Kamis, 18 Juni 2009

SUDAH TAHUKAN KITA TENTANG ANAK KITA SENDIRI...?

Tulisan ini adalah respon dari kegiatan sosialisasi program akselerasi terhadap orang tua yang anaknya memenuhi kriteria awal untuk mengikuti program ini. Ada beberapa kejadian menarik yang umum dan sering terjadi pada setiap kegiatan sosialisasi. Menjadi menarik karena keterkejutan, keheranan dan kesangsian dari beberapa orang tua terhadap potensi dan kemampuan anak-anaknya begitu kentara dan berulang terjadi. Semoga tulisan sedikitnya membantu kepada orang tua untuk sedikitnya lebih mengenal anaknya secara lebih mendalam. Dan memberikan sedikit masukan untuk melakukann beberapa langkah supaya bisa memandang anak dari sudut pandang yang lebih kreatif tentang sifat dan karakter anak.
Tulisan ini menjadi penting sebagai wacana tidak saja bagi orang tua yang memiliki anak dengan kriteria cerdas istimewa, tapi juga bagi semua orang tua. Banyak orang tua yang masih menganggap paling tahu segalanya tentang anak-anaknya, padahal kalau sedikit saja mau membaca tentang berbagai buku pengajaran dan pendidikan anak, rasanya apa yang kita ketahui belumlah apa-apa.

BEBERAPA HAL UNIK ITU...
Ketika saya mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa orang tua ini dipanggil adalah karena anaknya termasuk kategori cerdas istimewa maka eksresi yang saya lihat adalah dahi berkerut, posisi duduk menjadi tegak dan kepala yang "clingak-clinguk" sambil bergumam " ah....masa....?" sekali, dua kali....tidak! Boleh dibilang setiap sosialisasi program akselerasi dipastikan begitu ekspresi orang tua secara umum. Mengapa?
Ternyata banyak orang tua yang selama ini tidak melihat atau tidak mengetahui bahwa anaknya memiliki potensi akademis yang luar biasa. hal ini terjadi karena orang tua tidak melihat tanda-tanda yang dapat dijadikan bukti awal untuk mengidentifikasi bahwa anaknya cerdas istimewa.
Tapi maaf, masalahnya bukan tidak adanya bukti atau tanda kecerdasan itu, namun ketidaktahuan atau kekurangpekaan orang tua dalam menangkap gelaja tersebut. Misalnya karena terlihat tidak belajar maka anaknya langsung di cap malas, karena hasil raportnya kurang memuaskan maka di cap bodoh, karena tidak mau mengikuti aturan maka dibilang nakal, pemberontak atau liar.
Nah...begitu tahu anaknya ternyata memiliki potensi yang besar, maka ada dua hal yang kemudian dilakukan. Pertama, meyakinkah diri lagi dengan cara bertanya secara lebih mendalam bahkan terkesan masih mempertanyakan,"betulkah anak saya itu cerdas?". Kedua adalah menyatakan sebuah rasa penyesalan karena merasa telah memperlakukan anak dengan kurang semestinya. Dalam artian bahwa selama ini orang tua cenderung memperlakukan anak secara standar dan terpaku pada pola pendidikan tradisional, seperti cara belajar, lebih mengutamakan hasil ketimbang proses dan sering terjebak pada pola pendidikan yang lebih cenderung memberikan label negatif ketimbang label positif.
Hmmmmm.....anak memiliki keunikannya sendiri

Tidak ada komentar: