Minggu, 21 Juni 2009

PERTANYAAN DAN PERNYATAAN SEPUTAR SOSIALISASI PROGRAM AKSELERASI

Ini lagi…pengalaman dari sosialisasi program akselerasi di SMP Taruna Bakti Bandung. Pertanyaan dan pernyataan itu umumnya :


PERTANYAAN :

Apa saja indikator seorang siswa menjadi peserta program akselerasi...? bayangan saya, program akselerasi ini adalah program yang memaksa anak untuk belajar lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat.

JAWABAN :

Terima kasih atas pertanyaan yang menurut saya sangat mendasar dan apabila salah dalam menjelaskan akan berpotensi disalahpahami oleh masyarakat.

Landasan hakekat dari adanya program akselerasi adalah memberikan layanan pendidikan kepada anak yang memiliki kebutuhan khusus, yaitu anak yang memiliki kebutuhan untuk belajar lebih banyak dan lebih cepat. Karena lebih cepat dan lebih banyak, maka siswa yang mengikuti program ini harus memiliki kriteria tertentu.

Adapun kriteria seorang siswa yang direkomendasikan untuk mengikuti program ini adalah :

  1. Memiliki tingkat kecerdasan kategori superior, yaitu IQ 130 untuk scala cattel. Kedua, memiliki task comitment (komitmen terhadap tugas) yang tinggi minimal 2 serta creativity quotient (tingkat kreatifitas) minimal 2.
  2. Prestasi akademis selama kelas IV-VI rata-rata 8 dengan nilai akademis tidak ada angka 6.
  3. Indeks raport diatas 100, yang artinya siswa tersebut memiliki nilai lebih tinggi dari rata-rata kelas.

Dengan tiga indikator awal ini, kita mengharapkan akan mendapatkan input yang benar-benar akan mampu mengikuti program ini secara maksimal.

Yang perlu bapak/ibu pahami adalah adalah kami sangat hati-hati dalam merekrut siswa yang akan ditawarkan mengikuti program ini. Adalah sebuah kedzaliman apabila kita memaksakan seorang anak untuk mengikuti program ini sedangkan anak tersebut diperkirakan tidak akan mampu mengikutinya. Begitu pula sebaliknya, adalah sebuah kedzaliman bila kita tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan layanan yang sesuai dengan kemampuannya, program apapun itu!

Tapi proses penyaringan belum selesai pada tiga indikator diatas. Langkah berikutnya adalah :

  1. Proses sosialisasi yang sedang kita laksanakan sekarang. Langkah berikutnya adalah penawaran program ini kepada orang tua dan siswa untuk kemudian menjadi wacana untuk didiskusikan bersama. Mengikuti program ini haruslah atas kesadaran dan kesepakatan antara orang tua dan siswa, tidak boleh atas penekanan dari salah satu pihak. Hal ini wajib dilakukan agar dalam proses mengikuti akselerasi, kedua belah pihak dapat bekerja sama dengan sekolah untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Setelah ada kesepakatan antara kedua belah pihak, maka siswa akan mengikuti tahapan observasi dari seluruh guru yang mengajar di kelas VII selama kurang lebih dua minggu. Ada 8 point yang menjadi bahan penilaian,diantaranya keaktifan, pemenuhan tugas, kreatifitas, stabilitas emosi, interaksi sosial.
  3. Setelah melakukan observasi maka guru mengadakan rapat pleno untuk menetapkan siswa yang akan direkomendasikan mengikuti program akselerasi....

PERTANYAAN :

Pak Imam, ada teman saya yang bertanya mengapa anaknya tidak dipanggil mengikuti program akselerasi. Menurut dia, anaknya lebih pintar daripada anak saya kalau dilihat dari rangking di kelasnya.

JAWABAN :

Oh ya...kemarin juga saya menerima kehadiran orang tua yang bertanya mengapa anaknya tidak diundang mengikuti program sosialisasi hari ini. Menurut ibu itu, anaknya selama ini mendapat rangking 3 besar selama duduk di SD.

Perlu bapak ibu ketahui, bahwa untuk mengikuti program akselerasi, kami tidak menjadikan nilai dan rangking di SD sebagai entry point. Awal bahan kami mempertimbangkan seorang anak dapat mengikuti program ini atau tidak adalah atas rekomendasi psikolog dari hasil psikotest. Karena program ini merupakan salah satu layanan pendidikan bagi anak cerdas istimewa.

Ibu bapak yang saya hormati, ada anak yang bisa mencapai nilai tinggi atau rangking yang baik dengan cara kerja keras dan melalui pengulangan materi berkali-kali. Namun ada juga anak yang bisa meraih nilai tinggi dengan tingkat pengulangan yang minim karena pada dasarnya anak tersebut cerdas.

Untuk mengikuti program akselerasi memang tidak bisa hanya mengandalkan kerja keras atau kecerdasan saja, namun juga gabungan dari tiga faktor, yaitu intelektual, kreatifitas dan komitmen terhadap tugas (Renzulli).


PERTANYAAN :

Maaf pak Imam, saya kok masih ragu ya kalau anak saya masuk dalam kategori anak cerdas istimewa. Soalnya anak saya males dan tidak memperlihatkan tanda-tanda kejeniusan...! bagaimana pak Imam...?

JAWABAN :

Bapak, saya mau bertanya, apakah kesimpulan bapak itu berdasarkan pengamatan yang utuh atau hanya sebatas praduga saja? Atau mungkin bapak melihatnya hanya dari sudut produk atau hasil yang diraih oleh anak selama ini? Sekarang saya nyatakan bahwa alasan kami mengundang bapak dan ibu untuk menghadiri sosialisasi program akselerasi ini karena putra/i bapak dan ibu memenuhi beberapa kriteria sebagai anak yang layak masuk program akselerasi. Adapun indikator itu adalah :

Hasil psikotest dengan unsur IQ diatas 129 scala Cattel, CQ diatas 2 dan TC diatas 2.

Tes akademis masuk SMP Taruna Bakti minimal 8 dan indeks raport diatas 100. dan semua dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun akademis. Sementara bapak-ibu selama ini memberikan penilaian berdasarkan pengamatan, perasaan dan kira-kira. Lantas mana yang paling bisa dipertanggungjawabkan sebagai bahan kita dalam membimbing anak-anak kita...?


PERTANYAAN :

Begini Pak imam, anak saya itu sering membuat gara-gara di sekolah. Kalau tidak iseng usilin temennya, dia bergerak kesana-kemari bahkan sampai naik ke atas bangku, sembunyi di bawah meja atau ketiduran. Saya sering dipanggil ke sekolah karena kelakukan anak saya ini. Sekarang dia dinyatakan sebagai anak cerdas istimewa, ngga salah tuh pak?

JAWABAN :

Pernahkah bapak ibu mengetahui bahwa bisa jadi semua sikap dan tingkah anak-anak bapak ibu selama adalah merupakan ciri atau karakter dari anak cerdas istimewa? Tentunya karakter ini adalah karakter yang cenderung negatif. Naun walaupun demikian, ciri ini merupakan akibat dari kesalahan kita atau minimal kekurangtepatan kita dalam menangani anak tipe cerdas istimewa.

Seperti yang saya pampangkan ini, bahwa anak cerdas istimewa secara umum memiliki beberapa karakteris negatif sebagai berikut :

  1. Mudah bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin
  2. Kadang-kadang tingkah lakunya tidak disukai orang lain.
  3. Tampil sombong, arogan, canggung
  4. Berfokus pada minatnya sendiri, bukan pada apa yang diajarkan
  5. Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil
  6. Sangat logis.

Dari karakter diatas kita bisa mengidentifikasi efek domino dari salah asuh yang kita berikan kepada mereka. Misalnya disebabkan proses belajar di sekolah membosankan karena sering melakukan pengulangan, maka si anak akan cenderung bosan atau jenuh. Untuk melampiaskannya si anak bisa saja melakukan kegiatan-kegiatan lainnya bila tidak mendapatkan perhatian khusus dari guru. Begitu juga di rumah, bila mereka disuruh belajar secara konvensional, maka tidak mustahil mereka akan memberontak denngan cara tidak mau belajar.

Masalahnya adalah, kita sebagai guru dan orang tua selalu langsung menghakimi bila si anak melakukan sebuah kesalahan atau protes karena ketidakpuasannya pada sebuah proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah.


PERTANYAAN :

Dengan dimampatkanya materi untuk tiga tahun menjadi dua tahun, apakah tidak akan membuat anak-anak merasa tertekan karena materi dan tugas yang sangat banyak pak Imam. Karena dengan materi yag biasa saja, anak saya suka mengeluh dengan tugas yang diberikan sekolah...?

JAWABAN :

Saya ingin meralat sedikit tentang kata pemampatan kurikulum ya bu....! sebenarnya bukan dimampatkan seperti bedak yag di compress sehingga menjadi lebih padat. Atau memampatkan mie instan supaya lebih awet namun menghilangkan kandungan yang penting di dalamnya.

Di program akselerasi, yang ada adalah penyusunan materi berdasarkan tingkat esensi dan non esensi. Ini pun sebenarnya kurang tepat karena seolah-olah ada materi yang akan disampaikan dan ada materi yang tidak penting untuk disampaikan. Sebenarnya hakekat dari materi esensi dan non esensi adalah ada materi yang memposisikan guru lebih dominan ketimbang siswa ada pula posisi siswa dominan dalam memahami materi.

Misalnya dalam IPS yang saya ajarkan, ada materi tentang perhitungan pajak dimana saya relatif dominan untuk mengajarkan dasar-dasar perhitungan pajak. Sementara disaat menerangkan peristiwa perang Diponegoro dan perang Imam Bonjol, siswa diberikan keleluasaan untuk belajar secara mandiri dan akan dibahas secara umum dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membahas bila ada yang tidak dimengerti. Pengelompokkan materi non esensi ini juga memiliki kriteria tertentu, seperti tingkat kesulitan, bobot materi, sering atau tidak keluar di ujian, dan kesinambungan materi untuk tingkat selanjutnya .

Dari penjelasan diatas, saya berharap ibu bisa memahami mengapa materi tiga tahun bisa menjadi dua tahun tanpa mengurangi hak anak untuk mempelajari semua materi.


PERNYATAAN :

Kalau anak saya hanya belajar dua tahun Pak, berarti nanti dia masuk SMA setahun lebih muda. Saya khawatir nanti dia tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

JAWABAN :

Begini,menurut pengalaman kami selama ini, kami menilai bahwa perbedaan satu tahun dalam melakukan sosialisasi tidaklah terlalu jauh kesenjangannya. Bahkan bisa dibilang tidak terlalu berpengaruh karena satu tahun masih dalam perkembangan yang relatif sama kecenderungannya. Berbeda kasusnya apabila putra/i ibu dari SD sudah akselerasi, lalu dilanjutkan sampai SMP dan SMA sehingga ketika kuliah anak ibu bapak berusia kurang lebih 14-15 tahun. Nah itu tentunya akan berdampak pada perkembangan psikologis karena berada dalam ranah perkembangan yang berbeda. Dan ini tentunya memerlukan pendampingan dan bimbingan yang intens dari semua pihak, baik orang tua, guru atau dosen dan masyarakat.

Terlepas dari itu semua, yang terpenting dalam progam akselerasi adalah adanya kerjasama yang kuat, sistematis dan terpadu antara orang tua dan sekolah. Dengan demikian perkembangan sekecil apapun dapat dideteksi dan diantisipasi sedini mungkin bila ditemukan masalah. Selama ini SMP Taruna Bakti mengadakan beberapa program yang memfasilitasi adanya pertemuan antar orang tua dan orang tua dengan sekolah. misalnya arisan orang tua dengan melibatkan guru dan ahli sebagai nara sumber seputar perkembangan psikologis anak-anak.

Dengan demikian, maka selama ini perkembangan anak-anak akselerasi bisa tumbuh dan berkembang secara normal.


PERTANYAAN :

Kegiatan anak di sekolah apakah sama dengan kelas lainnya. Sudah mah kelasnya sedikit jumlah siswanya, terus saya khawatir mereka tidak memiliki media bersosialisasi untuk berinteraksi dengan teman sebaya...!

JAWABAN :

Di SMP Taruna Bakti, jadwal belajar, ekstrakurikuler, olah raga, dan kegiatan organisasi lainnya sama persis dengan kelas reguler dan kelas bilingual. Misalnya dalam belajar, anak masuk jam 7 pagi dan pulang jam 2 siang dengan jam istirahat yang sama, estrakurikuler mereka sama hari dan waktunya tergantung jenis eskul yang mereka ikuti, olah raga mereka bergabung dengan kelas reguler dan mereka juga mengikuti kegiatan OSIS bersama dengan yang lainnya. Dalam pekan olah raga dan seni sekalipun, mereka bahkan bergabung dengan kelas induknya masing-masing (kelas observasi) ketika mengikuti pertandingan sepak bola atau basket yang membutuhkan anggota tim lebih banyak.

Kami beranggapan, kalau jam belajar siswa akselerasi lebih banyak ketimbang kelas lainnya maka sebenarnya kelas tersebut tidak layak disebut kelas akselerasi. Karena pada hakekatnya, dengan potensi mereka, mereka bisa mengikuti pelajaran dengan jatah waktu yang sama dengan reguler namun bisa menguasai materi lebih dalam dan lebih luas.


PERTANYAAN :

Dari uraian pak Imam, terkesan bahwa kelas akselerasi ini menekankan kepada kemampuan akademis, khususnya MIPA, bagaimana usaha SMP Taruna Bakti untuk menyeimbangkan perkembangan otak kanan dan otak kiri siswa sehingga mereka tidak hanya mampu berpikir lgis dan sistematis namun juga kreaatif dan peka dengan perkembangan sosial disekelilingnya?

JAWABAN :

Terima kasih, memang progam akselerasi secara umum menekankan kepada kemampuan akademis khususnya MIPA. Namun demikian tidak kemudian sekolah mnegabaikan perkembangan kemampuan dan bakat siswa yang lain. Beberapa program yang kami sudah rencanakan dan laksanakan untuk mengembangan dan menyeimbangkan otak kanan siswa diantaranya ialah :

Khusus untuk anak akselerasi kami mengadakan ekstrakurikuler angklung. Angklung ini menjadi eskul wajib bagi siswa akselerasi namun dengan tetap memberikan mereka kesempatan untuk mengikuti eskul yang lainnya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Permainan angklung ini selain melatih harmonisasi nada, juga membutuhkan kepekaan rasa untuk saling bekerjasama dan melakukan harmonisasi rasa. Dan yang jelas, askul akngklung ini menjadi media mereka untuk mengembangkan otak kanan untuk mengimbangai perkembangan otak kiri-nya di kelas.

Alasan menjadi wajib karena di usia mereka, kecenderungan untuk mempelajari musik tradisional masih sangat kurang sehingga peran sekolah menjadi dominan. Dan setelah mereka mengikuti pelatihan dan akhirnya memiliki kesempatan untuk tampil di depan umum, maka kegemaran mereka dan kepercayaan dirinya menjadi muncul. Sekolah dan penyelenggara akselerasi harus mampu mengemas metode dan pendekatan pelajaran angklung ini secara lembut dan bisa diterima anak secara utuh dan tidak terkeasn otoriter.


PERTANYAAN :

Dengan kelas kecil apakah tidak akan melahirkan sikap arogan dan asosial pada anak-anak akselerasi karena terkesan eksklusif?

JAWABAN :

Percayalah bapak/ibu sekalian, sebenarnya masalah pertemanan yang muncul selama ini bukanlah masalah dia berada di kelas akselerasi atau tidak. Sebenarnya karakter anak dalam bergaul sehari-hari saya melihatnya sebagai perwujudan dari pola asuh di dalam keluarga. Keluarga sangat berperan penting dalam melatih keterampilan siswa mengelola emosinya dalam pertemanan. Misalnya apabila ada anak akselerasi yang dijauhi teman-temannya, itu bukan karena akselerasi-nya namun karena sifat bawaan anak itu memang judes atau terlalu berprasangka dari ”sono”nya.

Sehingga selama perjalanan akselerasi selama ini, anak-anak cenderung tidak menemukan masalah yang berarti karena sekolah pun mencoba membuka diri melalui berbagai media untuk mengungkapkan permasalahannya secara terbuka sehingga memungkinkan sekolah dan guru mengantisipasi masalah sedini mungkin.

Namun demikian, biasanya di awal pelajaran siswa baru memang sering saling ”meraba” satu sama lain dalam menjalin pertemanan. Apalagi siswa yang masuk terdiri atas latarbelakang asal sekolah yang berbeda, sehingga apabila terjadi perselisihan tidak pernah berkepanjangan. Bahkan seiring perjalanan waktu, biasanya ”klik” atau pengelompokan pertemanan tidak lagi karena perbedaan program yang diikuti, tapi sudah cenderung berdasarkan persamaan hobi, jenis eskul yang diikuti, tempat les atau selera makan.

Ditambah lagi di SMP Taruna Bakti keberadaan program akselerasi sudah bukan lagi barang baru. Sehingga rekan di lain kelas tidak lagi memandang akselerasi atau bilingual sebagai program terpisah dan berbeda.


PERTANYAAN :

Apa saja jenis program akselerasi yang berbeda dengan kelas lainnya? Hal ini penting sehingga kami orang tua bisa mempersiapkan segala sesuatunya sedini mungkin, baik program yang insidental maupun yang bersifat temporal?

JAWABAN :

Baik, secara umum karena akselerasi berada dalam satu pengelolaan yaitu bidang kurikulum, jadi kegiatan akselerasi selama ini tidak berbeda dengan kelas reguler. Kegiatan umum tersebut diantaranya adalah :

  1. POMG atau pertemuan orang tua dan siswa. Kegiatan ini merupakan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan orang tua sebagai sumber pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan orang tua dengan siswa. Orang tua bisa menjadi sumber dan guru bagi mereka, juga orang tua bisa melihat langsung perkembangan siswanya di sekolah. tujuan lainnya adalah membuka wawasan seputar pekerjaan dan berbagai keterampilan yang harus dimiliki bila mereka memiliki cita-cita tertentu. Dalam program ini ruang belajar tidak lagi dibatasi oleh kelas, namun bisa dilaksanakan di luar kelas. Orang tua bisa membawa anak-anaknya untuk mengunjungi tempat mereka bekerja dan siswa secara langsung dapat melihat kegiatan di tempat kerja orang tua mereka.
  2. AMT (Achievment Motivating Training,Kegiatan ini bekerja sama dengan lembaga yang kompeten untuk mengembangkan dan melatih siswa dalam mengeluarkan segala kemampuannya dengan latar belakang kesadaran sendiri.
  3. Pemantapan dan matrikulasi materi. Dimana siswa akselerasi dan reguler dicampur dalam menerima materi menjelang Ujian Negara. Dengan digabungnya akselerasi dan reguler diharapkan siswa dan guru dapat menyesuaikan diri dan materi menjelang UN karena siswa akselerasi telah menyelesaikan materi sama dengan kelas reguler.

Kegiatan-kegiatan lainnya pun sama dengan reguler.

Adapun beberapa program yang khusus dilaksanakan oleh perogram akselerasi diantaranya adalah :

  1. Pertemuan rutin antara sekolah dan orang tua. Pertemuan ini biasanya dilaksanakan dua bulan sekali dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan anak-anak setelah mengikuti program akselerasi dalam jangka waktu tertentu. Bagi guru ini juga menjadi media komunikasi apabila guru menemukan masalah khusus dengan anak tertentu baik dalam bidang akademis maupun sikap. Sementara orang tua dapat menerima informasi perkembangan anaknya langsung dari setiap guru mata pelajaran.
  2. Memfasilitasi silaturahmi para orang tua untuk melakukan pertemuan rutin dalam rangka saling bertukar pikiran antara orang tua siswa seputar perkembangan anak-anaknya. Sekolah tidak terlibat langsung dalam program ini karena tujuan utamanya adalah pertemuan khusus orang tua akselerasi. Namun sekolah akan hadir bila diminta oleh pihak orang tua. Sering pula media ini dimanfaatkan orang tua sebagai tempat mengundang para ahli pendidikan dan psikologi untuk berdiskusi seputar perkembangan anak dan pola asuh yang tepat bagi anak cerdas istimewa.
  3. Seminar atau pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh pihak penyelenggara program akselerasi dengan mengundang orang tua dan guru untuk menambah wawasan dan pemahaman seputar permasalahan pendidikan secara umumnya maupun khusus masalah akselerasi dan anak cerdas.
  4. Studi banding program akselerasi. Dengan melibatkan sekolah, siswa dan orang tua, program akselerasi mengadakan studi banding dengan tujuan untuk menjalin silaturahmi antar penyelenggaraan program, siswa dan orang tua sekolah lain. Juga menjadi ajang bertukar informasi seputar program dan inovasi pendidikan, khususnya dalam penyelenggaraan program akselerasi.
  5. Penulisan karya ilmiah. Program ini bisa dibilang baru sebagai hasil studi banding di sekolah Labschool kebayoran. Dimana siswa selama mengikuti program akselerasi harus mampu menyelesaikan sebuah karya yang memenuhi standar ilmiah dan akademis. Hasil karya tersebut kemudian dipresentasikan di depan pihak yang kompeten dan siswa harus mampu mempertanggungjawabkan hasilnya secara ilmiah pula. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih siswa belajar membuat sebuah karya tulis ilmiah sederhana dan mampu mempertahankannya di depan pihak yang kompeten.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd

Pada acara sosialisasi program akselerasi

SMP Taruna Bakti tahun pelajaran 2008-2009

Tanggal 16 Juni 2009

Tidak ada komentar: