Kamis, 20 Mei 2010

POLA ASUH KELUARGA DALAM MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SISWA

Saya pernah menulis tentang beberapa karakter unik anak Cerdas istimewa dan beberapa solusi penanganannya berdasarkan pengalaman saya selama mendampingi Anak Cerdas Istimewa (ACI) melalui program akselerasi. Namun yang lebih menarik sebenarnya adalah bagaimana pengalaman penulis dan pengurus program akselerasi dalam menghadapi berbagai karakter orang tua anak akselerasi yang juga memiliki karakter “khusus” dibandingkan dengan orang tua dari siswa reguler.
Saya belum menemukan alasan mengapa merasa kalau orang tua siswa akselerasi juga memerlukan pendampingan dan penanganan khusus selama anaknya mengikuti program akselerasi ini. Namun saya mungkin bisa menduga - dugaan yang dilandasi pengalaman langsung dalam menghadapi berbagai tipe dan karakter orang tua siswa akselerasi – bahwa hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal berikut :
Pertama, orang tua belum memahami keunikan, kelebihan dan kelemahan dari anak cerdas istimewa itu sendiri. Banyak orang tua yang baru menyadari bahwa anaknya memiliki “anugrah” dari Tuhan berupa kecerdasan diatas anak-anak lain yang seusianya ketika anaknya akan memasuki sekolah yang melaksanakan program akselerasi.
Selama SD mungkin ada anak yang tidak pernah mengikuti psikotest sehingga beberapa potensi tersembunyi anaknya belum mampu teridentifikasi. Sering orang tua hanya memperhatikan sifat anak yang cenderung negatif ketimbang sifat positifnya. Ketika anak mendapatkan nilai yang baik atau berperilaku sopan, orang tua memandang itu sebagai sebuah kewajiban dan perilaku yang normal sehingga kurang memberikan respon positif untuk menghargainya.
Namun ketika anak berbuat kesalahan atau berperilaku negatif seperti malas belajar dan sering membangkang, maka orang tua langsung bereaksi dengan memberikan punishment berupa stigma negatif tersebut kepada anak. Oleh karena itu tidak sedikit kemudian terheran-heran ketika anaknya dinyatakan direkomendasikan masuk program akselerasi sebagai bentuk layanan terhadap ACI.
Kalaupun ada yang melakukan psikotest terhadap anaknya, data yang diperoleh tidak dijadikan acuan dalam menindaklnjuti penanganan atas kelebihan dan kelemahan anak yangberhasil diidentifikasi oleh hasil psikotest tersebut. Bisa jadi karena orang tua tidak pernah melihat bentuk atau wujud dari keunikan anak-anaknya.
Kedua, orang tua masih merasa bahwa pola asuh yang dilaksanakan selama ini telah berhasil membawa anaknya menngaruhi tantangan dan hambatan dalam belajar. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan anaknya menjalani pendidikan dasar.
Ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa anaknya memiliki keunikan, maka orang tua cenderung untuk tetap melakukan pola asuh yang sama dengan alasan pola lama yang dianggap berhasil dan memberikan perhatian khusus dikhawatirkan akan berdampak pada perubahan tingkah laku anak.
Ketiga, orang tua kurang memahami arti kata “perlakukan khusus” dan “istimewa” pada label cerdas istimewa. Khusus atau istimewa sering diidentifikasikan dengan kata “eksklusif” yang berarti siswa akan “dipisahkan”, “disterilkan”, “diisolasi” dari kehidupan nyata dengan membuat sebuah lingkungan terpisah dengan lingkungan sosial lainnya.
Padahal kata “khusus” dan “istimewa” dalam konteks akselerasi adalah semata dalam pengertian pemberian dan pemenuhan hak pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dari anugrah yang diberikan Tuhan berupa kemampuan intelektual yang tinggi. Jadi bukan dalam bentuk fasilitas maupun pembedaan perlakuan, namun lebih berfokus pada pengaturan atau manajemen pendidikan dalam rangka pemenuhan kebutuhan siswa dalam menerima informasi dan pengetahuan yang lebih cepat dan lebih mendalam dibandingkan siswa lainnya.
Hal itu menjadi penting bukan saja untuk memaksimalkan potensi mereka yang berguna bagi masyarakat, namun juga untuk meminimalisir dampak negatif apabila anak cerdas istimewa ini tidak ditangani secara proporsional.

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Cerdas Istimewa
Dari uraian diatas saya bisa sedikit melihat bagaimana karakter pola asuh orang tua dari tampilan anak-anak sehari-hari. Misalnya ketika melihat anak yang cepat panik, bingung dan inferior ketika menemukan sebuah permasalahan, maka saya bisa sedikit mengira bahwa pola asuh orang tua dirumah cenderung dominan dalam mengatur pola hidup anaknya. Dominasi ini bisa berupa ketat mengatur jadwal kegiatan anak, dalam memberikan instruksi atau menentukan sesuatu itu baik atau benar.
Terdapat beberapa pola hubungan orang tua dengan anak yang akan berdampak pada pembentukan dan perkembangan anak atau bagaimana perlakuan orang tua terhadap anak berpengaruh pada profil tingkah laku anak.
Dalam buku Landasan Bimbingan dan Konseling (Dr. Syamsu Yusuf,LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan) menyadur alizabeth Hurlock (Child Development, 1956), diuraikan tabel tentang hubungan tersebut. Adapun uraian tersebut berisi sebagai berikut:
Pola perilaku :
OVERPROTECTION (terlalu melindungi)
Perilaku orang tua :
1. Kontak yang berlebihan dengan anak
2. Perawatan dan oemberian bantuan kepada anak yang terus menerus meskipun anak sudah mampu merawat diri sendiri.
3. Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan
4. Memecahkan masalah anak
Profil tingkah laku anak :
1. Perasaan tidak aman
2. Agresif dan dengki
3. Mudah gugup
4. Melarikan diri dari kenyataan
5. Sangat bergantung
6. Ingin menjadi pusat perhatian
7. Mudah menyerah
8. Lemah dalam kekuatan memperjuangkan aspirasi dan daya tahan terhadap rasa frustasi
9. Kurang mampu mengendalikan emosi
10. Menolak tanggung jawab
11. Kurang percaya diri
12. Mudah terpengaruh
13. Peka terhadap kritik
14. Bersikap “yes men”
15. Suka bertengkar
16. Troublemaker
17. Sulit bergaul
18. Sering mengalami “homesick”


Pola perilaku :
Permissiveness (membebaskan)
Perilaku orang tua :
1. Memberikan kebebasan untuk berpikir dan berusaha
2. Menerima gagasan atau pendapat
3. Anak merasa diterima dan merasa kuat
4. Terima dan memahami kelemahan anak
5. Cenderung lebih suka memberi dari pada menerima
Profil tingkah laku anak :
1. Pandai mencari solusi dan jalan keluar
2. Mudah bekerja sama
3. Penuh percaya diri
4. Penuntut dan kurang sabaran

Pola perilaku :
Rejection (penolakan)
Perilaku orang tua :
1. Bersikap masa bodoh
2. Bersikap kaku
3. Kurang memperdulikan kesejahteraan anak
4. Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak
Profil tingkah laku anak :
1. Agresif (mudah marah, gelisah, tidak patuh/keras kepala, suka bertengkar dan nakal)
2. Submisive (kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut)
3. Sulit bergaul
4. Pendiam
5. Sadis

Pola perilaku :
Acceptance (menerima)
Perilaku orang tua :
1. Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak
2. Menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah
3. Mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak
4. Bersikap respek terhadap anak
5. Mendorong anak untuk menyatakan perasaannya dan pendapatnya
6. Berkomunikasi dengan anak-anak secara terbuka danmau mendengar masalahnya
Profil tingkah laku anak :
1. Mau bekerja sama
2. Bersahabat
3. Loyal
4. Emosinya stabil
5. Caria dan optimis
6. Menerima tanggung jawab
7. Jujur
8. Dapat dipercaya
9. Memiliki perencanaan yang jelas untuk masa depan
10. Bersikap realistis


Pola perilaku :
Domination (mendominasi)
Perilaku orang tua :
Mendominasi anak
Profil tingkah laku anak :
1. Bersikap sopan, dan sangat hati-hati
2. Pemalu, penurut, inferior dan mudah bingung
3. Tidak mudah bekerjasama

Pola perilaku :
Submission (serba boleh)
Perilaku orang tua :
1. Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak
2. Membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah
Profil tingkah laku anak :
1. Tidak patuh
2. Tidak bertanggung jawab
3. Agresif dan teledor
4. Bersikap otoriter
5. Terlalu percaya diri

Pola perilaku :
Punitiveness (sangat dispilin)
Perilaku orang tua :
1. Mudah memberikan hukuman
2. Menanamkan kedisiplinan secara keras
Profil tingkah laku anak :
1. Impulsif
2. Sulit mengambil keputusan
3. Nakal
4. Sikap bermusuhan atau agresid.

Tidak ada komentar: