Minggu, 07 September 2008

KEMANA ANAK SAYA SEKOLAH?

Seorang bapak dari Surabaya menelpon saya ke sekolah. Bapak ini bercerita tentang anaknya yang masih di Taman Kanak-Kanak. Si anak terlihat hiperaktif dan telah psikotest dan kecerdasannya diatas rata-rata teman sebaya. Beliau bertanya apa yang harus dilakukannya dan kira-kira sekolah mana yang cocok untuk tipe anaknya yang sangat aktif ini. Beliau khawatir apabila salah memilih sekolah maka perlakuan atau pelayanan pendidikan terhadap anaknya kurang maksimal.
Pertanyaan seperti ini mungkin banyak di benak para orang tua yang memperhatikan anaknya memiliki karakter yang cukup unik dibandingkan teman sebayanya.
Jawaban saya pada saat itu singkat karena ada gangguan di telepon dan yang jelas, uraian panjang kurang afdol bila dilakukan melalui telepon. Jadi bagi bapak yang telah menelpon tadi alangkah lebih baik menceritakannya melalui e-mail. Walaupun saya juga hanya seorang guru yang telah berkecimpung selama 7 tahun bersama anak kategori cerdas istimewa, namun tentunya bisa sedikit berbagi pengalaman dengan berbagai pihak yang peduli dengan keberadaan siswa atau anak cerdas istimewa ini.
Jawaban saya saat itu adalah tetap melakukan konsultasi dan pengamatan yang spesifik tentang karakteristik si anak. Biasanya seorang ayah atau ibu melakukan pengamatan ini tidak komprehensif sehingga gejala yang muncul tiba-tiba atau singkat dijadikan acuan sebagai karakter anak. Memang ada beberapa ciri anak yang cerdas istimewa, tapi tentunya ciri-ciri ini harus melalui pengamatan yang cukup panjang. Usia balita atau TK memang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar pada segala hal. Segala sesuatu yang bagi kita, orang dewasa biasa, bagi mereka adalah luar biasa. Sehingga untuk menilai anak cerdas istimewa memang harus melalui pengamatan ahlinya.
Mengenai sekolah yang cocok di Surabaya, waduh…saya tidak hapal sama sekali. Saya di Bandung dan tidak pernah ke Surabaya. Tapi saya pernah mendapatkan pelatihan di Bekasi tentang program akselerasi bersama guru dari SMPN 1 Surabaya. Mungkin melalui SMPN 1 Surabaya, bapak bisa mendapatkan informasi tentang keberadaan sekolah penyelenggara program akselerasi atau sekolah yang memberikan layanan pendidikan inklusi khususnya pelayanan bagi anak yang cerdas istimewa. Atau bisa mencari informasi tersebut ke Dinas Pendidikan Jawa Timur bagian Pendidikan Luar Biasa, karena keberadaan anak cerdas dan bakat istimewa berada di bawah naungan PLB. Bahkan kalau tidak salah Dinas Pendidikan Jatim bidang PLB telah pernah berkunjung ke sekolah kami untuk berbagi pengalaman tentang pendidikan inklusi, khususnya program akselerasi.
Itu saja jawabannya.
Setelah percakapan itu selesai saya mencoba membayangkan berapa banyak orang tua yang memiliki anak cerdas tapi belum merasa menemukan bentuk layanan pendidikan yang cocok dengan karakter anak mereka yang memang unik dibandingkan teman-temannya. Harapan ini tentunya bukan dengan maksud supaya anaknya mendapatkan pendidikan eksklusif dan istimewa dari segi fasilitas dan pelayanan saja, tapi yang jauh lebih penting adalah mendapatkan sistem dan metode pendidikan yang dapat memenuhi keinginan dan cocok dengan karakter anak cerdas istimewa.
Sebenarnya, memberikan layanan terhadap siswa dengan berbagai macam karakter ini adalah kewajiban dan tugas sekolah manapun, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Dengan pendidikan inklusi yang digaungkan oleh pemerintah, idealnya sekolah manapun harus memberikan layanan bagi anak disesuaikan dengan karakter anak masing-masing. Tapi itu khan pengajaran yang bersifat individual. Sementara sistem pengajaran di sekolah kita masih bersifat klasikal. Dengan perbandingan 1 guru 40 siswa, maka pendidikan inklusi yang sangat individual akan menjadi terasa lebih sulit bila dilaksanakan di sekolah.
Masalah pokoknya adalah paradigma pendidikan kita yang memandang semua anak harus mendapatkan layanan yang sama, tidak boleh eksklusif namun tanpa memandang karakter siswa yang unik dari setiap individu peserta didik. Guru hanya memandang siswa sebagai kumpulan orang yang dianggap memiliki potensi dan karakter yang sama, mendapatkan pelayanan yang sama dan meraih target atau tujuan yang sama pula. Pendidikan kita tidak berbeda dengan pabrik. Untuk menghasilkan produk yang sama maka bahan baku harus sama, diproses dengan langkah yang sama dan diharapkan menghasilkan produk dengan kualitas yang sama. Itu terjadi, dan apakah itu pendidikan yang adil dan berprikemanusiaan itu?
Masalah kedua adalah pendidikan yang menghasilkan tenaga pendidikpun masih memberikan materi ajaran yang umum. Guru harus ikut mata kuliah psikologi pendidikan, filasafat pendidikan, metode belajar mengajar, sistem evaluasi yang masih bersifat umum. Ketika lulusannya menjadi guru maka ilmu yang diperoleh hanya menghasilkan metode dan cara mengajar yang seragam dimanapun guru itu ditempatkan, dengan siapapun siswa yang dihadapi.
Rasanya waktu saya kuliah tidak pernah diperkenalkan dengan karakter calon siswa yang unik. Misalnya kalau saya nanti menjadi guru dari murid yang tuna netra, tuna rungu, authis, jenius atau underachiever. Pendidikan itu hanya didapatkan oleh calon guru SLB. Padahal dalam kenyataannya, guru harus siap dengan berbagai kemungkinan, khan.
Masalah ketiga, kalaupun ada guru yang telah bertahun-tahun menjadi guru tapi keinginan untuk terus menambah wawasan dan ilmu masih sangat kurang. Pendidikan terus berubah…perkembangan dunia pendidikan sangat cepat melaju, tapi kita gurunya masih enggan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Minimal dalam wawasan seputar metode pengajaran saja…khususnya bila berhadapan dengan siswa cerdas istimewa. Anakcerdas istimewa, bila kita tidak memahami karakter mereka, maka yang akan terjadi anak pemberian cap nakal, pemberontak, malas, bodoh. Padahal semua itu hanya karena kesalahan cara pandang kita terhadap mereka.
Masalah keempat, ada di tataran sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pun masih banyak kendala untuk terus melakukan perbaikan sistem dan peningkatan sumber daya guru. Untuk sekolah ke strata lebih tinggi saja seorang guru masih banyak yang harus mengeluarkan biaya penuh secara mandiri. Sekolah merasa sudah cukup tenang dengan guru yang ada dan mampu meluluskan siswa sesuai dengan standar baku, yaitu lulus UN. Masalah disekolahnya ada anak yang nakal, ya dikeluarkan, ada yang malas yang jangan dinaikan, kalau melanggar tata tertin yang di beri sangsi, kalau ada yang cerdas ya syukur semoga mereka membawa keberntungan bila memperoleh nilai yang btinggi.
Masalah kelima adalah pemerintah….
Ah…terlalu luas membahas itu…yang paling penting sekarang adalah kita (pendidik) untuk terus membenahi diri dan melakukan berbagai inovasi untuk menambah wawasan. Lalu orang tua harus mau langsung terjun mencari informasi yang benar tentang permasalahan dalam pendidikan dan berbagi saran /pendapat demi kemajuan di sekolah putra/putrinya. Dan pemerintah juga terus membenahi sistem pendidikan.
Kepada seluruh orang tua yang memiliki anak dengan ciri cenderung cerdas dan memiliki bakat istimewa, segeralah mencari informasi lainnya yang berhubungan dengan bentuk layanan yang cocok bagi mereka. Jangan sia-siakan potensi mereka yang luar biasa.
Selamat, semoga anda berhasil….

Bandung, September 2008

BIO DATA
NAMA:
IMAM WIBAWA MUKTI,S.Pd
ALAMAT SEKOLAH:
SMP TARUNA BAKTI BANDUNG
Jln. LL.RE. Martadinata 52 Bandung
Telp. (022) 4261468
MEDIA KOMUNIKASI:
HP : 085624098017
e-mail : www.imamwibawamukti@yahoo.co.id
Blog : www.cogitoergowibisum.blogspot.com
Web Sekolah : www.smptarunabakti.com
PEKERJAAN
Guru SMP Taruna Bakti Bandung
Koordinator Program Akselerasi SMP Taruna Bakti
Tim Resource Center Keberbakatan Jawa Barat

Tidak ada komentar: