukan untuk anak-anak cacat atau luar biasa, tetapi juga bagi anak-anak yang menjadi korban HIV/AIDS, anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak korban bencana alam. "Anak-anak ini yang harus dilayani dengan Pendidikan Layanan Khusus (PLK)". (Bambang Soedibyo, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo dalam Konferensi Asia Pasifik Pendidikan Inklusif di Bali).

2. Landasan Dari Pendidikan Inklusif
a. Landasan filosofis
Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika (Mulyono Abdulrahman, 2003). Filsafat ini sebagai wujud pengakuan kebinekaan manusia, baik kebinekaan vertical maupun horizontal, yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di bumi. Kebinekaan vertical ditandai dengan perbedaan kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial, kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dsb. Sedangkan kebinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik, dsb. Karena berbagai keberagaman namun dengan kesamaan misi yang diemban di bumi ini, misi, menjadi kewajuban untuk membangun kebersamaan dan interaksi dilandasi dengan saling membutuhkan.
b. Landasan Yuridis formal
1. Konvensi PBB tentang Hak anak tahun 1989.
2. Deklarasi Pendidikan untuk Semua di Thailand tahun 1990.
3. Kesepakatan Salamanka tentang Pendidikan inklusi tahun 1994.
4. UU No. 4 tentang Penyandang Cacat tahun 1997.
5. UU No. 23 tentang Perlindungan Hak Anak tahun 2003.
6. PP No. 19 tentang Standar Pendidikan Nasional tahun 2004.
7. Deklarasi Bandung tentang Menuju Pendidikan Inklusi tahun 2004.
c. Landasan pedagogis
Pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, nerilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab.Jadi, melalui pendidikan, peserta didik berkelainan dibentuk menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab, yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah-sekolah khusus. Betapapun kecilnya, mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya.
d. Landasan empiris
Penelitian tentang inklusi telah banyak dilakukan di negara-negara barat sejak 1980-an, namun penelitian yang berskala besar dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif. Layanan ini merekomendasikan agar pendidikan khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang tepat (Heller, Holtzman & Messick, 1982). Beberapa pakar bahkan mengemukakan bahwa sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak berkelainan secara tepat, karena karakteristik mereka yang sangat heterogen (Baker, Wang, dan Walberg, 1994/1995).
Beberapa peneliti kemudian melakukan metaanalisis (analisis lanjut) atas hasil banyak penelitian sejenis. Hasil analisis yang dilakukan oleh Carlberg dan Kavale (1980) terhadap 50 buah penelitian, Wang dan Baker (1985/1986) terhadap 11 buah penelitian, dan Baker (1994) terhadap 13 buah penelitian menunjukkan bahwa pendidikan inklusif berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik maupun sosial anak berkelainan dan teman sebayanya.
3. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Tuna Netra
2. Tuna Rungu
3. Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
4. Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)
5. Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)
6. Tuna Grahita Berat (IQ 125 )
7. Talented : Potensi bakat istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual).
Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
8. Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )
9. Autis
10. Korban Penyalahgunaan Narkoba
11. Indigo

4. Jenis Layanan Pendidikan
1. Pendidikan Khusus
Sekolah khusus untuk anak-anak :
a. Penyandang Cacat : (d/h TKLB, SDLB, SMPLB, SMLB)
b. Berkecerdasan Istimewa (e.g : Program “Aksel”)
c. Berbakat Istimewa
2. Pendidikan Layanan Khusus
Sekolah layanan khusus untuk anak-anak :
a. Pada daerah terbelakang/terpencil/pulau-pulau kecil/ pedalaman
b. Masyarakat etnis minoritas terpencil
c. Pekerja anak, pelacur anak/trafficking, lapas anak, anak jalanan
d. Pengungsi anak (gempa, bencana, konflik)
e. Anak TKI, Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN)
3. Pendidikan Inklusif
a. Sekolah Biasa/Sekolah Umum, yang mengakomodasi semua Anak Berkebutuhan Khusus
b. SLB/Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus yang mengakomodasi anak normal
c. Sekolah Inklusif adalah Sekolah yang terpilih melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Peserta Didik, Tenaga Administrasi dan Lingkungan Sekolah/Masyarakat.
Selengkapnya...

Rabu, 12 Mei 2010

MENYUSUN MATERI DAN STRATEGI INSTRUKSIONAL UNTUK PROGRAM AKSELERASI (bAGIAN1)

   Untuk melayani siswa yang memiliki keunggulan dalam bidang akademis, beberapa sekolah memberikan layanan berupa pembentukan kelas unggulan. Kelas unggulan adalah kelas yang diisi oleh siswa dengan nilai akademis yang lebih unggul dibanding dengan rata-rata siswa lainnya. Lalu dengan memberikan layanan berupa fasilitas yang lebih lengkap, guru yang lebih berpengalaman dan pencitraan yang baik, maka kelas tersebut akan menghasilkan nilai akademis yang lebih baik ketimbang kelas-kelas lainnya.
   Keberadaan kelas unggulan tidak terlepas dari munculnya gagasan sekolah unggulan yang dilontarkan oleh Menhankam Jendral Benny Murdani pada tahun 1989 sebagai jawaban atas keprihatinannya atas krisis yang melanda bangsa Indonesia khususnya di dunia pendidikan. Beliau akhirnya mendirikan sekolah yang memberikan layanan pendidikan untuk menggembleng penerus bangsa dari aspek kepemimpinan. Wujud gagasan ini dibuktikan dengan lahirnya SMU Taruna Nusantara di Magelang dengan menitikberatkan pada pengembangan ppotensi pribadi secara optimal.
   Namun tujuan awal penyelenggaraan kelas atau sekolah unggulan mengalami pergeseran makna. Tujuan awal kelas unggulan sebagai bentuk layanan untuk siswa yang memiliki keunggulan akademis dengan menciptakan suasana yang mendukung bagi perkembangan potensi siswa, berubah menjadi kelas dengan FASILITAS unggulan. Kelas yang lebih baik, memiliki AC, bangku yang baru dan media pembelajaran yang lebih lengkap menghiasi kelas unggulan.

   Namun fasilitas itu bukan tanpa biaya. Dibeberapa sekolah, kelas unggulan menjadi media pemerasan sekolah kepada peserta didik untuk membayar biaya pendidikan lebih mahal dengan alasan untuk fasilitas dan gaji guru yang lebih besar. Namun hal tersebut tidak diikuti dengan pemahaman makna dan hakekat dari keberadaan kelas unggulan tersebut, sehingga pada akhirnya tujuan pengembangan potensi sebagai bentuk layanan terhadap anak cerdas tidak maksimal dan semakin berkurangnya animo masyarakat terhadap promosi sekolah tentang kelas unggulan.
    Pada tahun 1997, terdapat 25% siswa kelas unggulan memiliki taraf kecerdasan dibawah rata-rata sementara yang memenuhi syarat (memiliki kecerdasan istimewa) hanya 9.8%. Sisanya adalah siswa yang memiliki kecerdasan rata-rata. Fakta ini membuktikan bahwa banyak terjadi penyalahgunaan hakekat sekolah atau kelas unggulan, sehingga belum bisa mengakomodir pendidikan untuk anak cerdas istimewa.
    Kekurangan lainnya adalah dalam memperlakukan kurikulum yang ada. Kurikulum nasional sebagai standar minimal yang harus dicapai peserta didik diperlakukan sama antara kelas unggulan dengan kelas reguler. Perlakuan yang sama tersebut pada akhirnya tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya secara maksimal.
    Untuk itu maka, selain membenahi pemahaman pelaku pendidikan akan hakekat kelas atau sekolah unggulan, kita juga perlu membahas tentang hal yang lebih penting dalam kegiatan proses pembelajaran untuk anak cerdas istimewa. Hal tersebut adalah dalam menyusun materi dan strategi instruksional untuk anak cerdas istimewa.
    Alasan itulah yang kemudian pemerintah menggagas dikembangkan model kelas akselerasi untuk melayani anak yang memiliki kecerdasan khusus. Dengan berbagai perbaikan, diharapkan adanya perubahan yang signifikan dalam memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan setiap karakter siswa.
    Dari berbagai faktor yang mengalami perbaikan, salah satu yang harus menjadi perhatian semua pihak khususnya guru, adalah materi dan menentukan strategi instruksional dari setiap mata pelajaran.

INDIKATOR HASIL PROSES BELAJAR UNTUK SISWA CERDAS ISTIMEWA
    Berbicara masalah silbus, materi dan tujuan instruksional, maka kita terlebih dahulu harus menyusun indikator yang ingin dicapai dalam setiap proses pembelajaran, akhir dari setiap tingkatan pendidikan maupun tujuan jangka panjang.
    Indikator yang harus dicapai siswa akan sangat berpengaruh pada pemilihan dan pemilahan materi yang akan disampaikan, metode yang akan dipergunakan dan jenis evaluasi yang akan diberikan.
Siswa berbakat berbakat memiliki tuntutan belajar yang lebih dibanding temannya di kelas reguler, karena selain memahami konsep dasar, mereka juga menuntut pembahasan lebih mendalam dan lebih kaya untuk memenuhi rasa keingintahuannya yang sangat tinggi.
    Oleh karena itu, kurikulum yang ada harus mampu diramu untuk mengantisipasi dan mengakomodir keinginan tersebut. Tidak cukup guru hanya mengandalkan kurikulum nasional yang hanya menjadi standar minimal yang harus dicapai siswa secara umum.
    Penambahan, pengayaan dan pendalaman menjadi salah satu faktor yang harus direncanakan dari awal dan tidak hanya mengalir mengikuti keingintahuan siswa. Dengan penetapan hasil yang harus dicapai oleh siswa, baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang, guru diharapkan menyusun rencana tersebut dalam pengadministrasian yang baik sehingga dapat dijadikan acuan dalam menyusun materi, metode, strategi dan evaluasi.
    Pada umumnya masyarakat menilai keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari nilai akademis yang diperoleh siswa diakhir pembelajaran. Seperti nilai ulangan harian, nilai raport atau Nilai HASIL UN. Hal tersebut tidaklah salah, namun karena yang ditangani adalah anak cerdas istimewa tentunya target hasil yang diharapkan harus menunjukkan sesuatu yang “lebih” dibandingkan dengan siswa lainnya. Baik itu berupa pendalaman maupun pengayaan.
    Untuk menentukan indikator keberhasilan, kita coba dengan menetapkan tujuan pendidikan secara nasional. Tujuan ini sering dilupakan sekolah karena dinilai terlalu jauh dan masih terlalu lama untuk dipikirkan. Sehingga dalam merancang materi guru lebih terfokus pada pembelajaran sesaat dan jangka pendek. Padahal guru atau sekolah harus memahami bahwa siswa yang kita didik saat ini adalah calon anggota masyarakat dimasa mendatang yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional.

Nilai dasar
Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rokhani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dan untuk mencapai itu, baik secara institusional, guru dan sekolah wajib untuk bisa merepresentasikannya ke dalam kurikulum yang dibuat kemudian diuraikan secara definitif dalam penyusunan rencana pengajaran.
Beberapa nilai yang harus ditanamkan sejak dini sebagai bekal siswa dalam menjalankan perannya dimasyarakat diantaranya adalah :
1. Kejujuran.
2. Integritas.
3. Tanggung Jawab.
4. Amanah.
5. Kerjasama
Tujuan yang bersifat penanaman nilai ini memang tidak mudah bahkanmasih ada yang menganggap bahwa karakter adalah faktor bawaan atau takdir. Tapi setidaknya, apabila guru memiliki muara tujuan nilai-nilai yang bersifat universal tadi maka akan terjewantahkan dalam pemilihan metode, cara atau strategi yang akan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Kompetensi dasar
Siswa cerdas jangan hanya belajar ilmu dan pengetahuan semata, tapi jauh lebih penting adalah bekal kompetensi sosial. Perhatian sekolah atau guru terhadap kompetensi mereka yang termasuk siswa cerdas istimewa menjadi penyeimbang kemampuan mereka dalam hal kompetensi akademis. Oleh karena itu selain nilai-nilai universal yang akan melandasi setiap tindakan siswa dalam berperilaku sehari-hari, guru maupun sekolah juga wajib menetapkan kompetensi umum yang harus menjadi target pembelajaran.
Seorang pakar pendidikan bernama Whetzel mengidentifikasikan lima kompetensi yang dibutuhkan seseorang di masyarakat maupun di tempat kerja. Diantaranya :
1. Kemampuan managerial, dari mulai kemampuan untuk mengidentifikasi, mengatur, merencanakan, alokasi waktu, dana dan sumber daya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas diri.
2. Keterampilan interpersonal, yaitu keterampilan seseorang dalam memposisikan dirinya ketika hidup berdampingan dengan orang lain.
3. Intensional, yaitu kemauan dan daya gerak untuk mengubah lingkungan ke arah yang lebih baik. Kepekaan sosial akan semakin bermakna ketika seseorang mampu berbuat untuk memperbaikinya.
4. Keterampilan dalam menyikapi dan menguasai tekhnologi komunikasi dan tekhnologi. Sudah tidak ada alasan bagi sekolah untuk memperkenalkan siswanya pada tekhnologi. Berbagai dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari kemjuan tekhnologi harus disikapi dengan memperkenalkan tekhnologi yang baik dan bisa diakses sebagai cara pengalihan keingintahuan mereka yang sangat besar.
5. Keterampilan memahami dan menjalankan sistem, melakukan evaluasi dan memperbaiki serta merancang sistem untuk bisa lebih baik.

Sikap Harus Dikembangkan
Selain kompetensi yang harus dimiliki siswa, juga perlu mulai diidentifikasi sikap-sikap yang harus terus ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Beberapa sikap yang harus dikembangkan tersebut diantaranya ialah:
1. Percaya diri, dapat mengontrol diri dan emosi serta selalu melandasi keyakinan diri dengan sikap optimis.
2. Membiasakan siswa untuk bersikap selalu ingin tahu. Kesadaran belajar sebagai kebutuhan sepanjang hayat akan menimbulkan rasa dan motivasi diri untuk terus belajar.
3. Mudah bergaul dan memiliki kecerdasan sosial yang tinggi. Empati dan simpati sangat perlu terus ditumbuhkembangkan untuk mempersiapkan siswa agar bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan melalui kecerdasan emosi yang tinggi.
4. Mampu bekerja sama.
5. Memiliki keterampilan dan memiliki seni berkomunikasi yang cerdas.

MATERI PELAJARAN ( BERSAMBUNG KE BAGIAN 2)
Selengkapnya...