Kamis, 19 Juni 2008

MENYIKAPI PRO DAN KONTRA PROGRAM AKSELERASI

Di masyarakat, masih menjadi pro dan kontra adanya program akselerasi bagi siswa cerdas istimewa. Hal ini karena belum tersosialisasinya program ini kepada masyarakat, baik pendidik maupun orang tua siswa. Tulisan ini mencoba menguraikan pengalaman sebagai guru di program akselerasi selama 6 tahun di SMP Taruna Bakti Bandung.
Terlepas dari indikator maupun syarat seorang siswa yang berhak mengikuti program ini masih diperdebatkan di kalangan para akademisi dan psikologi, namun yang jelas sistem penyaringan dan penjaringan program akselerasi telah dibakukan oleh pemerintah melalui beberapa tahap. Oleh karena itu masalah penyaringan dan penjaringan akan dibahas di dalam tulisan lainnya.
Program akselerasi adalah salah satu, sekali lagi SALAH SATU bentuk layanan pendidikan bagi anak yang memiliki kategori cerdas istimewa. Tentunya karena salah satu, maka masih dimungkinkan dan telah dicoba beberapa bentuk layanan bagi anak cerdas istimewa. Beberapa bentuk layanan yang bisa diberikan oleh sekolah diantaranya ialah sistem loncat kelas (Skipping), sistem modul, sistem Pull Out (dipisahkan dari kelas setelah KBM), Cluster (pengelompokan di kelas), sekolah khusus dan kelas khusus (akselerasi).
Dari uraian diatas, kita dapat melihat bahwa berbagai metode bisa dilakukan sekolah untuk memberikan layanan bagi anak cerdas istimewa. Yang jelas dan saya yakin disetujui adalah anak cerdas istimewa BERHAK untuk mendapatkan layanan pendidikan yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

A. PANDANGAN NEGATIF PROGRAM AKSELERASI ?
Tentunya dari setiap program atau sistem memiliki sis positif dan negatif. Tapi yang terpenting, sekolah yang menyelenggarakan akselerasi telah mencoba untuk memberikan bentuk pengabdian kepada negara dengan terlibat secara langsung dalam mendidik anak-anak generasi bangsa yang memiliki potensi di atas rata-rata teman sebaya mereka.
Beberapa pandangan negatif terhadap program akselerasi diantaranya :
1. Akselerasi terkesan eksklusif karena anak cerdas istimewa di kelompokkan dalam kelas khusus. Terkadang di beberapa sekolah kelas akselerasi diberikan fasilitas lebih dibandingkan dengan kelas reguler.
(Citra eksklusifitas ini bisa muncul di program apapun selama kita memang mengetahui mereka memang istimewa. Yang terpenting adalah pendampingan guru dalam menanamkan etika dan moral di hati siswa didik, semua…aksel atau reguler)
2. Proses pembelajaran yang cenderung bersifat homogen dari aspek kemampuannya akan membuat anak sulit bersosialisasi dengan teman sebaya mereka dan akan mengganggu proses perkembangan emosional dan psikologis.
(di siasati dengan mengatur waktu belajar, istirahat, libur, ekskul dan organisasi siswa selalu sama dengan reguler sehingga “memaksa” mereka untuk berbaur dan bersosialisasi dengan rekan sebaya)
3. Tidak ada “Transfer of Knowledge” dari anak cerdas istimewa kepada teman lainnya sebagai salah satu media dan bentuk sosialisasi di sekolah.
(karena materi akselerasi lebih cepat maka guru dapat bekerjasama dengan mereka untuk berlatih mengajar atau bertukarpikiran dengan teman sebaya di kelas reguler melalui presentasi dan diskusi)
4. Bisa menimbulkan rasa rendah diri, inferior atau “teralienasi” teman-teman lainnya yang tidak termasuk kategori cerdas istimewa.
(menanamkan kepada seluruh siswa tentang beranekaragamnya keistimewaan setiap individu, sehingga memunculkan rasa percaya diri pada reguler)
Kesimpulannya, semua pandangan dan ketakutan negatif sangat tergantung pada sekolah dalam melakukan pengelolaan pendidikan secara natural, sistematis dan terintegrasi dengan program sekolah.
Beberapa pandangan negatif diatas adalah sesuatu hal yang wajar dan normal karena mungkin di beberapa sekolah atau daerah program ini masih terbilang baru. Padahal di sekolah kami, program ini telah berjalan 6 tahun bahkan di beberapa sekolah telah lebih dari itu, sehingga beberapa ketakutan dan pandangan negatif dapat dieliminir apabila sekolah penyelenggara akselerasi telah secara sistematis mensosialisasikan proses dan produk dari program ini secara berkala sehingga masyarakat, pakar dan akademisi bisa mengikutinya secara utuh.
Tanpa menafikan adanya kasus-kasus yang sesuai dengan pandangan negatif di atas, alangkah bijaksananya apabilaseluruh elemen yang terlibat dalam pendidikan melakukan tinjauan secara utuh.

EFEK POSITIF PENYELENGGARAAN AKSELERASI
Ada beberapa hal yang positif dari penyelenggaraan program akselerasi yang penulis alami selama 6 tahun bergelut dan berkecimpung langsung dengan anak-anak dalam kategori jenius ini. Diantaranya :
1. Akselerasi telah menjadi program nyata bagi pelayanan anak cerdas istimewa yang selama ini terabaikan. Pro dan kontra yang bergulir di masyarakat tidak akan mampu menghasilkan dan bermanfaat bagi mereka selama hanya dalam bentuk wacana. Padahal anak cerdas istimewa sangat membutuhkan layanan yang sesuai dengan kemampuannya sesegera mungkin. Pro dan kontra selayaknya tidak lantas menghentikan, memperlambat atau bahkan menghilangkan layanan pada siswa cerdas istimewa.
2. Dengan adanya kelas khusus, maka guru sebagai ujung tombak proses pendidikan di sekolah akan lebih fokus dan memiliki peluang untuk secara mandiri dan kreatif mengembangkan metode yang fleksibel disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak pada saat pembelajaran. Dengan Kurikulum Berdiferensiasi, guru dapat menyusun materi, metode, media, waktu dan bentuk evaluasi yang cocok dan bahkan terkesan penuh improvisasi. Dan hal seperti ini agak sulit diterapkan pada kelas reguler yang tingkat kemampuannya sangat heterogen.
3. Penanganan siswa cerdas istimewa tidak dapat dilakukan oleh guru yang belum memahami karakteristik, masalah dan metode pembelajaran siswa cerdas istimewa. Hal ini disebabkan ciri dan perilaku mereka sangat unik dan khas, sehingga apabila ditangani oleh guru yang belum memahami maka bisa muncul permasalahan baru yang berhubungan dengan tekhnis proses pembelajaran di kelas. Sementara pengembangan Sumber Daya Guru dalam hal memahami anak cerdas istimewa masih sangat kurang.
4. Kelas akselerasi memungkinkan guru untuk memberikan pelayanan pendidikan secara individual. Dengan jumlah siswa yang tidak lebih dari 20 siswa dan jumlah guru 2 orang, maka pendampingan di kelas bisa lebih maksimal. Mendampingi 20 siswa akan terasa mengajar di 20 kelas, karena siswa cerdas istimewa memiliki cara belajar yang berbeda.

MASALAH YANG MASIH HARUS DIBENAHI
Namun secara obyektif, masih banyak hal yang harus terus dibenahi sejalan dan seiring dengan penyelenggaraan akselerasi. Beberapa hal yang masih harus benahi tersebut diantaranya :
1. Belum adanya proses pendampingan secara berkesinambungan sehingga penyelenggaraan akselerasi terkesan parsial dan tidak membawa dampak yang nyata. Misalnya siswa akselerasi yang lulus dari SD belum tentu diterima di sekolah yang ada program akselerasi dan seterusnya. Hal ini menjadikan kesan kalau akselerasi hanya menjadi proyek mercu suar atau etalase dari sekolah penyelenggara.
2. Belum adanya penetapan standar baku yang harus dimiliki oleh guru akselerasi sehingga program pengembangan SDM sangat tergantung pada kemampuan dan kemauan sekolah.
3. Tidak ada yang “gratis” di dunia ini. Sehingga untuk memaksimalkan potensi mereka melalui berbagai media dan sumber belajar masih dirasakan masih sangat kurang di beberapa sekolah penyelenggara akselerasi. Hal ini menuntut guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

KESIMPULAN
1. Akselerasi ada karena harus ada. Sebagai wujud pelaksanaan amanat UNDANG-UNDANG RI NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
BAB IV PASAL 5 AYAT 4 MENYATAKAN BAHWA, “WARGA NEGARA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA BERHAK MEMPEROLEH PENDIDIKAN KHUSUS“
BAB V PASAL 12 AYAT 1 MENEGASKAN BAHWA, “SETIAP PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN BERHAK :
Ø MENDAPATKAN LAYANAN PENDIDIKAN SESUAI DENGAN BAKAT, MINAT, KEMAMPUANNYA
Ø MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SESUAI DENGAN KECEPATAN BELAJAR MASING-MASING DAN TIDAK MENYIMPANG DARI KETENTUAN BATAS WAKTU YANG DITETAPKAN
2. Pro-kontra dan pandangan negatif tidak menjadi penghambat dalam penyelenggaraan program akselerasi. Bagaimanapun keterlibatan orang tua dan keikutsertaan siswa dalam program ini atas dasar kesadaran dan kemauan semua pihak sehingga perlu didukung dengan maksimal untuk lahirnya calon orang-orang terbaik bagi bangsa dan negara.
3. Perlu adanya pembinaan dan peningkatan Sumber Daya Guru yang berkesinambungan bagi peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam mendampingi siswa akselerasi.
4. Perlunya kerjasama antara semua pihak untuk membenahi kekurangan dalam penyelenggaraan akselerasi.
5. Pemerintah melakukan berbagai penelitian dan uji coba untuk program dan metode alternatif lainnya secara komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga masyarakat dapat memilah dan memilih berbagai bentuk layanan bagi siswa cerdas istimewa. Begitu juga dengan sumbangan para akademisi dan pakar pendidikan untuk menilai serta meng-evaluasi berbagai program tersebut sehingga mampu memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Akhir kata, semoga apapun yang kita lakukan selama berlandaskan keikhlasan dan kesungguhan akan melahirkan sesuatu yang bermanfaat. Amin.


Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Guru SMP Taruna Bakti Bandung
Koordinator Program Akselerasi SMP Taruna Bakti dan
Tim Resource Center Keberbakatan tingkat Jawa Barat
Jln. LL.RE Martadinata 52 Bandung (022) 4261468
180608

Tidak ada komentar: