Senin, 17 Mei 2010

Menggali Bakat Memoles Potensi

Koran SI

Senin, 17 Mei 2010 - 13:11 wib

SETIAP anak mempunyai kemampuan berbeda. Ada yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata, ada juga yang lemah menyerap pelajaran.

Kemampuan yang berbeda itu mengharuskan perlakuan yang juga berbeda. Wakil Menteri Pendidikan Fasli Djalal mengatakan, setiap sekolah harus melihat kemampuan setiap individu siswa. Sekolah perlu mempunyai portofolio perkembangan siswa setiap semester. Pengetahuan akan perkembangan anak sangat membantu. Tidak hanya untuk persiapan semua ujian termasuk ujian nasional (UN), namun juga peningkatan kemampuan lainnya. Untuk sekolah-sekolah yang bagus, biasanya mengetahui jika standar kelulusan UN masih sangat kecil. Karena itu, sekolah berusaha membuat tingkat kelulusan sekolah jauh lebih tinggi sehingga untuk memperlakukan siswa yang mempunyai kecepatan menyerap pelajaran, sekolah melakukan sejumlah upaya. Seperti memasukkan mereka di kelas akselerasi. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan tantangan-tantangan baru. Dengan adanya penugasan dan tantangan khusus tadi, siswa bisa lari tanpa harus menunggu yang lain. ”Mereka tidak perlu menunggu teman-temannya yang lain. Jika mereka menunggu bukan tidak mungkin bisa mengganggu karena merasa tidak dilayani,” ujar Fasli.

Fasli mengakui, pengklasifikasian kemampuan siswa seringkali hanya terjadi di sekolah-sekolah yang mempunyai bimbingan konseling bagus. Begitu juga dengan penyaluran bakat-bakat yang bisa menangkap pelajaran dengan cepat tersebut, rata-rata hanya bisa dilakukan sekolah-sekolah bagus. Sementara ini, sekolah dengan kemampuan biasa-biasa saja tidak bisa berbuat lebih untuk siswa-siswanya yang berbakat.

Di sinilah, kata Fasli, pemerintah perlu banyak mengambil peran. Anak yang konsisten di peringkat puncak walaupun sekolahnya tidak bagus menjadi sasaran beasiswa yang diberikan pemerintah. Saat ini dengan dukungan anggaran APBNP, pemerintah menyiapkan 2,7 juta beasiswa untuk siswa sekolah dasar (SD), hampir satu juta beasiswa untuk SMP dan 600 ribu beasiswa untuk SMA/SMK. Untuk siswa SD masing-masing bisa mendapatkan Rp40 ribu setiap bulan. Sedangkan untuk SMA/SMK bisa mendekati Rp1 juta per tahun. ”Angka yang besar untuk diperbantukan kepada anak-anak berbakat agar mereka bisa berkibar walau di sekolah yang biasa-biasa saja,” papar Fasli.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan menjaring mereka dalam program penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) saat akan masuk dalam perguruan tinggi.

Banyak anak berbakat karena sekolahnya yang kurang bagus membuat mereka kesulitan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Dengan demikian, PMDK bisa menjembatani antara potensi bakat dengan akses perguruan tinggi. Dalam hal ini pemerintah daerah lebih banyak berperan. Karena merekalah yang mengetahui lebih dekat bakat-bakat yang ada di daerahnya. Upaya lain yang bisa dilakukan pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan Nasional adalah menggalakkan perlombaan-perlombaan untuk menggali bakat. Lomba yang diadakan Kemendiknas bukan hanya terkait pencapaian pembelajaran, namun juga bakat-bakat lain. Setelah potensi itu ditemukan, mereka akan diikutkan dalam pelatihan-pelatihan.

Kemendiknas, menurut Fasli, juga menyalurkan bakat-bakat potensial yang ditemukan untuk mengikuti kejuaraan- kejuaraan internasional.

”Biasanya anak-anak mempunyai bakat lebih itu, kami masukkan dalam skema lomba-lomba. Begitu dia dikenal bisa, kita lihat potensinya. Banyak butir-butir yang ditemukan dengan cara itu,” tandas Fasli. Di Indonesia, penyaluran bakat-bakat muda tidak bisa dilepaskan dari sosok Yohanes Surya. Pimpinan Surya Institute ini telah terbukti berhasil mengasah talenta-talenta berbakat untuk bersaing di ajang internasional. Sejumlah piagam internasional, seperti olimpiade sains berhasil diraih anak-anak didik Yohanes.


Bahkan lelaki yang akrab dipanggil Pak Yo ini juga berhasil memoles bakat-bakat cemerlang dari Pulau Papua yang selama ini pendidikannya dinilai lebih terbelakang dari belahan Nusantara lain.
Sumber :
akaldankehendak.com

Tidak ada komentar: