Rabu, 12 Mei 2010

MENYUSUN MATERI DAN STRATEGI INSTRUKSIONAL UNTUK PROGRAM AKSELERASI (bAGIAN1)

   Untuk melayani siswa yang memiliki keunggulan dalam bidang akademis, beberapa sekolah memberikan layanan berupa pembentukan kelas unggulan. Kelas unggulan adalah kelas yang diisi oleh siswa dengan nilai akademis yang lebih unggul dibanding dengan rata-rata siswa lainnya. Lalu dengan memberikan layanan berupa fasilitas yang lebih lengkap, guru yang lebih berpengalaman dan pencitraan yang baik, maka kelas tersebut akan menghasilkan nilai akademis yang lebih baik ketimbang kelas-kelas lainnya.
   Keberadaan kelas unggulan tidak terlepas dari munculnya gagasan sekolah unggulan yang dilontarkan oleh Menhankam Jendral Benny Murdani pada tahun 1989 sebagai jawaban atas keprihatinannya atas krisis yang melanda bangsa Indonesia khususnya di dunia pendidikan. Beliau akhirnya mendirikan sekolah yang memberikan layanan pendidikan untuk menggembleng penerus bangsa dari aspek kepemimpinan. Wujud gagasan ini dibuktikan dengan lahirnya SMU Taruna Nusantara di Magelang dengan menitikberatkan pada pengembangan ppotensi pribadi secara optimal.
   Namun tujuan awal penyelenggaraan kelas atau sekolah unggulan mengalami pergeseran makna. Tujuan awal kelas unggulan sebagai bentuk layanan untuk siswa yang memiliki keunggulan akademis dengan menciptakan suasana yang mendukung bagi perkembangan potensi siswa, berubah menjadi kelas dengan FASILITAS unggulan. Kelas yang lebih baik, memiliki AC, bangku yang baru dan media pembelajaran yang lebih lengkap menghiasi kelas unggulan.

   Namun fasilitas itu bukan tanpa biaya. Dibeberapa sekolah, kelas unggulan menjadi media pemerasan sekolah kepada peserta didik untuk membayar biaya pendidikan lebih mahal dengan alasan untuk fasilitas dan gaji guru yang lebih besar. Namun hal tersebut tidak diikuti dengan pemahaman makna dan hakekat dari keberadaan kelas unggulan tersebut, sehingga pada akhirnya tujuan pengembangan potensi sebagai bentuk layanan terhadap anak cerdas tidak maksimal dan semakin berkurangnya animo masyarakat terhadap promosi sekolah tentang kelas unggulan.
    Pada tahun 1997, terdapat 25% siswa kelas unggulan memiliki taraf kecerdasan dibawah rata-rata sementara yang memenuhi syarat (memiliki kecerdasan istimewa) hanya 9.8%. Sisanya adalah siswa yang memiliki kecerdasan rata-rata. Fakta ini membuktikan bahwa banyak terjadi penyalahgunaan hakekat sekolah atau kelas unggulan, sehingga belum bisa mengakomodir pendidikan untuk anak cerdas istimewa.
    Kekurangan lainnya adalah dalam memperlakukan kurikulum yang ada. Kurikulum nasional sebagai standar minimal yang harus dicapai peserta didik diperlakukan sama antara kelas unggulan dengan kelas reguler. Perlakuan yang sama tersebut pada akhirnya tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya secara maksimal.
    Untuk itu maka, selain membenahi pemahaman pelaku pendidikan akan hakekat kelas atau sekolah unggulan, kita juga perlu membahas tentang hal yang lebih penting dalam kegiatan proses pembelajaran untuk anak cerdas istimewa. Hal tersebut adalah dalam menyusun materi dan strategi instruksional untuk anak cerdas istimewa.
    Alasan itulah yang kemudian pemerintah menggagas dikembangkan model kelas akselerasi untuk melayani anak yang memiliki kecerdasan khusus. Dengan berbagai perbaikan, diharapkan adanya perubahan yang signifikan dalam memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan setiap karakter siswa.
    Dari berbagai faktor yang mengalami perbaikan, salah satu yang harus menjadi perhatian semua pihak khususnya guru, adalah materi dan menentukan strategi instruksional dari setiap mata pelajaran.

INDIKATOR HASIL PROSES BELAJAR UNTUK SISWA CERDAS ISTIMEWA
    Berbicara masalah silbus, materi dan tujuan instruksional, maka kita terlebih dahulu harus menyusun indikator yang ingin dicapai dalam setiap proses pembelajaran, akhir dari setiap tingkatan pendidikan maupun tujuan jangka panjang.
    Indikator yang harus dicapai siswa akan sangat berpengaruh pada pemilihan dan pemilahan materi yang akan disampaikan, metode yang akan dipergunakan dan jenis evaluasi yang akan diberikan.
Siswa berbakat berbakat memiliki tuntutan belajar yang lebih dibanding temannya di kelas reguler, karena selain memahami konsep dasar, mereka juga menuntut pembahasan lebih mendalam dan lebih kaya untuk memenuhi rasa keingintahuannya yang sangat tinggi.
    Oleh karena itu, kurikulum yang ada harus mampu diramu untuk mengantisipasi dan mengakomodir keinginan tersebut. Tidak cukup guru hanya mengandalkan kurikulum nasional yang hanya menjadi standar minimal yang harus dicapai siswa secara umum.
    Penambahan, pengayaan dan pendalaman menjadi salah satu faktor yang harus direncanakan dari awal dan tidak hanya mengalir mengikuti keingintahuan siswa. Dengan penetapan hasil yang harus dicapai oleh siswa, baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang, guru diharapkan menyusun rencana tersebut dalam pengadministrasian yang baik sehingga dapat dijadikan acuan dalam menyusun materi, metode, strategi dan evaluasi.
    Pada umumnya masyarakat menilai keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari nilai akademis yang diperoleh siswa diakhir pembelajaran. Seperti nilai ulangan harian, nilai raport atau Nilai HASIL UN. Hal tersebut tidaklah salah, namun karena yang ditangani adalah anak cerdas istimewa tentunya target hasil yang diharapkan harus menunjukkan sesuatu yang “lebih” dibandingkan dengan siswa lainnya. Baik itu berupa pendalaman maupun pengayaan.
    Untuk menentukan indikator keberhasilan, kita coba dengan menetapkan tujuan pendidikan secara nasional. Tujuan ini sering dilupakan sekolah karena dinilai terlalu jauh dan masih terlalu lama untuk dipikirkan. Sehingga dalam merancang materi guru lebih terfokus pada pembelajaran sesaat dan jangka pendek. Padahal guru atau sekolah harus memahami bahwa siswa yang kita didik saat ini adalah calon anggota masyarakat dimasa mendatang yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional.

Nilai dasar
Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rokhani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dan untuk mencapai itu, baik secara institusional, guru dan sekolah wajib untuk bisa merepresentasikannya ke dalam kurikulum yang dibuat kemudian diuraikan secara definitif dalam penyusunan rencana pengajaran.
Beberapa nilai yang harus ditanamkan sejak dini sebagai bekal siswa dalam menjalankan perannya dimasyarakat diantaranya adalah :
1. Kejujuran.
2. Integritas.
3. Tanggung Jawab.
4. Amanah.
5. Kerjasama
Tujuan yang bersifat penanaman nilai ini memang tidak mudah bahkanmasih ada yang menganggap bahwa karakter adalah faktor bawaan atau takdir. Tapi setidaknya, apabila guru memiliki muara tujuan nilai-nilai yang bersifat universal tadi maka akan terjewantahkan dalam pemilihan metode, cara atau strategi yang akan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Kompetensi dasar
Siswa cerdas jangan hanya belajar ilmu dan pengetahuan semata, tapi jauh lebih penting adalah bekal kompetensi sosial. Perhatian sekolah atau guru terhadap kompetensi mereka yang termasuk siswa cerdas istimewa menjadi penyeimbang kemampuan mereka dalam hal kompetensi akademis. Oleh karena itu selain nilai-nilai universal yang akan melandasi setiap tindakan siswa dalam berperilaku sehari-hari, guru maupun sekolah juga wajib menetapkan kompetensi umum yang harus menjadi target pembelajaran.
Seorang pakar pendidikan bernama Whetzel mengidentifikasikan lima kompetensi yang dibutuhkan seseorang di masyarakat maupun di tempat kerja. Diantaranya :
1. Kemampuan managerial, dari mulai kemampuan untuk mengidentifikasi, mengatur, merencanakan, alokasi waktu, dana dan sumber daya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas diri.
2. Keterampilan interpersonal, yaitu keterampilan seseorang dalam memposisikan dirinya ketika hidup berdampingan dengan orang lain.
3. Intensional, yaitu kemauan dan daya gerak untuk mengubah lingkungan ke arah yang lebih baik. Kepekaan sosial akan semakin bermakna ketika seseorang mampu berbuat untuk memperbaikinya.
4. Keterampilan dalam menyikapi dan menguasai tekhnologi komunikasi dan tekhnologi. Sudah tidak ada alasan bagi sekolah untuk memperkenalkan siswanya pada tekhnologi. Berbagai dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari kemjuan tekhnologi harus disikapi dengan memperkenalkan tekhnologi yang baik dan bisa diakses sebagai cara pengalihan keingintahuan mereka yang sangat besar.
5. Keterampilan memahami dan menjalankan sistem, melakukan evaluasi dan memperbaiki serta merancang sistem untuk bisa lebih baik.

Sikap Harus Dikembangkan
Selain kompetensi yang harus dimiliki siswa, juga perlu mulai diidentifikasi sikap-sikap yang harus terus ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Beberapa sikap yang harus dikembangkan tersebut diantaranya ialah:
1. Percaya diri, dapat mengontrol diri dan emosi serta selalu melandasi keyakinan diri dengan sikap optimis.
2. Membiasakan siswa untuk bersikap selalu ingin tahu. Kesadaran belajar sebagai kebutuhan sepanjang hayat akan menimbulkan rasa dan motivasi diri untuk terus belajar.
3. Mudah bergaul dan memiliki kecerdasan sosial yang tinggi. Empati dan simpati sangat perlu terus ditumbuhkembangkan untuk mempersiapkan siswa agar bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan melalui kecerdasan emosi yang tinggi.
4. Mampu bekerja sama.
5. Memiliki keterampilan dan memiliki seni berkomunikasi yang cerdas.

MATERI PELAJARAN ( BERSAMBUNG KE BAGIAN 2)

Tidak ada komentar: