Senin, 27 Juli 2009

PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN MELALUI PENERAPAN E-LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP TARUNA BAKTI BANDUNG

ABSTRAKSI
“Lebih Cepat Lebih Baik karena tak ada rotan, akar pun jadi”

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis merasa di tahun 2009 ini adalah tahun yang paling tepat untuk mempelopori pelaksanaan pembelajaran melalui e-learning. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, pertama karena adanya desakan kebutuhan sumber informasi yang paling “up to date” dalam proses pembelajaran IPS Terpadu. Kedua, karena adanya desakan kebutuhan akibat mobilitas dan aktivitas siswa maupun guru yang sangat tinggi. Ketiga, desakan orang tua yang khawatir dengan perkembangan teknologi informasi khususnya internet yang telah masuk dalam hampir semua kegiatan siswa. Keempat, fasilitas dan sarana yang ada di SMP Taruna Bakti masih belum maksimal dimanfaatkan oleh guru untuk menunjang pembelajaran karena selama ini fasilitas multimedia yang ada disetiap kelas baru sebatas dipakai untuk menayangkan film, power point dan presentasi siswa. Kelima, kemampuan dan fasilitas yang dimiliki siswa serta guru sangat mendukung bisa terlaksananya kegiatan pembelajaran melalui media e-learning.
Untuk kegiatan tersebut, penulis melakukan beberapa persiapan dan aktifitas yang dapat menunjang kegiatan e-learning. Persiapan meliputi pengajuan pembuatan website sekolah, pemasangan hotspot di lingkungan SMP Taruna Bakti, terhubungnya semua ruang (15 kelas + 4 laboratorium + ruang guru + perpustakaan) untuk akses internet. Persiapan lainnya adalah pembuatan modul dan tata laksana pembelajaran e-learning. Untuk pelaksanaannya, guru harus membuat beberapa program yang menunjang kegiatan belajar mengajar melalui internet.
Setelah sekian lama berjalan, media e-learning telah memberikan dampak positif baik bagi guru maupun bagi siswa. Hal ini sudah dipraktekan dengan semakin mudahnya penulis melakukan kegiatan pembelajaran secara langsung walaupun penulis dan siswa tidak berada di tempat yang sama, pengumpulan tugas dan remidial yang lebih praktis melalui email, dan semakin banyaknya situs yang dipergunakan siswa atau guru sebagai sumber pembelajaran alternatif.

A. PENDAHULUAN
Tahun 2009 SMP Taruna Bakti mulai mencanangkan e-learning. Sebuah metode pembelajaran yang memanfaatkan kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi yang sedang gencar dilaksanakan dan di fasilitasi oleh berbagai perusahaan atau lembaga pendidikan saat ini.
Pencanangan tahun 2009 sebagai tahun e-learning ini tidak terlepas dari kesadaran Yayasan Taruna Bakti dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat. Perkembangan iptek ini menempatkan guru, sekolah dan lembaga pendidikan yang ada sekarang tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pembelajaran, sehingga menjadi suatu keharusan bagi sekolah dan lembaga pendidikan lainnya menyesuaikan diri dengan perkembangan di masyarakat.
Untuk itu, maka dua tahun sebelumnya, Yayasan dan SMP Taruna Bakti telah mempersiapkan berbagai fasilitas dan sarana untuk mendukung terlaksananya proses e-learning ini, diantaranya perangkat computer lengkap di setiap kelas, adanya infokus dan layar untuk menayangkan layar computer di kelas, hotspot yang kemampuannya terus ditingkatkan dan dapat diakses dari ruang guru atau kelas, dan telah selesainya pembuatan Website SMP Taruna Bakti sebagai pusat dan media komunikasi antara SMP Taruna Bakti dengan masyarakat melalui internet.
Berdasarkan perkembangan di lingkungan sekolah, maka penulis menganggap tahun 2009 adalah saat yang tepat untuk mempelopori proses pembelajaran dengan metode e-learning. Adapun harapan dan tujuan dari dimulainya pembelajaran e-learning ini adalah untuk memperkenalkan metode pembelajaran ini kepada siswa dan guru di lingkungan SMP Taruna Bakti. Selain itu juga, secara bertahap melakukan identifikasi permasalahan dari berbagai program, materi dan proses yang dialami selama pembelajaran. Dari hasil identifikasi tersebut diharapkan menjadi bahan masukan dan kajian bagi berbagai pihak dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar dengan media e-learning.
Tentunya, dalam pelaksanaannya di SMP Taruna Bakti untuk saat ini, penulis masih menghadapi berbagai kendala, khususnya seputar penggunaan software dan berbagai program untuk memperlancar kegiatan tersebut. Namun semua itu bukanlah halangan bagi penulis untuk terus mencoba mempergunakan fasilitas yang ada secara mandiri. Beberapa yang secara mandiri penulis lakukan untuk mempraktekan e-learning antara lain dengan membuat fasilitas chat di Yahoo messenger, mempergunakan fasilitas blog untuk menyimpan materi pembelajaran, mencari situs yang bisa menjadi sumber belajar,

B. METODOLOGI
Metodologi penulisan dilakukan melalui metode Telaah Pustaka, dimana penulis mencoba mencari landasan teori maupun pengalaman lembaga lain yang melakukan e-learning, khususnya dibidang pendidikan. Sumber pustaka diperoleh dari internet, buku dan majalah. Setelah mendapatkan beberapa materi yang diharapkan maka penulis menyesuaikannya dengan pengalaman yang dialami selama pelaksanaan e-learning kemudian merangkum dan menjadikannya sebagai sebuah kesimpulan baru

C. PEMBAHASAN
1. Selintas tentang e-learning di SMP Taruna Bakti
paling penting untuk diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan program pembelajaran e-learning adalah bagaimana menyusun, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran e-learning agar dapat membawa lebih banyak dampak positif, baik dari segi kualitas proses pembelajaran maupun dari segi kualitas hasil pembelajaran.
Untuk itu maka kita harus terlebih dahulu memahami arti dari e-learning itu sendiri. Banyak teori yang mencoba untuk menguraikan definisi e-learning, salah satu diantaranya adalah dikemukakan oleh Allan J. Henderson ,(2003) ”e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya disebut Internet”. Pengertian e-learning juga dikemukakan oleh Jaya Kumar.C . ( Koran : 2002), e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan”.
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa e-learning tidak hanya sekedar menampilkan materi melalui fasilitas multimedia berupa tayangan film atau power point di depan kelas. E-learning juga memiliki makna yang lebih luas dari sekedar memberikan tugas kepada siswa untuk mencari materi dari internet lalu di “print” dan dikumpulkan. Namun lebih penting dari itu adalah pemanfaatan jaringan internet sebagai media untuk melakukan kegiatan belajar mengajar yang selama ini senantiasa dilaksanakan secara tradisional di dalam kelas.
Di SMP Taruna Bakti, penulis mencoba menerapkan suatu pembelajaran dengan membuat jaringan melalui internet yang ”dirajut” antara guru dengan siswa sehingga terjalin sebuah rangkaian hubungan yang tersebar dan memiliki akses serta distribusi yang merata antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Dengan jaringan tersebut, maka guru dapat melakukan pembelajaran walaupun guru dan murid tidak berada di tempat yang sama.
Pelaksanaan pembelajaran e-learning ini telah dilaksanakan secara efektif 6 bulan yang lalu (Oktober 2008) dengan mengembangkan kegiatan belajar mengajar dari tempat yang berbeda antara guru dengan siswa dan terakhir adalah kegiatan belajar mengajar terjadi ketika penulis berada di Jogjakarta dan Solo sementara siswa berada disekolah.

2. Latar Belakang Pemanfaatan e-learning di SMP Taruna Bakti
Seperti diuraikan dalam abstraksi, ada beberapa hal yang mendorong penulis untuk melaksanakan pembelajaran melalui e-learning. Beberapa diantaranya adalah :

a. Desakan akan kebutuhan sumber informasi yang paling “up to date” dalam proses pembelajaran IPS Terpadu .
Mata pelajaran IPS Terpadu merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat dinamis perkembangan objek pembelajarannya. Sebagai ilmu pengetahuan humaniora (kemanusiaan), maka perkembangan ilmu dan aplikasinya di dalam masyarakat sangat pesat seiring dengan semakin rumitnya permasalahan yang berhubungan dengan manusia, seperti ekonomi, sejarah, geografi dan sosiologi.
Dengan melaksanakan e-learning maka guru dan siswa dapat secara bersama-sama memperbaharui keilmuannya dan bersinergi melalui diskusi membahas masalah yang dipelajari melalui komunikasi internet.

b. Desakan kebutuhan akibat mobilitas dan aktivitas guru dan siswa yang sangat tinggi.
Sebagai tenaga pendidik, guru dituntut untuk mengembangkan keilmuannya baik melalui kegiatan pelatihan maupun seminar yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga. Namun salah satu konsekuensinya adalah terganggunya kegiatan belajar mengajar yang telah dijadwalkan sebelumnya. Dan salah satu cara mengantisipasinya adalah dengan memanfaatkan media e-learning karena memang salah satu dari manfaat e-learning adalah memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).

c. Desakan orang tua yang khawatir dengan perkembangan teknologi informasi khususnya internet yang telah masuk dalam hampir semua kegiatan siswa.
Perkembangan yang sangat pesat di bidang teknologi telah membuat siswa begitu mudah mengakses berbagai informasi yang ada di internet. Masalah muncul karena di internet informasi yang tersedia tidak saja yang menunjang pada peningkatan ilmu pengetahuan namun juga terdapat materi yang belum layak untuk dikonsumsi siswa secara bebas. Dilema dialami orang tua yang merasa sulit dan tidak pada tempatnya melarang putra-putrinya untuk mengakses internet namun dipihak yang lain orang tua juga khawatir untuk memberikan akses yang luas kepada mereka untuk mempergunakan fasilitas internet.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka orang tua dan guru, mencoba melakukan kerjasama untuk secara terarah, terencana dan sistematis melakukan pendampingan kepada siswa dalam memanfaatkan internet. Salah satunya adalah dengan menjadikan mereka sebagai pelaku dalam dunia maya dan mendidik siswa untuk tidak hanya bertindak sebagai ”user” dan pasif menghadapi gempuran informasi.

d. Fasilitas dan sarana yang ada di SMP Taruna Bakti masih belum maksimal dimanfaatkan oleh guru untuk menunjang pembelajaran.
Telah hampir 3 tahun Yayasan dan SMP Taruna Bakti terus membenahi diri, khususnya dalam melengkapi sarana belajar. Dimulai dari pemasangan televisi dan DVD player, pemasangan perangkat komputer serta pembuatan website SMP Taruna Bakti dan terakhir adalah pemasangan hotspot di lingkungan SMP Taruna Bakti.

e. Kemampuan dan fasilitas yang dimiliki siswa serta orang tua sangat mendukung bisa terlaksananya kegiatan pembelajaran melalui media e-learning.
Perkenalan dengan teknologi canggih yang lebih dini membuat siswa SMP Taruna Bakti lebih menguasai tekhnologi, khususnya komputer dibandingkan dengan guru itu sendiri. Oleh karena itu sangat mudah bagi guru di SMP Taruna Bakti mengembangkan metode e-learning. Bahkan di awal pelaksanaan, penulis banyak sekali berkonsultasi dengan siswa dalam hal pemanfaatan fasilitas yang ada di internet seperti YM, blog dan pembuatan web gratis yang tersedia.
Namun dalam prakteknya, guru menghadapi berbagai kendala dalam melaksanakan e-learning karena disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah kemampuan individu guru dalam memanfaatkan fasilitas yang ada masih terbatas. Padahal dengan aktifitas sehari-hari guru dan siswa telah begitu akrab dengan berbagai program yang bisa membantu terlaksananya kegiatan e-learning.

3. Fasilitas E-learning SMP Taruna Bakti
Berikut adalah beberapa fasilitas yang dimiliki guru dan SMP Taruna Bakti:

a. Perangkat komputer lengkap di semua ruang SMP Taruna Bakti (15 ruang kelas, 4 laboratorium, ruang BK, ruang guru dan kepala sekolah, dan perpusatakan) dan terhubung dengan internet sehingga memudahkan guru untuk mengakses internet ketika melakukan pembelajaran di kelas.

b. Hotspot sebanyak 5 titik di lingkungan SMP Taruna Bakti sehingga dapat diakses oleh semua siswa dan guru.

c. Sekolah telah memiliki website lengkap yang mempermudah masyarakat untuk dapat mengakses semua informasi tentang SMP Taruna Bakti. 80% guru SMP Taruna Bakti dan 90% siswa memiliki laptop yang mempermudah mobilitas untuk melakukan e-learning di manapun.

d. 100% guru memiliki ”jejaring” pribadi seperti blog, wordpress, email, facebook dan friendster yang bisa dimanfaatkan untuk menyimpan berbagai data dan materi.
Sementara untuk melaksanakan e-learning secara mandiri, penulis telah membuat beberapa perangkat/program tambahan yaitu :

a. e-mail khusus untuk menampung atau mengumpulkan tugas dan data dari siswa.
b. Yahoo messenger sebagai media komunikasi interaktif antara guru dan siswa.
c. Blog untuk menyimpan teori dan berbagai infomasi yang berhubungan dengan materi pendidikan secara umum.
d. Rangkuman materi, tugas, soal dan kurikulum yang dipublikasikan dalam blog sebagai bahan masukan bagi siswa dan orang tua untuk merancang pembelajaran secara mandiri.
e. Modul pembelajaran yang dijadikan panduan dan pedoman bagi siswa untuk bisa berperan aktif dalam e-learning.

Tentunya program yang dimiliki penulis belum ideal untuk dikatakan program e-learning secara utuh. Namun dengan keterbatasan yang ada, penulis berupaya untuk terus melakukan perbaikan dengan mempelajari berbagai program yang layak supaya bisa dikatakan e-learning yang utuh.

Namun, pada dasarnya penulis telah menerapkan tiga dasar e-learning yang dikemukakan oleh Rosenberg (2001), yaitu :

a. Bersifat jaringan, di mana siswa dapat mengakses, menyimpan, memunculkan, mendistribusikan dan sharing antar anggota e-learning. Kegiatan ini penulis lakukan dengan membuat blog dan wordpress yang berisi materi pembelajaran dan link dengan sumber lainnya yang tersedia di internet.

b. e-learning terjalin dengan saling berhubungan melalui internet. Penulis mempergunakan media yahoo messenger dengan webcame sehingga terjalin komunikasi interaktif antara guru dengan siswa secara langsung.

c. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih sumber belajar sesuai dengan keinginan mereka . Hal ini akan melatih siswa untuk belajar secara otonom dan mandiri dalam memilih topik dan sumber pembelajaran sehingga terasa lebih luas dan kontekstual dibandingkan metode tradisional.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan

a. Tahap Persiapan
Membuat perangkat pelengkap :
1). E-mail, media ini dapat dipergunakan untuk mengirim atau menerima data baik berupa tugas makalah, gambar atau kumpulan tulisan.
2). Yahoo messenger,meskipun fasilitas ini memiliki kemampuan untuk mengirimkan data, namun penulis persiapkan hanya untuk melakukan dialog dalam YM conference. Dalam YMC, guru dan siswa dapat melakukan dialog secara terbuka dan dapat dibaca oleh anggota e-learning.
3). Blog, dipergunakan untuk menyimpan data berisi materi pembelajaran IPS. Dalam blog juga terdapat link ke beberapa sumber pembelajaran alternatif. Untuk kepentingan yang berbeda, penulis juga membuat blog yang berisi tentang artikel yang berisi perkembangan dan opini dunia pendidikan sebagai referensi siswa untuk berdiskusi dengan orang tua dalam hal pendidikan.
4). Facebook, dibuat selain sebagai media komunikasi juga sebagai media memberikan pengumuman kepada siswa karena lebih dari 100% siswa SMP Taruna Bakti memiliki link pertemanan baik dengan penulis maupun dengan alumni. Facebook biasanya berisi informasi tentang SMA atau perguruan tinggi dari alumni yang kemudian dapat diakses oleh seluruh siswa SMP.
5). Modul, seperangkat aturan dan petunjuk kerja yang menuntun dan menjadi pedoman pelaksanaan bagi siswa untuk melaksanakan e-learning. Modul ini perlu sehingga guru dapat berkomunikasi secara tidak langsung dengan siswa pada saat guru berhalangan hadir di kelas. Dengan adanya petunjuk dan modul tersebut, guru hanya perlu mengirim sms pada salah satu siswa untuk mengerjakan modul bagian tertentu, dengan jadwal pasti tentang waktu pertemuan lewat internet. Manfaat lainnya dari modul tersebut adalah sebagai indikator dan alat evaluasi siswa karena berisi langkah, rincian tugas, dan soal yang hanya dapat dijawab siswa dengan melakukan langkah-langkah e-learning.

b. Tahap Pelaksaaan

1). Percobaan
Dilaksanakan pada jam pembelajaran kelas akselerasi SMP Taruna Bakti angkatan I tahun ajaran 2008-2009. Hal tersebut karena pertimbangan jumlah siswa akselerasi yang hanya 19 orang dan kebutuhan akan informasi serta sumber pembelajaran yang lebih variatif dalam mata pelajaran sistem ekonomi dunia dan Indonesia.
Karena dilaksanakan sebagai tahap percobaan, maka penulis dan siswa banyak menghadapi kendala, diantaranya belum terpola sistem dan aturan yang jelas sehingga siswa masih belum fokus untuk mengerjakan urutan tugas secara sistematis.
Beberapa kekurangan yang terjadi pada saat percobaan tersebut diantaranya adalah :
• Belum ada penjelasan detail tentang sistematika pelaksanaan e-learning, dan tugas baru dijelaskan secara lisan pada saat tatap muka di kelas, sehingga siswa merasa bingung untuk memulai akses internet dan melakukan kontak interaktif.
• Belum ada modul kerja yang tertulis sehingga siswa masih bebas dalam mengakses bentuk dan situs internet. Hal ini membuat tugas yang terkumpul menjadi lebih bervariatif dan meluas dari tujuan yang diharapkan.
• Untuk mengatasi hal tersebut maka penulis membuat modul dan tata kerja yang menjadi pedoman bagi siswa dalam melaksanakan tugasnya. Modul dan tugas dibuat dalam bentuk buku dan ada juga yang disimpan dalam blog.

2). Pelaksanaan
Setelah tahap percobaan di kelas akselerasi, maka program e-learning mulai diperkenalkan di kelas-kelas reguler. Dengan kelemahan yang telah diperbaiki, maka proses e-learning di kelas reguler lebih berjalan lancar.
Langkah-langkah pelaksanaan :

a). Di sekolah :
• Membagikan modul kerja kepada siswa untuk dipelajari secara berkelompok.
• Siswa disebar untuk menempati ruangan atau tempat yang paling nyaman dan bagus dalam menerima sinyal hotspot. Mereka tersebar di kantin, perpustakaan, koridor kelas, sekitar lapangan upacara atau di ruang kelas yang kosong. Guru dan siswa secara bersama masuk ke alamat YM masing-masing untuk bergabung dalam YM conference.
• Setelah tergabung dalam YM messenger, guru memberikan instruksi tertentu untuk dilaksanakan oleh siswa.
• Dialog, pertanyaan, diskusi dan opini disampaikan secara berurutan melalui YM conference dan langsung ditanggapi oleh anggota lainnya.
• Guru bisa memeriksa keberadaan siswa dengan cara mengaktifkan wabcame dan mengundang siswa secara random untuk meresponnya.
• Di menit-menit akhir, setiap siswa atau kelompok harus mengirimkan tugasnya melalui e-mail.
• Waktu akhir penyerahan tugas maksimal satu hari setelah tugas diberikan.
b). Di rumah
Guru membuka kontak dengan siswa di luar jam pelajaran untuk melakukan dialog tentang materi pelajaran pada hari Jum’at dan Sabtu malam, antara pukul 21.00-22.00 WIB. Forum ini disediakan oleh penulis untuk penugasan, menjawab pertanyaan siswa atau memberikan soal untuk remedial siswa. Forum ini telah membantu siswa dan guru dalam hal pelaksanaan proses belajar di luar jam pelajaran yang telah ditentukan. Karena disaat belum dilaksanakan program e-learning, untuk remedial, guru dan siswa harus mengatur waktu bersama karena perbedaan aktivitas guru dan siswa.
Proses ini juga diharapkan dapat mengajarkan dan mendidik siswa untuk lebih mandiri menyelesaikan berbagai kewajibannya yang berhubungan kegiatan belajar mengajar. Dengan media e-learning, guru memang tidak dapat melakukan interaksi langsung yang mengikat dengan mewajibkan siswa melakukan kontak, namun sangat melandaskan aktivitasnya berdasarkan kepercayaan guru kepada siswanya.
Hal ini sejalan dengan beberapa teori yang menyatakan salah satu kelebihan e-learning adalah memberikan kesempatan bagi pelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dahulu. (Allan J.Handerson,2003)
Dari kegiatan tersebut, guru bisa mengidentifikasi ciri atau karakter siswa yang perlu mendapatkan layanan secara khusus dengan memberikan instruksi khusus dan langsung dengan berkoordinasi bersama orang tua dengan siswa yang telah mampu belajar secara mandiri.

c). Tele-Conference
Dilakukan apabila guru dan siswa tidak berada di tempat yang sama. Langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
• Dua atau tiga hari sebelum berangkat, penulis memberitahukan kepada siswa untuk membawa laptop ke sekolah.
• Pada saat pembelajaran IPS Terpadu, guru menelpon atau mengirim sms supaya anak-anak siap dengan semua perangkat e-learning, seperti masuk ke YM, membuka blog atau facebook.
• Guru memberikan pengarahan secara umum di facebook dan instruksi langsung di YM conference.
• Siswa melaksanakan pembelajaran dengan arahan jarak jauh dengan bimbingan dari guru tentang target pembelajaran dalam dua jam pelajaran.
• Hasilnya dikirim melalui e-mail.

5. Pengaruh e-learning Terhadap Proses Pembelajaran
Sebagai sebuah layanan, e-learning dilaksanakan tidak sebagai bentuk pengalihan tanggung jawab guru sebagai pengajar, namun lebih berorientasi pada proses pendidikan yang dapat dibangun dengan memanfaatkan media e-learning.
Yang dirasakan langsung oleh penulis dalam pelaksanaan e-learning adalah melatih siswa untuk mampu melaksanakan program pembelajarannya secara mandiri. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran dengan media e-learning, guru tidak dapat berinteraksi secara intens dengan siswa secara fisik, sehingga siswa dididik untuk menanamkan komitmen pada diri pribadi untuk dapat terlibat secara langsung dalam pembelajaran e-learning.
Beberapa dampak lain yang dirasakan diantaranya ialah :
Pertama, siswa dapat merencanakan secara mandiri penyelesaian tugas yang dibebankan oleh guru. Melalui e-learning, secara tidak langsung penulis berusaha mendidik siswa untuk termotivasi dalam belajar, karena bila berhubungan dengan teknologi, siswa biasanya memililki animo yang cukup tinggi. Pengaruh lainnya yang penulis rasakan adalah siswa mulai gemar membaca, walaupun media bacaannya adalah internet. Dengan segala kelebihan yang dimiliki internet, siswa sangat mudah mengakses berbagai sumber informasi yang sulit mereka dapatkan bila membaca buku atau majalah. Bagi yang kesulitan belajar secara mandiri maka guru menyediakan modul yang diberikan kepada siswa, seingga mereka dapat mengerjakan dan langsung mengirimkan hasil pekerjaannya melalui e-mail. Setelah mendapat rekomendasi nilai dari guru, siswa dapat mengerjakan tugas berikutnya. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat merancang waktu dan metode tugas yang dibebankan secara leluasa disesuaikan dengan kesibukan dan kegiatannya masing-masing. Namun sebagai proses pendidikan, guru tentunya harus lebih intens untuk melakukan pemeriksaan tugas siswa, karena bila hal tersebut terabaikan maka siswa yang tingkat kemandiriannya rendah, akan sulit terdeteksi kemajuan belajarnya. Caranya adalah dengan cara memberikan modul pembelajaran yang menjadi alat monitoring dan evaluasi bagi guru, siswa dan orang tua. Dengan demikian, semua komponen dan pelaku pembelajaran secara aktif ikut terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Selama ini apabila pembelajaran di kelas, yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran hanya siswa dan guru.
Kedua, siswa mulai mengenal beberapa situs yang menyediakan berbagai informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. Selama ini siswa pada umumnya hanya mengenal wikipedia sebagai sumber pengetahuan, hal ini dapat dilihat dari tugas yang dikerjakan siswa apabila harus mencari materi di internet. Padahal bila siswa dan guru aktif untuk mencari, maka sumber pengetahuan di internet relatif tidak terbatas, mulai dari buku pelajaran, sejarah, teknologi dan lain sebagainya.
Ketiga, diskusi dan pertukaran informasi tidak dibatasi oleh kelas atau angkatan. Hal ini terjadi bila proses pembelajaran terjadi di rumah masing-masing pada hari Jumat dan Sabtu malam. Di saat itu, yang tergabung sudah tidak lagi dipisahkan oleh kelas, namun melibatkan semua siswa dari semua kelas, baik reguler, bilingual maupun akselerasi. Hal ini sangat bermanfaat bagi perkembangan dan perluasan wawasan dan sosialisasi di mana siswa menjadi lebih mengenal satu sama lain di dunia maya dengan mendiskusikan satu subjek yang sama. Dari diskusi tersebut, banyak sekali permasalahan yang terungkap secara bebas dan mendapatkan tanggapan lebih variatif.
Keempat, siswa terasa lebih leluasa mengemukakan pendapat dan pertanyaan dibandingkan ketika proses pembelajaran terjadi di kelas. Hal ini mungkin terjadi karena secara fisik guru dan siswa tidak bertatap muka langsung sehingga siswa tidak khawatir dengan ekspresi guru bila pertanyaan atau jawabannya terasa konyol. Siswa juga tidak mengalami ”tekanan mental” dari rekan-rekannya bila ada pertanyaan yang agak aneh atau menyimpang dari materi. Kedua hal tersebut sangat terasa karena penulis justru banyak menerima jawaban dari siswa yang di kelasnya justru sangat pendiam dan ketika ditanya mengapa dia lebih berani, ternyata pengaruh faktor teman dan guru lebih dominan menjadi penghalang mereka dalam berpartisipasi dalam mengajukan pertanyaan atau jawaban.
Kelima, materi yang dipelajari lebih mendalam dan meluas. Karena materi yang dibahas adalah materi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, maka pertanyaan dan diskusi melalui e-learning biasanya dihubungkan dengan pengamatan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pertanyaan yang kemudian melebar dan langsung bersentuhan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya ketika membahas hukum, motif maupun prinsip ekonomi, maka pertanyaan mereka dihubungkan dengan kondisi ekonomi nasional maupun global. Apalagi bila mereka menemukan informasi terbaru tentang materi yang dibahas, maka seketika hal tersebut mereka tanyakan dan menjadi bahan diskusi bersama.
Keenam, untuk itu, maka guru dituntut pula untuk terus berpacu bersama siswa menambah wawasan dan pengetahuan melalui tukar informasi terbaru yang mereka dapatkan di internet. Dengan demikian, guru bisa mengakui bahwa ilmu yang selama ini dimiliki sangat terbatas, apalagi seandainya guru hanya mengandalkan buku pegangan dari penerbit yang tahun penerbitan dilakukan setahun atau dua tahun sebelumnya sebagai sumber pembelajaran.
Ketujuh, guru dapat melakukan tukar informasi tanpa merasa sungkan di hadapan murid. Terkadang apabila ada pertanyaan yang sulit dijawab, biasanya guru langsung mencari jawabannya di internet, sementara apabila pertanyaan tersebut dilontarkan di dalam kelas biasanya guru membutuhkan waktu untuk mencari jawabannya, itupun kalau guru tidak lupa baik sengaja maupun tidak sengaja.

6. Beberapa Prinsip Penyelenggaraan e-learning
Pertama kali penulis mencoba menyelenggarakan pembelajaran melalui media e-learning, yang ada dalam benak adalah bagaimana meningkatkan layanan pendidikan kepada siswa. Sejalan dengan bergulirnya waktu dan seringnya pelaksanaan e-learning, maka penulis menyadari ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan e-learning di sekolah, diantaranya ialah :

a. Penyelenggaraan e-learning tidak berarti mengurangi atau menghilangkan hakekat belajar yang selama ini terjadi di kelas, namun justru harus mampu memperkuat dan menopang penyelenggaraan di kelas. E-learning yang penulis laksanakan selama ini dilakukan sebagai suplemen (penambah), komplementer (pelengkap) dan substitusi (pengganti) dari pembelajaran yang terjadi di kelas. Karena salah satu pentingnya interaksi langsung antara siswa dengan guru dikelas adalah memberikan ruang bagi siswa dan guru untuk memaknai dari setiap informasi yang diperoleh di internet. Begitu banyak informasi yang dapat diperoleh oleh siswa di jaringan internet yang mungkin belum saatnya atau belum sepenuhnya di mengerti oleh siswa SMP. Misalnya tentang adanya persengkongkolan internasional dalam menciptakan ketimpangan sosial ekonomi dunia saat ini, atau tentang berbagai gambar atau artikel yang menyudutkan suatu golongan, bangsa atau agama tertentu. Di sini guru berfungsi sebagai mediator bagi siswa untuk berdiskusi membahas materi tersebut secara bijak, tidak dengan cara menghakimi benar-salah suatu opini yang terjadi di masyarakat, namun yang jauh lebih penting adalah menanamkan kemampuan siswa dalam menyaring, memilih dan memilah jenis informasi yang disesuaikan dengan materi yang mereka pelajari.

b. Pelaksanaan e-learning harus mampu menciptakan suatu metode pembelajaran yang efektif, efisien dan sederhana. Karena apabila dengan segala kekurangan yang ada, e-learning malah menimbulkan kesulitan dan ketidakajegan dalam raihan hasil pembelajaran, maka tujuan e-learning sebagai media yang mempermudah suatu kegiatan menjadi bias. E-learning hanyalah salah satu dari berbagai media atau metode yang bisa dilakukan oleh guru dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, sehingga pelaksanaannya harus direncanakan dan dipersiapkan dengan lebih baik. Diawal percobaan memang akan terjadi beberapa kendala, namun berbagai kendala yang terjadi harus segera diatas sehingga pemborosan waktu dan fasillitas tidak lagi menjadi hambatan untuk pembelajaran berikutnya.

c. e-learning harus mampu memberikan layanan kepada siswa secara lebih personal. Siswa memiliki keunikan-keunikan tersendiri yang membutuhkan perhatian dan layanan secara individual. Namun dengan sistem pendidikan di Indonesia yang masih bersifat klasikal, maka pemenuhan hak tersebut belum maksimal terlayani. Dengan adanya e-learning, guru sebenarnya memiliki banyak kesempatan untuk memberikan layanan sesuai dengan kemampuan dan keunikan dari setiap siswa. Misalnya ada siswa akselerasi atau reguler yang cerdas, maka guru dapat memberikan layanan materi secara lebih mendalam dan meluas. Hal tersebut dimungkinkan karena bagi siswa cerdas, sekolah biasanya mempergunakan kurikulum berdiferensiasi, yaitu kurikulum nasional yang telah mengalami penambahan dan pengembangan baik berupa pengayaan maupun mendalaman. Begitu juga dengan siswa yang memiliki masalah dalam konsentrasi atau kesulitan belajar. Guru dapat memberikan tugas yang lebih ringan namun membuka kesempatan kepada siswa untuk memilih materi yang diminatinya.

d. Prinsip terakhir adalah kecepatan. Kecepatan di sini dalam pengertian pelayanan penyampaian informasi dari guru kepada siswa atau sebaliknya. Cepat juga dapat berarti memberikan kesempatan kepada siswa yang rajin dan cerdas untuk dapat menyelesaikan materi dalam jangka waktu lebih singkat. Hal ini penting karena apabila pembelajaran di kelas, guru harus memperhatikan kemampuan siswa secara umum, sehingga siswa yang cerdas dan rajin harus menunggu dan menyesuaikan diri dengan rekannya yang lain.

7. Kendala dan solusi dalam pelaksanaan e-learning di sekolah
Dalam penyelenggaraan e-learning di sekolah, penulis merasakan beberapa kendala yang dialami, diantaranya yaitu :

a. Siswa belum terfasilitasi dengan laptop yang memadai untuk dipergunakan di sekolah. Selama ini, siswa hanya membawa laptop bila guru memberitahukan sehari sebelumnya. Terkadang ada siswa yang tidak membawa laptop karena harus bergantian dengan orang tua atau saudaranya. Kekurangan ini bisa disiasati oleh penulis dengan aturan minimal ada satu laptop untuk dua siswa. Dengan demikian, kedua siswa tersebut bisa bersinergi untuk saling membantu dalam melaksanakan tugas. Dan penulis pun memberikan kesempatan kepada siswa supaya dapat meneruskannya secara mandiri dirumah.
b. Kurangnya software penunjang yang dapat mempercepat proses e-learning. Penulis belum memahami benar beberapa software yang masih harus disiapkan sekolah atau penulis sendiri dalam penyelenggaraan e-learning. Untuk permasalahan tersebut, penulis akan membuat proposal pengajuan kepada pihak sekolah untuk terus membenahi fasilitas yang ada sehingga e-learning akan terselenggara lebih baik.
c. E-learning belum sepenuhnya diselenggarakan oleh semua guru di SMP Taruna Bakti, sehingga materi yang bisa diakses oleh siswa selama ini baru terbatas pada materi IPS Terpadu, IPA, TIK, Seni, Bahasa Inggris. Hal ini pun masih bersifat parsial atau terpisah antara materi yang satu dengan materi lainnya. Setiap guru memiliki blog masing-masing yang harus diiingat siswa, sehingga agak mempersulit siswa dalam mengakses materi tersebut. Ke depan, guru harus mulai membuat sebuah media yang sama sehingga siswa dapat dengan mudah mengakses semua materi di tempat yang sama. Website SMP Taruna Bakti selama ini belum maksimal dimanfaatkan karena banyak hal teknis yang kurang dimengerti oleh guru.

D. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penyelenggaraan e-learning sebagai media pembelajaran tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang. Masalah pokok dalam pelaksanaan e-learning bukan terletak pada kemampuan guru dalam mengoperasional beberapa program komputer dan internet, namun pada kemampuan mengkombinasikan beberapa program yang telah diketahui untuk dijadikan sistem yang terpadu. E-mail, messenger, facebook, blog, wordpress, bukanlah barang yang baru bagi kebanyakan guru karena dalam keseharian hampir semua guru maupun pelajar telah mempergunakannya. Yang terpenting adalah bagaimana kemudian guru menggabungkan dan merancangnya menjadi sebuah sistem terpadu dan menunjang pelaksanaan e-learning.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua guru yang sampai saat ini masih ragu untuk menyelenggarakan e-learning karena takut tidak paham program, asing dengan bahasa internet dan komputer, atau khawatir dengan hasil pembelajaran yang kurang baik. Semoga juga tulisan ini dapat menjadi bahan masukan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam pengambilan kebijakan mengenai pentingnya e-learning bagi pembelajaran dengan terus membenahi hal-hal yang selama ini dirasakan masih menjadi kendala, seperti pengadaan komputer, pengadaan jaringan maupun peningkatan sumber daya guru dalam memanfaatkan teknologi bagi pendidikan di Indonesia.
Setiap proses membutuhkan waktu dan energi, namun dengan semangat dan optimisme penulis yakin dalam jangka waktu yang tidak lama lagi, e-learning akan mampu mempercepat peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Semoga.

Bandung, April 2009

Penulis

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Website : www.smptarunabakti.com
Email : imamwibawamukti@yahoo.co.id
Blog : e-ducationsmptarbak.wordpress.com

Tidak ada komentar: