Selasa, 14 Oktober 2008

MENANAMKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA DIRI SISWA

Sampai saat ini, penulis masih tetap yakin bahwa Pancasila adalah ideologi terbaik dan paling cocok untuk negara Indonesia yang dihuni oleh rakyatnya yang bersifat heterogen dan majemuk baik dari aspek suku bangsa, agama, ras maupun golongan. Bahkan beberapa kenyataan yang seolah memojokkan Pancasila dan melahirkan keraguan pada masyarakat Indonesia akan keampuhan Pancasila sebagai ideologi bangsa, tidak menyurutkan keyajinan tersebut.
Sama halnya dengan agama yang tidak serta merta menjadikan pemeluknya menjadi baik dan sesuai dengan nilai ideal yang telah ditentukan, tentunya Pancasila pun tidak menjamin bahwa pelaku ideologi tersebut akan otomatis menjadi Pancasilais, karena dalam kenyataannya dari mulai Pancasila lahir sampai saat ini, berbagai peritiwa yang menyangkut pemerintahan maupun kehidupan rakyatnya terasa semakin jauh dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Hal ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya.
Sejarah dan pengalaman dari bangsa sendiri maupun bangsa-bangsa lain semakin memperjelas bahwa ideologi suatu bangsa sangat tergantung pada kemampuan seluruh elemen bangsa dalam menterjemahkan atau menafsirkan nilai-nilai ideal suatu ideologi dalam tataran hidup berbangsa dan bernegara. Bahkan suatu ideologi akan terasa menjadi ruh dari kehidupan sebuah bangsa tatkala seluruh langkah gerak dan kebijakan yang dibuat penyelenggara negara benar-benar berpihak kepada rakyat banyak sebagai bentuk penghargaan terhadap keberadaan rakyat sebagai pemegang kedaulatan rakyat.
Ketika ada seorang pemeluk agama melakukan sebuah kesalahan fatal, kita umat seagama akan berdalih bahwa itu hanya umat yang tidak memahami ajaran agamanya, ketika sebuah lembaga mendapati anggotanya melanggar hukum maka kita sebagai anggotanya akan berdalih bahwa itu hanyalah oknum yang tidak mentaati aturan lembaga. Maka kehancuran bangsa inipun tidak dapat lantas menggugurkan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Kebenaran dari agama yang saya peluk adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Begitu juga pemeluk agama lain! Sebagai seorang anak bangsa saya merasa bahwa bangsa saya adalah bangsa yang paling baik. Begitu pula anak bangsa lainnya! Sebagai anggota sebuah golongan atau organisasi tertentu saya akan merasa bahwa lembaga atau organisasi sayalah yang paling baik dalam metode perjuangannya. Begitu pula anggota lembaga dan organisasi lainnya! Lantas bagaimana menyatukan semua keyakinan beragama, kebanggan berbangsa dan keanekaragaman tujuan di dalam suatu kerangka yang bisa menampung semua sehingga bersinergi mencapai tujuan bernegara dan berbangsa?
(mengutip Pidato Bung Karno)
“Sebuah ideologi yang besar dan akan tahan oleh ganasnya perjalanan zaman dan sejarah adalah ideologi yang harus lebih luas, lebih besar dan lebih fleksibel daripada nilai-nilai lain yang ada di dalam bangsa itu sendiri”. Ideologi yang hanya mampu menampung segolongan kaum tertentu, hanya mampu meng apreasiasi kepentingan tertentu atau hanya mampu mengakomodasi bangsa tertentu, niscaya akan hancur dan tergilas oleh sejarah dan zaman yang terus berubah.
Tanpa mengurangi rasa keyakinan terhadap agama apapun yang ada di Indonesia, tanpa bermaksud meremehkan keberadaan suatu bangsa yang ada dan tanpa bermaksud menafikan berjuta eleman bangsa ini, saya kira sampai saat ini dan masa yang akan datang, Pancasila adalah satu-satunya ideologi di Indonesia yang mampu menampung semua keberbedaan itu!
Dan sebagai seorang guru yang memiliki keyakinan itu, maka kita perlu merumuskan langkah tepat dan nyata bagi keberlangsungan pemahaman terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa. Apabila kesadaran itu hilang saat ini, maka yakinlah dalam waktu singkat Indonesia akan porak poranda dalam kehancuran, perpecahan dan ketidakpuasan.
Terasa kini Pancasila telah mulai dilupakan oleh semua elemen bangsa, bahkan oleh pemerintah sekalipun!!!! Pemerintah terlalu sibuk dengan urusan perut semata, urusan ekonomi dan politik yang memiliki tujuan jangka pendek dan absurd. Sebuah kenyataan yang sangat memprihatinkan bila semua anggota masyarakat menganggap bahwa krisis multidimensi yang dialami bangsa ini semata hanya urusan perut dan kekuasaan semata.
Pembangun karakter bangsa (National Character Building) yang begitu gencar dikumandangkan dan dijalankan di era Bung Karno kini telah hilang dan digantikan oleh pembangunan yang bersifat topeng dan kamuflase demi meraih tujuan golongan dan sesaat. Sehingga berbagai kebijakan yang dikeluarkan tidak lebih dari sekedar “jual pesona” demi melanggengkan kekuasaan kelompok.
Kini guru harus berada di garis depan untuk kembali menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa ini terlanjur hancur oleh generasi yang lahir dari sistem pendidikan yang mengagungkan materialisme, menekankan pada keberhasilan jasmaniah dan indikator-indikator a-theisme walau kita menolak sebagai bangsa yang tidak mempercayai Tuhan.
Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi adalah, guru pun akhirnya ikut terjebak pada masalah perut, jasmaniah, kepentingan jabatan dan karier sehingga melupakan hakekat guru sebagai penerus mata rantai budaya dan rasa kebangsaan kepada generasi selanjutnya.
Perhatikan gejala berikut, bagaimana guru sekarang mulai memandang bahwa profesi ini tidak lebih dari profesi jual barang atau jasa lainnya. Banyak “pelacur-pelacur” pendidikan yang telah melupakan nilai-nilai Pancasila, baru akan memberikan ‘lebih’ dari kemampuannya apabila dibayar sesuai dengan harapannya. Guru berlomba meraih status ekonomi tertinggi dengan menomorduakan kompetensinya di bidang pendidikan. Jangankan memikirkan kemampuannya dalam mendidik bahkan “memperkenalkan” anak didiknya tentang nilai kebaikan dari Pancasila maupun agama dan budaya pun tidak sempat karena kesibukannya mengumpulkan remeh-temeh duniawi.
Ini adalah refleksi pribadi. Tidak bermaksud menggeneralisir semua guru. Kita masih bisa bernapas lega ketika kita masih melihat ada guru yang mengabdi sebagai guru sebagai media pendekatannya kepada Tuhan ketimbang usaha pendekatannya kepada Materi. Rasanya guru-guru seperti itulah yang selama ini mencegah Indonesia menerima laknat lebih besar lagi dari Tuhan.
Kini saatnya guru kembali kepada hakekatnya sebagai pendidik dengan tetap berusaha secara elegan dan santun menutut hak sewajarnya. Yakinlah suatu saat bangsa ini, negara ini, pemerintah ini akan menyadari pentingnya pendidikan bagi keberlangsungan berbangsa dan bernegara sehingga perhatian yang serius dan benar akan terlaksana sebagai sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak siapapun dengan alasan apapun.
Setelah lahir kembali kesadaran akan hidup sebagai sebuah bangsa, kini saatnya guru kembali beniat untuk meneruskan mata rantai nilai Pancasila, yaitu pertama, keyakinan akan adanya Tuhan dalam setiap gerak langkah. Kedua, kesadaran akan perlunya menghormati nilai kemanusiaan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Ketiga, kesadaran akan pentingnya persatuan diatas segalanya. Keempat, menanamkan nilai demokrasi dan penghargaan atas keberanekaragaman ide dan pendapat serta kelima,penghargaan terhadap keadilan dan kebenaran.
Metode terbaik dan paling cepat dalam proses penanaman kemballi nilai Pancasila adalah tentunya dengan kemballi menjadi figur “minimal” yang bisa ditiru siswa sebagai manusia Pancasila. Hilangnya figur sebagai guru dan teladan telah menyebabkan pendidikan kehilangan sosok yang layak untuk ditiru dan dijadikan rujukan siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
Tidak gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna. Pancasila bukanlah agama yang dibawa oleh utusan khusus yang dipersiapkan Tuhan untuk membawa ajaran kepada umat manusia. Manusia Pancasila hanyalah manusia biasa yang dilahirkan dalam kegelisahan yang sama akan pencarian pada hakekat kebenaran dan keadilan yang hakiki. Utusan Tuhan membawa ajaran yang pasti dari Tuhannya. Manusia Pancasila hanya manusia yang tengah berproses mencari kesejatian melalui kesalahan dan kealpaannya untuk menjadi lebih baik.
Mulai dari diri sendiri, sekarang dan dari hal-hal kecil.
BIO DATA
NAMA:
IMAM WIBAWA MUKTI,S.Pd
ALAMAT SEKOLAH:
SMP TARUNA BAKTI BANDUNG
Jln. LL.RE. Martadinata 52 Bandung
Telp. (022) 4261468
MEDIA KOMUNIKASI:
HP : 085624098017
e-mail : imamwibawamukti@yahoo.co.id/
Blog : cogitoergowibisum.blogspot.com/
Web Sekolah : http://www.smptarunabakti.com/
PEKERJAAN:
1. Guru IPS SMP Taruna Bakti Bandung
2. Koordinator Program Akselerasi SMP Taruna Bakti
3. Tim Resource Center Keberbakatan Jawa Barat

Tidak ada komentar: