Senin, 06 April 2009

INTERAKSI GURU DAN SISWA CI (SMP N 2)

Dr Endang Widyorini


Interaksi Guru dan Murid Merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar
1. tidak sedikit dari anak berbakat ini mempunyai kesulitan dalam penyesuaian diri dengan guru
2. Dari pihak guru pun tidak jarang yang mendapatkan masalah dalam menghadapi siswa berbakat, terutama siswa yang berbakat tinggi (highly gifted student).

Permasalahan siswa berbakat
1. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi, menyebabkan ia tidak dapat bersifat sabar, kurang menyukai hal-hal yang bersifat rutin, tidak suka otoritas dan minat yang luas, dan juga kreativitas yang tinggi menyebabkan ia terlihat berbeda dibandingkan siswa lain (Kubilius, 1988; Janos dan Robinson, 1985).
2. Sikap independen yang tinggi menyebabkan ia menjadi nonkonformis dan tidak suka diatur (Mönks, 1996)

Bagaimanakah gambaran ideal seorang murid di mata guru, dan bagaimanakah gambaran ideal seorang guru bagi siswa berbakat ? Karena :
1. pendekatan guru dalam mengajar dipengaruhi oleh cara pandang guru terhadap siswa berbakat
2. Demikian juga pendekatan murid dipengaruhi juga oleh cara pandang murid pada guru

Yang diharapkan siswa berbakat guru
1. Baik hati, tidak galak (86%)
2. Suka humor (82%)
3. Pandai (80%)
4. Menarik/tidak membosankan (78%)
5. Mau memahami /mendengarkan pendapat siswa (71%)
6. Tidak sok tahu/Tidak suka mengatur (65%)
7. Penampilan baik/ramah
8. Tidak pilih kasih atau suka membanding-bandingkan(39%)

Yang diharapkan guru
1. Rajin belajar (98%)
2. Dikelas memperhatikan guru (90%)
3. Patuh (87%)
4. Tidak mengganggu kelas (54%)
5. Tidak usil dengan teman (43%)
6. Tidak suka melawan guru (41%)
7. Bisa menghormati guru (31%)

Mengapa demikian?
1. Pertama kemungkinan karena kekurang-tahuan guru pada karakteristik siswa-siswa berbakat
2. Kedua adalah faktor lingkungan atau budaya

Bila guru kurang paham mengenai karakteristik anak berbakat, maka :
• Akibatnya guru jadi lelah dan siswa berbakat menjadi bosan dan kurang suka di kelas,nak semakin tidak kooperatif di kelas, ia usil dan ganggu teman, tidak termotivasi belajar Webb (1997) .

Faktor budaya
1. Kota Semarang adalah sebuah kota yang bersuasana budaya Jawa. Dalam budaya Jawa utamakan kepatuhan, spontanitas, dan mengungkapkan diri/pendapat dianggap tidak etis (Koentjaraningrat, 1999)
2. Tuntutan/harapan masyarakat Jawa Tengah pada seorang anak adalah patuh, bisa mengendalikan diri, punya rasa sungkan, hormat pada guru, tidak boleh mementingkan diri sendiri (Mulder, 1996;Greetz, 1983)

Peran Guru
1. Guru bisa meningkatkan (atau menurunkan) motivasi, harga diri, dan kreativitas
2. Guru sebagai fasilitator daripada sebagai instruktur semata-mata
3. Sebagai fasilitator membantu, memudahkan anak dalam proses pengembangkan dan perwujudan dirinya.

Bagaimana guru yang tepat?
1. Mempunyai kompetensi dan minat untuk belajar
2. Kemahiran dalam mengajar
3. Adil dan tidak memihak, Sikap kooperatif
4. Fleksibilitas dalam berpikir dan bertindak
5. Punya rasa humor
6. Menggunakan penghargaan dan pujian
7. Minat yang luas
8. Memberi perhatian terhadap terhadap masalah anak

Perlu dikembangkan karakteristik profesional pada guru, seperti:
1. Kemampuan untuk menggunakan ketrampilan dinamika kelompok
2. Mengetahui tentang sifat atau karakteristik sifat dan kebutuhan siswa berbakat.
3. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan bahan untuk siswa berbakat.
4. Mampu membimbing dan memberi konseling siswa berbakat dan orangtuanya

Perlu dikembangkan karakteristik profesional pada guru, seperti :
1. Kemampuan untuk menggunakan ketrampilan dinamika kelompok
2. Mengetahui tentang sifat atau karakteristik sifat dan kebutuhan siswa berbakat.
3. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan bahan untuk siswa berbakat.
4. Mampu membimbing dan memberi konseling siswa berbakat dan orangtuanya.

Materi di sampaikan di Workshop Keberbakatan di Solo tanggal 1-4 April 2008

Tidak ada komentar: