Jumat, 14 Mei 2010

Kelas Akselerasi, Layanan Pembelajaran Istimewa untuk Siswa-Siswa Istimewa

[ Kamis, 18 Februari 2010 ]

IQ Tinggi, Tanggung Jawab Besar

Sekolah-sekolah berkualitas bagus punya siswa-siswa kebanggaan. Mereka masuk kelas akselerasi yang belajar dengan cepat dan bertanggung jawab.

Tiga tahun memang terlalu lama bagi anak-anak istimewa yang masuk kelas akselerasi. Mereka cukup menempuh dua tahun untuk menuntaskan studi di SMP maupun SMA. Syaratnya, siswa-siswa itu memang tergolong anak cerdas istimewa (ACI) atau cerdas istimewa berbakat istimewa (CIBI).

"Salah satunya, IQ anak minimal 130 dan nilai ujiannya selalu tinggi," kata Kepala SMA Negeri 5 Suhariono yang juga mengadakan kelas aksel. Selain SMA Negeri 5, SMAN 15 dan SMPN 1 punya dua kelas akselerasi.

Menurut dia, kelas istimewa itu dibuka setiap tahun pelajaran baru. Siswa yang berminat dipersilakan mengikuti tes masuk mata pelajaran. Ada pula tes psikologi. Psikotes tersebut dilakukan oleh tim luar, tim psikolog dari Universitas Surabaya (Ubaya). "Kami tidak ikut campur menentukan kelulusan," tambah Suhariono.

Tes materi pelajaran bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan, baik kecerdasan maupun bakat. Psikotes bisa bermanfaat untuk mendalami tingkat tanggung jawab dan komitmen belajar setiap siswa. Karena itulah, tak banyak siswa yang mampu lolos dari jaring tes tersebut.

"Kalau yang ikut tes seratus, yang lolos paling hanya 16 siswa," sebut dia. Mereka yang lolos berarti istimewa dan layak mendapatkan layanan pembelajaran istimewa pula.

Pembelajaran istimewa itu, antara lain, pemendekan waktu belajar dengan materi kurikulum yang sama. Jika siswa kelas reguler memerlukan sepuluh hari untuk menguasai materi tertentu, siswa aksel hanya butuh enam hari.

Waktu belajar itu berlanjut ke masa studi setiap semester. Jika kelas reguler menempuh satu semester dalam enam bulan, anak-anak aksel cukup empat bulan. Jadi, kenaikan kelas siswa-siswa aksel pun lebih cepat. "Di SMAN 5, siswa-siswa kelas aksel duduk di kelas XI dan XII," jelas Suhariono.

Berbeda halnya dengan kelas aksel di SMAN 15. Di sekolah yang dikepalai Kasnoko itu, kelas aksel berada di kelas X dengan 28 siswa dan kelas XII dengan 27 siswa. Kelas aksel tersebut sudah berjalan tiga tahun. Siswa peminat kelas aksel bisa mengikuti tes setelah satu semester pertama selesai. Kalau lulus, mereka masuk kelas aksel.

Kelas aksel di SMAN 15 lebih cepat karena satu semester hanya ditempuh tiga bulan. Jika ditotal sampai lulus, anak-anak aksel menuntaskan SMA hanya dalam 21 bulan atau kurang dari dua tahun. Sebab, kelas aksel SMAN 15 menerapkan sistem full day school. Mereka tetap masuk sekolah pada Sabtu. "Aksel kami memang lebih cepat daripada sekolah lain," ujar pria asal Bojonegoro itu.

Kelas di SMP Negeri 1 lebih ketat. Proses seleksi siswa kelas aksel dibuka pada setiap tahun pelajaran baru. Namun, siswa-siswa kelas aksel harus melalui seleksi yang sangat ketat dengan standar yang terukur. Selain syarat nilai mata pelajaran yang tinggi dan IQ minimal 130, tanggung jawab dan kemandirian belajar anak jadi perhatian utama.

"Kalau tidak ada siswa yang layak masuk, kelas aksel tidak akan dibuka," kata Kepala SMPN 1 Surabaya Muchtar. Kelas aksel itu juga berlangsung dua tahun di antara tiga tahun masa belajar SMP.

Menurut Muchtar, anak-anak yang cerdas dan mandiri itu layak mendapatkan pelayanan istimewa di sekolah. Untuk makin mendongkrak kemampuan siswa, lanjut Muchtar, SMP Negeri 1 membagi mata pelajaran menjadi materi esensial dan nonesensial. Materi esensial atau materi inti diajarkan oleh guru secara detail. Namun, materi nonesensial hanya diberikan secara global. (lum/roz) 


Sumber :
www.jawapos.com
Gambar :
genius23.com

Tidak ada komentar: