Minggu, 08 Februari 2009

MENEMUKAN GAYA BELAJAR ANAK

“Pak Imam, anak saya sangat susah kalau disuruh belajar. Kami harus bertengkar dulu sebelum akhirnya dia mau duduk di meja belajar dan membaca buku pelajaran. Bagaimana yang menumbuhkan motivasi internal sehingga mereka menyadari bahwa belajar itu untuk kepentingan mereka sendiri. Bahwa bawwelnya kita adalah demi kebaikan mereka sendiri” begitu orang tua curhat masalah anak-anak mereka.
“Bapaaa….kkk, kenapa orang teh selalu cerewet ama marah ke kita kalau nyuruh belajar. Kan pegel pak lama-lama di belakang meja belajar dengan sorot lampu belajar dan setumpuk buku pelajaran. Bapak saya selalu mengatakan cara belajar saya salah. Ibu saya selalu mengatakan jam belajar saya masih kurang. Padahal khan nilai pelajaran saya ngga jelek-jelek amat” , begitu siswa curhat masalah orang tuanya kepada saya.
Ada yang pernah mengalami hal di atas?
Pasti ada yang salah dalam komunikasi antara seorang ayah dengan anaknya ketika masalah ini muncul. Kedua-duanya berbicara pada titik pandang yang berbeda. Tapi jangan harap kita sebagai orang tua akan mendapatkan sebuh diskusi dewasa dengan mereka, karena bagaimanapun pintarnya anak kita, mereka berpijak pada dunia mereka sendiri. Oleh karena itu, untuk memulai sebuah dialog yang efektif, saya hanya akan membahas dari aspek orang tua, karena kita telah pernah mengalami masa-masa seperti mereka, sementara mereka belum mengalami apa yang pernah kita lalui.
BEBERAPA HAL YANG SALAH DALAM MEMANDANG GAYA DAN CARA BELAJAR ANAK
Siapa yang mengatakan kalau belajar itu harus selalu duduk di belakang meja dengan setumpuk buku dan disorot meja belajar yang panas itu? Pasti pengalaman kita dahulu begitu. Dan anehnya, banyak orang tua menganggap kalau cara dan gaya belajar seperti itu adalah yang terbaik pula buat anak-anak kita. Kita dulu selalu belajar pada jam-jam khusus yang ketat dan tetap misalnya antara jam 19.00 – 21.00 karena saat itu, dahulu, TVRI tidak sedang menayangkan acara yang menarik dan kita mulai menonton acara televise lebih dari jam 21.30 pada saat ada film atau acara music. Pertanyaannya, apakah dunia dan keadaan sekarang juga sama dengan jaman kita sekolah dulu?
Dari obrolan saya dengan orang tua dan siswa, dapat saya simpulkan beberapa hal dari pandangan orang tua dengan konsep belajar yang ingin harus dilakukan anak-anaknya, diantaranya :
1.Belajar harus selalu dibelakang meja belajar dengan lampu sorot dan buku diatas meja.
2.Belajar harus selalu mengerjakan soal matematika, fisika atau lainnya tanpa harus menunggu PR atau tugas dari guru.
3.Tangan harus bergerak lebih banyak ketimbang badan atau mulut karena kegiatan menulis dan mengerjakan perhitungan.
4.Tidak boleh ada iringan music dan makanan di meja belajar.
5. Jam belajar harus teratur dan tetap setiap hari, misalnya jam 19.00 – 21.00.
MENGENAL DAN TERLIBAT AKTIF DALAM PROSES BELAJAR ANAK DI RUMAH
Sekarang yang harus kita cermati sebagai orang tua adalah kemampuan untuk lebih memahami anak sesuai dengan jamannya. Jaman yang penuh persaingan, penuh godaan, penuh tantangan ini jauh dengan kehidupan kita sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu. Menyamakan gaya dan cara belajar kita dengan mereka dijaman sekarang benar-benar akan membuat mereka merasa aneh dan asing di duniannya sendiri. Pemahaman ini penting karena beberapa hal, diantaranya, si anak akan merasa bahwa mereka diterima oleh orang tua secara penuh, baik dunia, gaya dan kehidupannya. Mereka akan merasa bahwa rumah adalah tempat paling nyaman baginya untuk menyandarkan kesadarannya yangtelah dipenuhi beban hidup yang semakin berat di sekolahnya, dengan temannya dan dengan perkembangan psikologisnya yang sedang mengalami masa “pancaroba”. Dampak psikologis ini penting karena kematangan dan kenyamanan psikologis akan berdampak pada prestasi belajar mereka.
Yang kedua, pemahaman dari orang tua penting mengingat kita adalah sosok yang telah banyak pengalaman dalam menjalani kehidupan ini sehingga diharapkan akan mampu lebih memahami perbedaan dan perkembangan jaman yang telah dilalui. Sementara anak kita hanya bertemu dan menghadapi apa yang ada di depan matanya saja tanpa kemampuan meramu dan merakit pengalaman menjadi sebuah informasi yang utuh. Jangan berharap anak kita akan memahami maksud baik kita dengan mudah dan sekali proses. Kasih sayang dan maksud baik kita akan terasa pada saat mereka dewasa dan mulai mejlanai banyak peristiwa dalam hidupnya. Marilah kita pahami itu.
Yang ketiga adalah mulai saatnya orang tua melakukan redefinisi tentang konsep belajar yang selama ini kita bayangkan. Duduk di meja dengan sorotan lampu belajar dari jam 7 sampai jam 9 malam harus mulai ditinggalkan, dan metode membaca sambil duduk selama dua jam benar-benar harus dicari kembali teori pendukungnya sebagai metode paling baik dalam belajar.
Saatnya sekarang sebagai orang tua, untuk lebih terlibat alam proses belajar anak. Orang tua bukan lagi “pemberi perintah” kepada anaknya untuk belajar sendiri, tapi juga langsung terlibat dalam proses belajar tersebut. Orang tua tidak bias sudah merasa memperhatikan anak belajar hanya dengan menyuruhnya ke kamar untuk belajar setelah itu orang tua melanjutkan pekerjaan, hobi lalu tidur.
Hal tersebut akan sangat membuka peluang anak untuk melakukan manipulasi dan rekayasa seolah mereka belajar, padahal mereka tetap dengan aktivitasnya main game atau membaca komik. Orang tua tidak bisa melakukan evaluasi terhadap kemajuan dan perkembangan pemahaman anak. Bahkan bisa jadi orang tua tidak mampu memberikan teladan terbaiknya bagi proses belajar anak. Mereka masih mencari metode dan gaya belajar, salah satunya dengan mencontoh kedua orang tua dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Sudah saya perkirakan ini akan menimbulkan sedikit protes dengan alasan keterbatasan waktu, tuntuan pekerjaan yang padat, jarang ada di rumah dan tidak sempat karena pekerjaan lain sedang dan akan selalu menunggu. Permasalahannya adalah bukan sempat atau tidak sempat tapi mau atau tidak mau. Keberatan lainnya adalah dengan alasan tidak memahami materi yang diajarkan. Tidak semua orang tua bekerja di pekerjaan yang menuntut harus tahu banyak tentang segala sesuatu. Ini alasan yang paling mungkin membuaut orang tua tidak merasa perlu terlibat banyak dalam proses belajar anak.
Kita memahami semua bahwa kewajiban orang tua tidak hanya mendidik anak, tapi ada juga mencari pendapatan untuk biaya keluarga, membangun relasi dan hubungan social, mempersiapkan dana untuk masa depan anak, menjalin silaturahmi dengan keluarga lainnya, menjaga eksistensi di tempat pekerjaan dan menjalin hubungan harmonis di dalam keluarga. Tapi dari semua urusan itu, tentukan prioritas dan jalankan prioritas utama. Saya tidak tahu persis, priotitas keberapa anak anda ada dalam aktivitas sehari-hari.
Dari beberapa pembicaraan yang dilakukan dengan orang tua, saya menemukan beberapa orang tua yang rela meninggalkan karier dan pekerjaan karena menganggap melakukan pendampingan adalah sebuah kewajiban mulia. Namun tentunya tidak semua harus se ekstrim itu dalam menyikapi belajar anak. Yang terpenting adalah bagaimana orang tua bisa terlibat aktif dalam belajar ananknya, lalu memperhatikan kecenderungan anak dalam belajar sehingga dapat membantu anak menemukan gaya belajarnya yang paling tepat.
Untuk itulah saya membuat tulisan ini. Mencoba menjembatani permasalahan komunikasi antara anak dan orang tua. Bagaimana orang tua bisa mulai sedikit memberikan keleuasaan kepada anak dalam mencari metode belajarnya namun dengan tetap pendampingan orang tua. Dengan demikian maka orang tua dan siswa akan menemukan sebuah metode belajar yang cocok bagi anak itu sendiri.
BEBERAPA GAYA DAN TIPE BELAJAR ANAK
Pernahkah orang tua menemukan anaknya sedang belajar sambil mendengarkan music? Atau sambil membaca buku pelajaran dengan suara keras, atau ada yang sambil jalan dari satu tempat ke tempat lainnya? Atau mungkin ada yang rajin membuat ringkasan dan catatan untuk dipelajar? Atau bahkan yang sering kita lihat si anak malah tidak memiliki waktu dan tempat yang sama untuk melakukan kegiatan belajarnya?
Menurut teori, secara garis besar ada 3 tipe anak dalam belajar, yaitu :
1.Auditory
Anak ini sangat tergantung pada indera pendengaran dalam menangkap informasi. Apa yang dia dengar akan jauh lebih mudah dia pahami ketimbang dari yang dia baca. Perhatiannya sangat focus ketika sedang mendengarkan guru menerangkan sebuah materi. Catatannya cenderung kosong karena dia mencoba untuk mengingat materi yang ditangkap indera pendengarnya. Kemudian mereka akan cepat menghubungkan informasi tersebut ketika dibutuhkan. Tipe ini disebut sebagai tipe auditory listening learner.
Tipe yang kedua dari anak auditory ini adalah lebih menyenangi suaranya sendiri dalam belajar. Tipe ini cenderung akan membaca materi secara keras sehingga mampu dia dengar sendiri suaranya. Jangan heran dan jangan terkejut ketika orang tua mendengar suara anaknya sedang membaca dalam belajarnya. Jangan larang dan hindari dari gangguan yang dapat mempengaruhi konsentrasinya. Tipe ini disebut dengan auditory verbal learner.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oran tua untuk membantu tipe ini diantaranya dengan :
1.Jika mungkin, pinjam atau belilah CD atau tape (books-on-tape) yang isinya bahan pelajaran yang diikuti anak di sekolah. Biasanya banyak terdapat di perpustakaan
2.Untuk merangsang minat belajar anak tipe ini :
•Maka undanglah kawan-kawannya atau suruhlah ia belajar dengan sahabatnya, diluar jam sekolah.
•Biarkan ia mengucapkan apa yang ia baca, tidak harus keras-keras asalkan cukup dia bisa mendengar suaranya sendiri.
•Suruhlah ia mempresentasikan atau berpura-pura menjadi guru yang mengajarkan apa yang ia pelajari di depan kelas.
•Jika ia punya hobby menyanyi, suruhlah ia melantunkan melodi lagu kesayangannya dari apa yang ia pelajari.
2.Visual
Sesuai dengan namanya, anak seperti ini cenderung akan lebih mudah menangkap informasi dari indera penglihatannya. Melihat gambar atau membaca mungkin akan lebih bermanfaat bagi dirinya ketimbang mendengar uraian dari guru. Namun yang harus diperhatikan adalah tidak semua tipe ini akan senang membaca huruf atau buku karena tipe ini memiliki dua jenis, yaitu :
Picture learner, yaitu anak yang senang melihat gambar, film, grafik, table untuk memahami materi. Misalnya dia akan membuat uraian dan peristiwa sejarah dalam bentuk table yang memisahkan tahun, peristiwa, tokoh dan kejadian dari suatu peristiwa sejarah.
Print learner, tipe ini selain akan membuat catatan yang rapi dan baik juga cenderung akan membuat resume dari materi dan informasi yang telah diperolehnya.
Bantulah anak tipe ini dengan memberikan keleluasaan untuk mencatat dan merekam sebuah peristiwa. Sediakan alat visual seperti VCD atau kamus bergambar untuk menjelaskan suatu permasalahan atau dengan membuat tanda dari apa yang ia baca, misalnya diberi highlight, garis bawah, membuat tulisan/catatan kaki, membuat tulisan demi tulisan yg dihubungkan dengan tanda panah, menulis sesuatu yang menjelaskan sebuah informasi bergambar, dsb
3.The Tacticale Kinesthetic
Ada 4 macam tipe ini :
1.Hands on learner : paling suka aktifitas membuat model, membongkar pasang sesuatu, bekerja dengan material yang bertekstur, dsb.
2.Whole body learner : butuh menggerakkan tubuh, jalan, main, olahraga dsb
3.Sketching learner : butuh menggambar, mewarnai, dsb
4.Writing learner : butuh menulis, mengetik sesuatu yang ia pelajari agar cepat ingat. Bedanya dengan Print Learners hanyalah writing learners tidak selalu menerjemahkan gambar menjadi kata-2 yang ia tulis seperti pada Print Learners.
Karena itu untuk merangsang belajar tipe ini, sebaiknya :
1.Biarkan ia melacak apa yang ia baca dengan jarinya
2.Beri ia kesibukan jika anda tak ingin diganggu, misalnya suruhlah ia membuat gambar, mewarnai, membuat karya tangan, bermain clay dan aktifitas lain yang membuat ia menggerakkan tangan.
3.Saat belajar sesuatu biarkan ia membuat modelnya. Misalnya saat belajar piramyd, biarkan ia menggambarnya atau membuat model dari kertas, daripada hanya membaca buku sejarah.
4.Biarkan ia keluar rumah untuk belajar biologi dari alam secara langsung. Misalnya dengan mengumpulkan daun dan ia rasakan strukturnya, daripada hanya diberi buku biologi bergambar.
5.Untuk matematika, dia akan suka jika menggunakan kalkulator, atau abascus, dsb.
Biarkan ia menggerakkan tubuh, apakah untuk bermain bola, atau lainnya saat istirahat dari belajar.

GAYA BELAJAR MENURUT GREGORC
Ada juga beberapa teori yang mencoba untuk mengidentifikasi dan menemukan gaya mengajar anak. Hal ini perlu diketahui dan dipahami orang tua maupun guru sehingga akan dengan mudah menentukan metode cara belajar dan mengajar anak atau siswa.
Teori dan Model yang dihasilkan oleh para ahli mengenai Gaya Belajar memang sangat beragam. Dalam bukunya, "Cara Mereka Belajar", Cynthia Ulrich Tobias menjelaskan bahwa ada empat gaya atau cara belajar anak. Dia mendasarkan pokok pikirannya itu dari hasil riset Dr. Anthony F. Gregorc. Model yang dikembangkannya memberikan wawasan yang sangat berharga mengenai bagaimana pikiran kita MENERIMA dan MENGGUNAKAN informasi.

A.Menurut Dr. Gregorc, ada dua hal penting yang perlu diketahui tentang bagaimanakah anak menangkap pelajaran. Dia membagi fungsi otak dalam dua macam, pertama PERSEPSI, yaitu cara kita menerima informasi, kedua PENGATURAN, yaitu cara menggunakan informasi yang kita persepsikan.

1.PERSEPSI
Persepsi adalah cara kita menerima informasi atau menangkap sesuatu hal, secara pribadi atau individu. Persepsi-persepsi ini membentuk apa yang kita pikirkan, mendefinisikan apa yang penting bagi kita, dan selanjutnya juga akan menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. Menurut Gregorc, persepsi yang dimiliki setiap pikiran/pribadi ada dua macam, yaitu Persepsi Konkret dan Persepsi Abstrak.
a)PERSEPSI KONGKRET/NYATA
Persepsi Kongkret membuat anak lebih cepat menangkap informasi yang nyata dan jelas, secara langsung melalui kelima indranya, yaitu penglihatan, penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran. Anak tidak mencari arti yang tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan atau konsep. Kunci ungkapannya: "Sesuatu adalah seperti apa adanya."
b)PERSEPSI ABSTRAK/KASAT MATA
Persepsi abstrak memungkinkan anak lebih cepat dalam menangkap sesuatu yang abstrak/kasat mata, dan mengerti atau percaya apa yang tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu anak menggunakan persepsi abstrak ini, mereka menggunakan kemampuan intuisi, intelektual dan imajinasinya. Kunci ungkapannya: "Sesuatu tidaklah selalu seperti apa yang terlihat."
Meskipun setiap anak menggunakan Persepsi Konkret dan Persepsi Abstrak setiap harinya, namun ada kecenderungan seseorang merasa lebih mampu dalam menggunakan yang satu dibanding yang lainnya.

2. PENGATURAN
Setelah anak menerima informasi yang masuk, maka anak akan mengatur dan menggunakan informasi yang dipersepsikan tersebut. Menurut Gregorc, kedua kemampuan anak untuk mengatur persepsi adalah sekuensial (teratur, menurut suatu aturan bertahap) dan random (acak, yang mana saja).
a)SEKUENSIAL/BERURUTAN
Metode pengaturan sekuensial membiarkan pikiran anak mengatur informasi secara berurutan, linear atau setapak demi setapak. Anak yang bertipe berurutan biasanya menyukai metode belajar satu demi satu secara berurutan. Orang-orang yang memiliki kemampuan pengaturan sekuensial yang kuat mungkin lebih suka mempunyai suatu rencana dan mengikutinya daripada bertumpu kepada dorongan-dorongan hati. Kunci ungkapannya: "Ikutilah langkah-langkah tersebut."\
b) RANDOM/ACAK
Pengaturan acak membuat pikiran kita mengatur informasi dalam potongan-potongan dan tanpa rangkaian tertentu, seperti memulai di tengah-tengah atau memulai di akhir bagian dan kembali kepermulaan. Anak yang bertipe acak biasanya lebih menyukai cara belajar yang spontan, tidak harus berurutan. Seolah-olah mereka tidak mempunyai suatu rencana tertentu. Kunci ungkapannya: "Lakukan saja!"

B. Berdasarkan konsep ini Cyntia Ulrich Tobias menyusun empat gaya belajar, agar orangtua dan guru lebih dapat memahami cara anak dalam belajar. Setiap anak sebenarnya memiliki kemampuan untuk menggunakan tipe yang lain namun biasanya anak mempunyai tipe yang dominan. Empat tipe kombinasi yang dominan tersebut adalah:

1.SEKUENSIAL KONGKRET (Kongkret Berurutan)
Anak yang bertipe Kongkret Berurutan biasanya mengalami kesulitan apabila diminta untuk menangkap suatu pelajaran yang bersifat abstrak dan yang memerlukan daya imajinasi yang kuat. Ia cenderung menangkap pelajaran yang dopresentasikan secara verbal dan yang dapat ia lihat. Dengan kata lain, ia membutuhkan banyak contoh atau peragaan dan semua ini disajikan dalam bentuk yang sistematis dan berurutan.
Anak ini tidak bisa diburu-buru untuk menyelesaikan tugasnya, karena dia harus benar-benar memahami informasi yang diterimanya satu demi satu. Ini tidak berarti bahwa ia lebih lamban daripada anak yang lain. Ketertarikannya terhadap kerapian, membuat dia sukar menerima beberapa informasi yang datang bersamaan. Istilah kunci baginya adalah SATU DEMI SATU dan NYATA.

2. SEKUENSIAL ABSTRAK (Abstrak Berurutan)
Anak yang bertipe Abstrak Berurutan dilengkapi Tuhan dengan kemampuan penalaran yang tinggi. Anak ini cenderung kritis dan analitis karena dia memiliki daya imajinasi yang kuat. Pada umumnya ia menangkap pelajaran atau informasi secara abstrak dan tidak memerlukan peragaan yang kongkret. Biasanya ia bersifat pendiam dan menyendiri karena ia sibuk berpikir dan menganalisa. Ia pun lebih menyukai pelajaran atau informasi yang disajikan secara sistematis. Istilah kunci baginya adalah SATU DEMI SATU dan IMAJINATIF.

3. RANDOM ABSTRAK (Abstrak Acak)
Anak yang bertipe Abstrak Acak, pelajaran yang disajikan secara berurutan atau sistematis tidaklah menarik. Cara belajar anak model ini tidak teratur dan penjadwalan sangat menyiksa dirinya. Ia tidak terbiasa terpaku oleh pengajaran di dalam kelas; baginya semua pengalaman hidup merupakan pelajaran yang berharga. Istilah kunci baginya adalah SPONTAN dan IMAJINATIF.

4. RANDOM KONGKRET (Kongkret Acak)
Anak yang bertipe Konkret Acak adalah anak yang penuh dengan energi dan ide-ide yang segar. Ia belajar banyak melalui pancaideranya dan tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang memerlukan penalaran abstrak. Ciri praktisnya yang diperkuat oleh kemampuannya menerima pelajaran secara acak membuatnya menjadi orang yang penuh dengan ide-ide yang baru. Kesulitannya adalah melakukan hal-hal yang sama, sebab baginya hal ini sangat membosankan. Anak bertipe ini cenderung mengalami masalah dalam sistem pengajaran di sekolah sebab ia bukanlah tipe penurut. Istilah kunci baginya adalah SPONTAN dan NYATA.

Sebagaimana kita melihatnya, setiap anak (dan juga kita) belajar dengan cara yang berbeda. Untuk itu sangatlah penting bagi orangtua atau guru untuk mengenal gaya belajar anak-anak dan murid-muridnya, agar memiliki pemahaman yang benar terhadap mereka sehingga menghasilkan buah yang maksimal. Demikian pula sebagai Guru Sekolah Minggu, kita harus waspada dengan kelemahan Gaya Belajar kita sendiri serta berusaha untuk mengembangkan beberapa teknik mengajar yang mungkin "secara alami" kurang kita sukai.

CARA PRAKTIS MENGAJAR ANAK-ANAK MENURUT KOMBINASI GAYA BELAJAR GREGORC

Di dalam artikel diatas kita telah membahas empat kombinasi gaya belajar yang dikembangkan oleh Cynthia Ulrich Tobias berdasarkan riset dari Dr. Anthony F. Gregorc. Berikut ini adalah langkah - langkah praktis yang dapat dilakukan oleh guru untuk menolong anak - anak yang memiliki kecederungan gaya belajar tersebut.

1. SEKUENSIAL KONGKRET (Kongkret Berurutan)
Anak yang bertipe Kongkret Berurutan lebih menyukai rutinitas, melakukan hal-hal dengan cara yang sama, dan senang bekerja secara sistematis (langkah demi langkah) dengan batasan waktu dan jadwal kerja yang jelas.
Cara praktis yang dapat digunakan guru untuk membantu anak bertipe Konkret Berurutan ini adalah:
1.Menyediakan waktu dan tempat dimana anak dapat belajar/ bekerja dengan tenang.
2.Memberikan contoh konkret tentang apa yang diharapkan, kalau perlu menggunakan alat bantu dan peraga.
3.Bertanya pada anak apa yang dapat anda lakukan untuk membantunya.

2. SEKUENSIAL ABSTRAK (Abstrak Berurutan)
Anak dengan gaya belajar Abstrak Berurutan membutuhkan informasi sebanyak mungkin sebelum mereka membuat suatu keputusan dan waktu yang cukup agar dapat menyelesaikan pekerjaannya.
Cara praktis yang dapat dilakukan guru untuk menolong anak ini adalah:
1.Memberikan waktu tambahan atau mengusahakan tidak ada tekanan waktu sementara anak belajar/bekerja.
2.Tidak terlalu memaksa anak untuk mengutarakan perasaan/ emosinya bila dia belum merasa siap.
3.Mengusahakan untuk senantiasa menggunakan logika dan memaparkan fakta-fakta dalam mengajar atau membimbing anak.

3. RANDOM ABSTRAK (Abstrak Acak)
Bagi anak yang bertipe Abstrak Acak, keseluruhan hidup dan belajar merupakan suatu pengalaman yang amat sangat pribadi. Anak ini biasanya sensitif terhadap perasaan orang lain maupun "suasana" belajarnya.
Cara praktis Guru dalam membangun motivasi anak ini adalah:
1.Memberikan jaminan kasih dan penghargaan serta pujian yang tulus.
2.Menegaskan pentingnya "pelajaran" tertentu bagi kehidupan pribadi mereka serta apa yang dapat mereka lakukan bagi sesama dengan bekal "pelajaran" tersebut
3.Menghindari kompetisi dan konflik, sementara mendorong anak untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain

4. RANDOM KONGKRET (Kongkret Acak)
Anak yang bertipe Kongkret Acak cenderung ingin "mengalami" sendiri fakta-fakta supaya dapat benar-benar mempercayainya. Anak ini juga dikenal sering melawan struktur dan rutinitas, mereka ingin menjaga agar semua pilihan mereka tetap terbuka lebar. Mereka sangat menyukai tantangan baru.
Cara praktis yang dapat digunakan guru untuk membantu anak bertipe Kongkret Acak adalah:
1.Memberikan kesempatan pada anak untuk berinspirasi dan berkreasi (mengembangkan kreativitasnya).
2.Memberikan bimbingan serta pengarahan dan jangan memberi peraturan serta batasan yang cenderung mengikat senantiasa menyediakan 'tantangan baru' dan sebisa mungkin menghindari rutinitas.

Nah…setelah menyimak beberapa tipe belajar, apakah orang tua mulai bisa membedakan tipe belajar anaknya atau tidak. Kita perlu secara aktif menemukan, mengidentifikasi gaya belajar anak dan kemudian menetapkan, membiasakan pola belajar menurut kecenderungan anak. Tidak mustahil seorang anak telah merasa nyaman dengan gaya belajar yang telah dilakukannya selama ini. Namun orang tua dapat mengamati apakah haisl belajar anak berbanding lurus dengan gaya belajarnya atau tidak, bila tidak ada hubungan signifikan antara gaya yang tengah dilakukan dengan hasil yang diperoleh, maka orang tua harus secara sabar dan bijak merubah gaya belajar anak.
Bahan ini dirangkum dari:
1. Judul buku : Cara Mereka Belajar
Penulis : Cynthia Ulrich Tobias
Penerbit : Harvest Publication House
Halaman : 16-27
2. Judul buletin: Parakaleo
Edisi : Juli - September 1995
Penulis : Dr. Paul Gunadi
Penerbit : Departemen Konseling STTRII
Halaman : 2-3
3. Bahan ini diambil dan diringkas dari:
Judul buku : Cara Mereka Belajar
Penulis : Cynthia Ulrich Tobias
Penerbit : Harvest Publication House
Halaman : 31-83

Imam Wibawa Mukti dengan mengutip banyak sumber.

Tidak ada komentar: