Kamis, 09 Oktober 2008

Membuat PTK

LANDASAN DASAR KEGIATAN PTK

A. APA ITU PTK?
Mungkin kita pernah mengalami suasana kelas yang ribut, dimana siswa begitu ringannya berbicara satu sama lain dan tidak mengindahkan guru yang sedang berdiri di depan dan menerangkan materi dengan keringat bercucuran? Lalu kita berpikir sebuah metode untuk meredam gangguan tersebut. Ada beberapa tindakan spontan yang bisa dilakukan guru, diantaranya merubah posisi duduk siswa yang ribut ke depan, menegur siswa yang sedang mengobrol, mengganti metode ceramah menjadi metode diskusi atau guru memarahi siswanya dan diakhiri dengan mengusir siswa yang ribut keluar kelas. Dari kejadian tadi, pernahkah kita kemudian melakukan sebuah refleksi mengenai efektifitas dan efisiensi tindakan kita. Dari beberapa tindakan di kelas tadi, tindakan mana yang benar-benar dapat membantu kita untuk meminimalisir keributan di dalam kelas?
Apa yang kita laksanakan tadi merupakan tindakan kelas dan untuk sampai pada tingkat penelitian guru hanya memerlukan sebuah peng-administrasi-an tentang latar belakang tindakan, asumsi/hipotesa, alternatif tindakan, hasil dari tindakan dan bagaimana tindak lanjut kita setelah melakukan tindakan tadi. Beres….!
Menurut Rustam Mundilarto ( Dirjen Dikti Depdiknas.2004) mendefinisikan PTK sebagai :
“ Penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”
Selama ini guru hanya menilai tingkat keberhasilan KBM hanya dari evaluasi tertulis harian atau semester. Padahal ulangan atau ujian semester hanya mengukur tingkat keberhasilan pencapaian materi dan tidak mengukur tingkat efektifitas metode yang dipergunakan guru. Karena terkadang suatu materi bisa sampai dan dipahami siswa setelah melalui pengorbanan waktu dan tenaga yang sangat banyak sementara ada guru dapat menyampaikan materi yang sama dengan waktu dan tenaga yang lebih sedikit.

B. MENGAPA GURU HARUS MELAKUKAN PTK ?
Kalau kita sedikit merenungkan pekerjaan guru, sebenarnya pekerjaan ini memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan pekerjaan lain. Dalam buku Paradigma Pendidikan Masa Depan, Dr. Zamroni menyebutkan beberapa karakteristik dari kerja guru, yaitu :
1. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat individualistis non colaboratif
2. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang terisolir dan menyerap seluruh waktu
3. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang untuk terjadinya kontak akademis antar guru masih sangat rendah
4. Pekerjaan guru tidak pernah mendapatkan umpan balik
5. Pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja di ruang kelas.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pekerjaan guru sangat menyita waktu untuk persiapan, pelaksanaan bahkan untuk sekedar melakukan kontak akademis sesama rekan guru sekalipun. Ditambah dengan tidak pernah atau kurangnya guru mendapatkan umpan balik untuk melakukan refleksi tingkat keberhasilan dari metode yang sudah dilaksanakan.
Lantas media apa yang dapat dipergunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam kegiatannya sebagai pendidik selain sebuah karya tulis ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah? Karena saat ini, masyarakat memiliki sebuah paradigma baru tentang peran guru yang tidak hanya sebagai penerima pembaharu tetapi juga turut bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya didalam kelas.
PTK sebagai usaha memperbaiki kinerja tentunya bisa saja dilakukan oleh pihak luar yang langsung melakukan pengawasan terhadap kinerja guru seperti rekan guru serumpun, kepala sekolah atau pengawas. Namun PTK memang disediakan untuk guru agar mampu melakukan retrospeksi secara mandiri karena beberapa alasan, diantaranya :
1. Guru memiliki otonomi untuk melakukan penilaian atas kinerjanya sendiri
2. Guru merupakan pihak yang paling memahami karakteristik dari kelas yang diajarnya
3. Ternyata temua tradisional yang berdasarkan dan berlandaskan pada intuisi, pengalaman dan perasaan cukup sukar dilakukan dalam dunia akademis yang menuntut pertanggungjawaban secara ilmiah
4. Sebagai bentuk pemenuhan atas tuntutan perkembangan profesi guru
(Rustam Mundilarto, Dirjen Dikti Depdiknas.2004)
Begitu juga dalam keseharian, guru sering menghadapi beberapa kendala, diantaranya :

1. Guru sering menghadapi masalah dalam Proses Belajar Mengajar
2. Guru sering memiliki pertanyaan tentang hasil Proses Belajar Mengajar
3. Hasil temuan penelitian jarang termanfaatkan secara langsung
4. Penelitian tidak dilakukan oleh guru
5. Guru sering diminta mengembangkan profesionalismenya
6. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai siswa adalah melakukan penelitian
Oleh karena itulah maka PTK tidak hanya sebagai sebuah kompetensi yang harus dimiliki guru, tapi juga merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban profesionallisme guru kepada masyarakat.
Dari uraian diatas, maka tujuan dari PTK ini akan bermuara pada peningkatan kualitas kompetensi guru dan perbaikan proses pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru sebagai tenaga profesional.

C. APA MANFAATNYA PTK BAGI GURU DAN SISWA ?
Salah satu motivasi siswa untuk belajar lebih giat di mata pelajaran matematika adalah karena siswa sadar, mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang di UN kan dan akan sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Begitu juga guru, baru akan melaksanakan PTK seandainya memang ada manfaat dari pelaksanakaan PTK ini bagi pekerjaannya dikemudian hari.
Sebenarnya pemerintah telah berusaha mensosialisakan PTK ini sebagai bentuk dan bukti profesionalisme guru, namun dalam tataran prakteknya di tingkat sekolah guru belum secara sadar memahami manfaat PTK dalam profesinya sebagai guru. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang seseorang menjadi guru atau paradigma seseorangmemandang profesi guru. Mungkin dari guru yang ada sekarang yang benar-benar bercita-cita menjadi guru memang sedikit, bahkan bukan tidak mungkin profesi ini merupakan profesi “banting stir” dan alternatif terakhir yang diambil setelah tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan. Hal ini akan mempengaruhi totalitasnya dalam melaksanakan profesi guru. Juga dengan paradigmanya terhadap profesi guru yang masih menganggap profesi ini adalah profesi dewa yang memegang otoritas kebenaran dan kebijaksanaan satu-satunya bagi siswa sehingga membuat guru kemudian tertutup (disadari atau tidak) dari segala bentuk perubahan dan kemajuan. Ini bukan berarti guru tersebut tidak pernah ikut seminar atau pelatihan, namun sudah merasa cukup dengan apa yang telah diraihnya, baik secara pribadi maupun secara institusi.
Sebenarnya, manfaat dari pelaksanaan PTK ini yang jelas adalah melatih kita sebagai guru untuk mampu menulis sebuah karya tulils ilmiah. Pernahkah kita bayangkan betapa sulitnya dahulu kita menulis skripsi sebagai sebuah kompetensi yang harus dimiliki sebelum kita dinyatakan layak menjadi guru? Jangan-jangan trauma pada saat menulis skripsi dahulu juga membuat kita menjadi antipati atau bahkan menghindari keharusan membuat PTK. Tapi disaat kita telah berhasil menyelesaikan skripsi lalu kita lulus dengan memuaskan (atau kategori ‘cukup’…lah…) ada semacam kebanggaan bahwa ternyata kita bisa. Tapi ketika kita ditanya apakah mau kalau kita membuatnya lagi? Kita dengan segera menggelengkan kepala….”ngga…lagi-lagi deh…”.
Adapun manfaat lainnya adalah :
1. Inovasi dalam pembelajaran
2. Pengembangan Kurikulum
3. Peningkatan profesionalisme guru
4. Guru Lebih bersikap terbuka
Dari uraian diatas maka sebenarnya guru bisa mengembangkan potensi dan kemampuannya dalam melakukan rekayasa maupun pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran berdasarkan hasil temuan PTK, bukan berdasarkan perasaan atau perkiraan atau hipotesa yang belum diuji kebenarannya. Dengan demikian maka guru bisa mempertanggungjawabkan kegiatannya di kelas secara profesional. Juga dengan hasil PTK ini akan melatih seorang guru untuk mau menerima apapun hasil temuannya karena hasil penelitian bisa mengindikasikan adanya kekurangan dan kesalahan dalam metode yang diterpkannya selama ini. Namun dengan adanya PTK, guru bisa mencoba kembali merancang suatu metode yang baru dan kembali melakukan penelitian untuk mengukur tingkat keberhasilannya di kelas dan dampak positif yang didapat oleh siswa dalam setiap KBM.
Pemerintah sebenarnya telah memasukkan PTK sebagai salah satu aspek penilaian dalam akreditas dan sertifikasi, bahkan sering juga kita dengar berbagai lomba yang menekankan aspek kemampuan seorang guru dalam menulis sebuah karya ilmiah untuk memberikan rangsangan kepada guru untuk melakukan sebuah Penelitian sederhana disekitar kegiatannya melaksanakan KBM. Sehingga guru dapat merasakan manfaat langsung dari PTK, baik bagi kepentingan kariernya maupun kepentingan profesionalismenya.

D. PRINSIP DAN KARAKTERISTIK PTK
Diatas telah diurai beberapa alasan mengapa seorang guru merasa enggan melakukan PTK, salah satunya adalah bayangan tingkat kerumitan sebuah penelitian dan pelaporan hasilnya. Benarkah PTK sesulit kita ketika akan membuat skripsi atau tesis?
Ada beberapa perbedaan mendasar atau karakteristik antara PTK dengan penelitian akademis lainnya. Beberapa diantara perbedaan tersebut adalah :
Pertama, PTK dilakukan oleh guru yang sebenarnya juga adalah obyek yang diteliti itu sendiri sementara penelitian non PTK dilakukan oleh pihakk luar dari obyek yang diteliti. Jadi sebenarnya PTK adalah usaha guru untuk mengukur dan melakukan tingkat keberhasilan dari tindakannya sendiri. Dengan demikian maka adalah sebuah kesalahan apabila seolah-olah PTK akan menjadi alat monitoring pihak sekolah atau lembaga lainnya untuk mengukur tingkat kinerja guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai subyek penelitian, yaitu orang yang melakukan penelitian dan juga sebagai obyek penelitian itu sendiri. Kerancuan ini memang membuka seorang guru untuk mempermainkan hasil penelitian untuk disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan, namun hal tersebut bisa diminimalisir dengan melibatkan pihak ketiga (siswa, teman sejawat, atau kepala sekolah ) untuk membantu mengawasi dan memeriksa proses dan hasil penelitian.
Kedua, fleksibel dengan ukuran sampel dan populasi. Guru dapat dengan leluasa menentukan jumlah contoh atau jumlah obyek yang akan dilibatkan dalam penelitian sederhana tersebut. Misalnya hanya dengan melibatkan satu rombongan belajar untuk satu penelitian, dengan hanya melibatkan satu angkatan, melibatkan beberapa siswa dari kelas yang berbeda namun masih satu tingkat, beberapa siswa dari kelas dan angkatan yang berbeda atau semua siswa yang ada disekolahtersebut. Tentunya sangat tergantung pada aspek yang ditelitinya. Sementara penelitian PTK sangat ketat dengan aturan keilmuan, sehingga jumlah sampel dan populasi sangat menentukan validitas dari penelitian tersebut.
Ketiga, tidak menggunakan anallisis yang rumit. Statistika yang kita peroleh di saat kuliah sudah lama kita lupakan. Jadi apabila terbayang kita akan akrab lagi dengan statistika di PTK, rasanya tidak benar seluruhnya. Statistika adalah hanya salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam penelitian dan itupun sangat tergantung pada banyak faktor dan unsur dalam penelitian. Dalam PTK, guru dapat membuat analisis sederhana dengan menggunakan deskripsi analisis. Misalnya ketika menggunakan metode ceramah, tingkat pemahaman siswa dalam materi XYZ adalah dengan nilai rata-rata 60, namun setelah dilakukan perubahan metode dengan menggunakan diskusi ternyata ketercapaian pemahaman materi siswa berdasarkan ulangan yang dilakukan bisa mencapai rata-rata 85.
Keempat, guru cukup membuat sebuah hipotesis atau dugaan awal lagsung berupa tindakan, misalnya “ Dengan metode diskusi maka pemahaman siswa untuk materi ‘XYZ’ akan lebih meningkat dibandingkan dengan metode ceramah”.
Kelima demikian baik latar belakang, hipotesa dan hasil penellitian bisa langsung dirasakan pengaruhnya dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil penellitian sangat aplikatif karena tidak lagi memerlukan kajian akademis yang rumit.
Dan keenam, yang harus dicermati adalah bahwa hasil penelitian ini sangat terikat oleh ruang dan waktu serta obyek yang diteliti. Jadi apabila penelitian ini menghasilkan sebuah pernyataan yang positif di satu kelas dengan tingkat sampel dan populasi tertentu, maka hasil tersebut belum tentu akan menghasilkan hasil yang sama bila diterapkan di kelas lain atau diwaktu yang lain.
Karakteristik PTK di ungkapkan juga oleh Rustam Mundilarto dari Dirjen Dikti Depdiknas Jakarta yang menyatakan karakteristik PTK diantaranya :
1. Masalah yang akan diteliti adalah yang muncul dalam kegiatan guru sehari-hari
2. Bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru yang bersangkutan dalam proses pembelajarannya sendiri
3. Metode utama yang dilakukan adalah melakukan refleksi diri dengan tetap bersandar pada kaidah penelitian
4. Penelitiannya fokus pada kegiatan belajar mengajar, dan
5. Guru selain sebagai pengajar dan obyek penelitian juga bertindak sebagai peneliti atau subyek penelitian
Alasan lain yang biasa dilontarkan guru untuk menolak PTK adalah kekhawatiran adanya gangguan pelaksanaan PTK terhadap KBM. Misalnya materi yang masih terlalu banyak atau waktu yang dikhawatirkan kurang untuk melaksanakan KBM. Biasanya guru telah mengatur alokasi waktu ketika diawal tahun pelajaran membuat program tahunan, semester dan RPP. Dan pada saat itu hampir tidak ada guru yang mengalokasikan waktu khusus untuk pelaksanaan PTK masuk dalam program-program tersebut, sehingga ketika akan melaksanakan PTK, kekhawatiran itu muncul.
Untuk mengatasi beberapa kekhawatiran itulah maka ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam pelaksanaan PTK, yaitu :
1. Tidak mengganggu komitmen mengajar
2. Tidak menuntut waktu yang panjang
3. Metode yang reliabel atau dapat dilaksanakan
4. Berhubungan dengan masalah guru sehari-hari dalam KBM
Artinya, PTK seharusnya tidak menganggu kegiatan dan waktu guru dalam mengajar. Misalnya, dalam dalam mengukur efektifitas metode ulangan lisan dan tulisan terhadap kesiapan siswa menguasai materi, guru dapat melakukan kedua penilaian tersebut untuk materi yang sedang dilaksanakan, bahkan dengan kegiatan ini guru dapat memperoleh dua nilai sekaligus untuk satu kompetensi dasar tanpa memakan waktu yang lama.

D. BEBERAPA KETERBATASAN DALAM PTK
Walalupun PTK merupakan sebuah bentuk karya tulis ilmiah, dimana harus mengacu pada standar baku penulisan ilmiah, tetap saja PTK memiliki sisi keterbatasan. Hal ini dapat terjadi mengingat beberapa hal, misalnya jumlah sampel, metode maupun posisi guru sebagai obyek sekaligus subyek penelitian.
Secara garis besar beberapa kelemahan atau keterbatasan dalam PTK iantaranya ialah :
1. Tingkat validitas yang dinilai masih sangat kurang.
Validitas masih diragukan karena kemampuan guru dalam mengembangkan metode penelitian masih sangat terbatas. Sementara perkembangan metodologi penelitian cukup berkembang sangat pesat dan guru rata-rata masih menggunakan metode deskriptif analisis misalnya dengan alasan lebih mudah dan singkat.
Namun walaupun demikian, selama PTK dilaksanakan berdasarkan pada standar baku atau kaidah penelitian walaupun sederhana maka hasilnya masih lebih baik ditinjau sudut pandang ilmiah ketimbang guru melakukan penilaian berdasarkan metode tradisional yaitu intuisi maupun perasaan dan pengalaman.
2. Hasil penelitian tidak dapat digeneralisir karena sampel yang sangat sedikit.
Hal ini karena penelitian ini hanya mengambil sampel maupun populasi yang sedikit. Misalnya hanya menggunakan satu kelas untuk satu jenis masalah yang diteliti. Kecilnya jumlah sampel yang diteliti akan semakin memperkecil tingkat keakuratan data karena tingkat keterwakilannya sangat rendah.
Pengambilan sampel yang sedikit ini pun bukan tanpa alasan karena memang guru hanya menjadikan kelas yang dikelolanya sebagai obyek penelitian. Hal ini juga disebabkan karena penelitian dilakukan nukan untuk menilai atau menemukan sebuah hasil yang akan dipergunakan secara umum, namun sangat bersifat kasuistis di dalam kelas guru yang bersangkutan. Sehingga pemaksaan penggunaan sampel yang banyak menjadi tidak relevan dengan permasalahan yang dibahas dan hasil yang dijarapkan.
3. Posisi guru yang menjadi obyek dan sekaligus subyek cukup membuat hasil penelitian menjadi bias.
Sebagai bentuk refleksi diri untuk memperbaiki kinerja, maka mau tidakmau guru bertindak sebagai subyek penelitian, artinya orang yang melakukan penelitian, juga sebagai obyek atau sebagai orang yang diteliti. Sementara dalam penelitian pada umumnya, seorang peneliti dituntut untuk bersikap netral pada hasil yang akan ditemukan dari penelitian tersebut.
Dalam proses ini memang selain kompetensi guru harus cukup untuk melakukan penelitian, juga dibutuhkan kebesaran jiwa dari seorang guru untuk mau menerima apapun kemungkinan hasil yang akan diperolehnya melalui penelitian tersebut. Karena apabila guru mempergunakan penellitian ini hanya untuk kepentingannya sendiri dan bersifat sesaat, maka tidak mungkin guru melakukan rekayas hasil penelitian.
Sebagai manusia tentunya guru juga mengharapkan melalui penelitian ini dapat mengambil manfaat, misalnya bagi karier maupun finansial, sehingga akan sangat menentukan pada pola metode, pengumpulan data dan analisis sampai pada penjelasan hasil penellitian.
Kemungkinan terjadinya bias dari proses penelitian ini, maka guru dapat meminta bantuan kepada pihak-pihak yang dinilai dapat memberikan masukan dan kontribusi yang lebih netral dalam melakukan pendataan dan anallisis data hasil penelitian sehingga tingkat subyektifitas peneliti dapat diminimalisir.
Pihak yang dapat dimintai bantuan oleh guru yang melakukan penelitian misalnya adalah siswa, rekan guru serumpun, kepala sekolah atau pengawas. Dengan adanya penilaian oleh pihak yang bersifat netral tersebut maka keraguraguan akan validitas dan obyektifitas penelitian dapat lebih dipertanggungjawabkan.

E. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa PTK adalah sebuah keniscayaan bagi guru sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi kepada masyarakat. Adapun berbagai kendala tekhnis yang mungkin akan dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan PTK seharusnya tidak menjadi penghalang guru untuk mencoba melaksanakan kegiatan PTK.
Memang harus ada usaha berkesinambungan dari berbagai pihak untuk membangun kesadaran dan budaya ilmiah dikalangan guru sebagai upaya meningkatkan wawasan dan kompetensi guru didunia pendidikan. Hal ini penting mengingat begitu besarnya tantangan global dunia pendidikan.
Pada tulisan selanjutnya, mungkin kita bisa lebih intens berdiskusi mengenai hal-hal yang bersifat tekhnis dan aplikasi dalam PTK. Atau mungkin saling berbagi pengalaman tentang kendala dan hasil temuan dari PTK sebagai media komunikasi akademis antar guru.

Materi lebih lengkap kunjungi
www.imamwibawamukti@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: