Senin, 17 Mei 2010

MENGAPA TIDAK ADA DROP OUT DI PROGRAM AKSELERASI SMP TARUNA BAKTI?

Oleh : Imam Wibawa Mukti,S.Pd

Salah satu yang sering ditanyakan orang tua tentang program akselerasi atau rekan-rekan guru yang akan menyelenggarakan program akselerasi adalah, “Bila ada siswa akselerasi yang tidak bisa mengikuti program akselerasi sampai tuntas, apakah siswa tersebut akan dinyatakan drop out dan ditempatkan ke kelas reguler? Bagaimana menyikapi dan mengantisipasi bila hal tersebut terjadi?”.
Bila kita mengikuti aturan, maka sangat dimungkinkan seorang siswa yang dinilai tidak mampu mengikuti program akselerasi lalu tidak mampu menunjukkan prestasi yang signifika untuk tetap diakselerasi, maka salah satu cara antisipasinya adalah dengan memindahkan siswa tersebut ke kelas reguler. Juga dari pengalaman beberapa sekolah penyelenggara program akselerasi, hal tersebut biasa terjadi.
Oleh karena itu, bukanlah sebuah masalah besar bila ternyata dalam perjalanannya, siswa akselerasi dipindahkan ke kelas reguler. Namun yang harus diantisipasi tidak saja bentuk komunikasi positif yang harus dijalin antara sekolah dengan orang tua dan siswa, namun juga jangan sampai pemindahan siswa tersebut hanya merupakan bentuk cuci tangan dari penyelenggara akselerasi karena merasa sudah tidak sanggup lagi menangani siswa tersebut.
Siswa mengalami masalah atau kendala dalam belajar bukan karena siswa itu ada diprogram akselerasi atau bukan. Di kelas reguler pun banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan menunjukkan performa negatif dalam nilai akademis. Namun hal tersebut harus diamati secara menyeluruh sehingga kita tidak hanya melihat hal tersebut sebagai “penyebab” siswa tersebut menjadi “bodoh”.

Banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa salah satu penyebab kesulitan siswa dalam belajar justru datang dari pihak luar diri siswa itu sendiri. Misalnya situasi rumah yang tidak kondusif atau lingkungannya tidak menantang dirinya merasa perlu berprestasi tinggi karena kurangnya stimulus.
Karena itu, ketika memang ada siswa yang harus pindah ke program reguler tidak menjadi alasan bagi pengelola program akselerasi untuk lepas tangan dan menganggap masalah itu selesai. Penyelenggara akselerasi justru harus kerjasama dengan pihak wali kelas dan BK untuk terus memberikan motifasi. Bisa saja terjadi, seorang siswa akselerasi yang pindah ke kelas reguler bukannya menjadi lebih baik prestasinya, tapi menjadi jauh lebih buruk karena akar masalahnya tidak tertangani.

BAGAIMANA DI SMP TARUNA BAKTI?
SMP Taruna Bakti tidak antipati atau menutup kemungkinan terjadinya “DO” bagi siswa akselerasi. Bagaimanapun, sekolah-dalam hal ini penyelenggara akselerasi- beranggapan bahwa program akselerasi bukanlah jaminan keberhasilan. Program akselerasi adalah layanan bagi siswa yang memiliki karakter pembelajar cepat. Dengan kriteria yang jelas, pasti dan terukur, mereka masuk program akselerasi karena rekomendasi psikolog, observasi guru dan kesepakatan dengan orang tua, maka siswa diharapkan mampu mendapatkan layanan yang sesuai dengan karakteristik tersebut.
Namun karena sudah menjadi komitmen kami, bahwa siswa yang masuk program akselerasi adalah benar-benar siswa yang memenuhi kualifikasi standar dan benar-benar merupakan hasil pengamatan yang cermat, maka ketika siswa tersebut masuk menjadi siswa akselerasi maka adalah tanggung jawab semua pihak untuk melakukan pendampingan total.
Pendampingan total ini tidak hanya diberikan kepada siswa yang memiliki kesulitan belajar, namun juga kepada siswa yang tidak mengalami kesulitan sehingga prestasinya tidak mengaami penurunan.
Terlepas dari adanya siswa yang mengalami kesulitan belajar ketika sedang mengikuti program akselerasi, sebenarnya itu tidak akan pernah membuat siswa tersebut menjadi turun tingkat intelektualitasnya. Dengan proses penjaringan dan penyaringan yang seobyektif mungkin, maka kekeliruan analisa data siswa bisa diminimalisir. Dengan demikian maka titik tolak penanganannya adalah mencari akan permasalahan, mencari solusi dan memberikan saran kepada orang tua dan guru untuk berperan serta menyelesaikan masalah tersebut.

BEBERAPA ALASAN SISWA AKSELERASI TURUN PRESTASI
Seberapa berani sekolah mempertanggungkawabkan proses penjaringan dan penyaringan, akan berdampak pada seberapa besar layanan sekolah kepada siswa akselerasi itu sendiri. Ketika sekolah bisa mempertanggungkawabkan proses perekrutan tersebut, maka kita yakin benar bahwa siswa yang masuk akselerasi adalah siswa yang benar-benar memiliki bakat atau kecerdasan luar biasa. Sehingga ketika ditengah perjalanan mengikuti program akselerasi, siswa mengalami penurunan prestasi akademis, hal tersebut bukan karena salah perekrutan, tapi karena ada masalah yang muncul dan memerlukan penanganan segera. Berarti ada kesadaran bahwa siswa sama sekali tidak mengalami penurunan tingkat kecerdasannya, tapi pada kemampuannya menangani dan mengatasi masalah yang mereka alami.
Dari pengalaman selama ini, ada beberapa penyebab munculnya gejala menurunnya prestasi dari siswa, diantaranya :
Faktor internal :
1. Kurangnya motivasi diri. Ada siswa yang menganggap bahwa mengikuti program akselerasi adalah tujuan, sehingga ketika dia telah masuk program akselerasi maka motivasi yang dia tunjukkan ketika masa observasi menjadi menurun. Tipe seperti ini akan nampak diawal tahun ajaran sehingga akan lebih mudah diantisipasi.
2. Pertumbuhan dan perkembangan. Usia remaja adalah masa yang tidak saja membuat pusing orang tua dan guru tapi juga sebenarnya membuat remaja sendiri bingung. Pertumbuhan biologis yang mungkin saja mereka alami (khususnya laki-laki diawal SMP) akan membuat mereka galau. Begitu juga dengan perkembangan psikologis, dimana mereka menjadi lebih suka tantangan, dalam proses menjalin pertemanan atau mengalami kejenuhan. Masa pertumbuhan dan perkembangan sering terlihat sangat menonjol ketika mereka sudah masuk tahun kedua. Karena itu pendampingan dari wali kelas, koordinator dan BK sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Faktor eksternal :
1. Faktor pertemanan dan pergaulan. Siswa bisa jadi diawal pembelajaran akan merasa tidak nyaman berada di kelas akselerasi. Hal ini bisa disebabkan oleh karena jumlah temannya yang sedikit, kurang cocok dengan karakter teman-temannya, ada siswa yang dianggap “freak”, atau menganggap teman-teman kelas terlalu serius.
2. Masalah dalam menyesuaikan dengan kecepatan dan gaya belajar. Dengan kecepatan yang tinggi, maka siswa bisa jadi mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan gaya belajar yang sudah biasa dilakukannya pada saat SD. Proses adaptasi ini bukan hanya masalah siswa akselerasi namun juga dialami oleh teman mereka di reguler. Guru yang banyak dengan segala karakternya, mata pelajaran yang lebih banyak dengan segala kedalaman materinya, tugas dan PR yang cukup banyak. Namun dengan seiring waktu, mereka harus mampu beradaptasi dengan baik kurang lebih satu bulan, sehingga ketika dibulan kedua mereka masih mengalami kesulitan maka wali kelas dan BK harus segera bertindak dengan melakukan pendampingan.
3. Melawan prasangka, anggapan dan stereotip teman atas kriteria “KECERDASAN ISTIMEWA” yang mereka sandang. Diawal pembelajaran, siswa biasanya banyak mengalami masa orientasi, yaitu masa penyesuaian antara anggapan orang lain dengan kenyataan yang mereka alami sehari-hari. Siswa akselerasi ada yang mengeluh karena mendapatkan tatapan yang “berbeda” ketika berada di tempat-tempat umum di sekolah.
4. Memiliki masalah di rumah.
Dari uraian diatas, kita bisa temui bahwa masalah yang menjadi tantangan dalam melakukan proses pendampingan siswa akselerasi, penulis tidak pernah menemukan masalah yang disebabkan oleh “ADANYA PERUBAHAN TINGKAT KECERDASAN” dari siswa akselerasi.
Oleh karena itu penyelenggara program akselerasi SMP Taruna Bakti berusaha untuk menjaga proses pendampingan terhadap anak akselerasi agar dapat mengikuti program akselerasi sampai tuntas.

BENTUK PENDAMPINGAN TERHADAP SISWA AKSELERASI
Intinya adalah keseriusan dan komitmen dalam memberikan layanan kepada mereka. Sesulit apapun permasalahan yang dihadapi oleh siswa kita, maka yang dibutuhkan adalah kesadaran bahwa mereka harus dilayani.
Beberapa bentuk layanan pendampingan terhadap siswa akselerasi harus melibatkan banyak pihak, namun peran wali kelas dan BK cenderung lebih dominan. Proses ini harus melibatkan orang tua secara maksimal karena masalah yang dihadapi siswa tidak jarang justru berawal atau berasal dari rumah. Kalaupun itu tidak terjadi, minimal dengan bantuan orang tua, siswa mendapatkan pendampingan yang total baik di sekolah maupun di rumah.
Beberapa bentuk pendampingan biasanya melalui beberapa tahapan, diantaranya :
Wali kelas memanggil siswa untuk diajak berdialog dan mengidentifikasi permasalahan yang mereka alami. Banyak siswa yang belum memahami masalah mereka dan belum bisa mengidentifikasi masalah yang sebenarnya mereka alami. Sering ditemukan, siswa mengaku memiliki masalah padahal hal tersebut belum tentu benar adanya. Dengan pendampingan yang intens, maka siswa dilatih untuk bisa mengidentifikasi masalah mereka sendiri dan mencari solusi terbaik menurut mereka.
Bila wali kelas masih mengalami kesulitan karena masalah yang muncul lebih kompleks, maka tenaga BK menjadi andalan untuk membantu siswa menyikapi permasalahan yang mereka hadapi agar lebih terarah dan tidak berdampak lebih jauh. Pendampingan ini memerlukan metode dan tekhnik tersendiri yang mungkin hanya dikuasai oleh guru BK karena menyangkut karakter indivisu siswa. Ada siswa yang mudah mengungkapkan masalah dan perasaannya, namun tidak jarang juga ada siswa yang sangat tertutup sehingga membutuhkan pendampingan guru BK.
Membangun komunikasi positif dengan orang tua. Orang tua bisa membantu untuk memperoleh informasi tentang keseharian siswa di rumah. Juga guru bisa berkomunikasi bagaimana cara orang tua dalam melakukan pendampingan dirumah. Hal ini untuk menyelaraskan pola pendampingan antara sekolah dengan orang tua.
Melakukan pertemuan antara wali kelas, BK, orang tua dan siswa. Hal ini bisa juga dilakuka dengan pihak lain yang memiliki hubungan dengan masalah yang dihadapi siswa. Dengan pertemuan ini diharapkan masalah bisa diselesaikan sampai tuntas.
Meminta bantuan dengan tenaga profesional.
Dengan adanya proses pendampingan ini diharapkan masalah yang dihadapi siswa ketika menjadi siswa akselerasi bisa diatasi dengan cepat dan tepat. Namun proses yang diuraikan diatas masih dalam tataran umum, namun telah menjadi standar baku di SMP Taruna Bakti. Tentu dalam kenyataannya, wali kelas atau guru bisa jadi menemukan permasalahan yang spesifik dan membutuhkan proses pendampingan yang lebih intens, namun dengan kesabaran dan komitmen yang tinggi, setiap permasalahan siswa bisa diatasi tanpa harus “cuci tangan” dengan memindahkan siswa ke kelas reguler.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd
Koordinator Akselerasi SMP Taruna Bakti Bandung

Tidak ada komentar: