Selasa, 10 Maret 2009

7 MITOS PALING MENYESATKAN DAN 7 REALITAS
TENTANG ANAK CERDAS DAN BERBAKAT ISTIMEWA
Oleh : Imam Wibawa Mukti,S.Pd

A. 7 MITOS PALING MENYESATKAN
Mitos 1 :
Semua anak adalah anak cerdas dan berbakat istimewa (gifted children)
Mitos 2 :
Anak gifted tidak perlu mendapatkan perlakuan khusus karena mereka adalah anak cerdas dan berbakat yang pasti bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri
Mitos 3 :
Pendidikan, kurikulum, kelas khusus atau model pembelajaran khusus untuk anak gifted adalah suatu hal yang bertentangan dengan demokrasi dan bersifat elitis
Mitos 4 :
Memberikan label gifted pada anak cenderung akan menimbulkan dan memberikan perlakuan khusus kepada mereka
Mitos 5 :
Program akselerasi bagi anak gifted membahayakan perkembangan sosial dan emosional anak tersebut
Mitos 6 :
Anak gifted umumnya memiliki kondisi emosi yang tidak stabil dan sulit bergaul
Mitos 7 :
Anak gifted selalu menunjukkan prestasi unggul di semua bidang studi, subjek atau mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
(Sumiharso,Mengungkap Realitas tentang Anak Cerdas dan Berbakat Istimewa.2008)
Mitos adalah sebuah anggapan umum yang kemudian diyakini kebenarannya tanpa melalui penelitian dan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bahkan banyak mitos yang bukan saja tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah namun juga sangat menyesatkan.
Untuk itu, maka tentunya harus ada sebuah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan baik berupa pernyataan atau sanggahan yang bisa menghapus atau meminimalisir mitos, khususnya mitos seputar anak cerdas atau berbakat istimewa.

B. MENGUNGKAP REALITAS ANAK GIFTED
Realitas 1 :
DR.Ir. Indra Djati Sidi, Anak Berbakat Intelektual Dalam Perspektif Masa Depan:
“Dari segi kuantitas, peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berkisar 2% - 5% dari seluruh peserta didik yang ada (Balitbang Dikbud 1994). Sementara itu, untuk SMU mencapai 8%”.
Sumiharso, dari Center for Giftedness and Intellegence Studies dalam Makalah Mengungkap Realitas tentang Anak Cerdas dan Berbakat Istimewa.2008:
“Manusia dengan intelektual kategori Superior Intellegence (IQ 130-145) sekitar 2,1% dari komposisi sebuah populasi bahkan untuk kategori Exeptional Gifted (tak teridentifikasikan) dengan IQ 145 ke atas hanya sekitar 0,13% dari populasi”
Penelitian di US, Canada dan Australia mengungkapkan bahwa :
“IQ 130 perbandingannya 1 orang dari 44 orang dan untuk IQ 144 perbandingannya 1 orang dari 1.000 orang. Untuk kategori Highly Gifted IQ 145 perbandingannya 1 orang dari 1.000 orang dan IQ 159 perbandingannya 1 orang berbanding 10.000 orang”
Penelitian di Indonesia 2007 :
“Manusia dengan IQ antara 140-160 berkisar antara 2 % dari jumlah populasi”
Bahkan dalam workshop di SMP Taruna Bakti tahun 2002, Reni Akbar Hawadi (konsultan program akselerasi) mengatakan :
“Bila di suatu sekolah dilakukan psikotest dan hasil jumlah siswa cerdas istimewa (IQ 130 ke atas) melebihi 2%-5% dari jumlah siswa, maka ada yang salah dalam perekrutan dan penjaringannya”

Realitas 2 :
The Columbus Group,1991 dikutip oleh Sumiharso, dari Center for Giftedness and Intellegence Studies:
“Giftedness adalah suatu pola perkembangan yang tidak serasi (tidak sejalan/tidak sinkron/Asynchronous Development) pada individu-individu tertentu, dimana didalamnya terkombinasi suatu tingkat kemampuan kognitif yang sangat maju yang disertai dengan intensitas emosi (kedalaman perasaan/emotional intensity) yang sangat kuat yang pada akhirnya enciptakan suatu pola pengalaman dan kesadaran dalam diri-diri individu tersebut yang secara kualitatif sangat berbeda dengan anak lainnya yang seusianya, ketidakserasian ini akan semakin meningkat dengansemakin tingginya kapasitas intelektual yang mereka miliki. Keunikan seperti inilah yang pada akhirnya mempersyaratkan adanya suatu pola pengasuhan, pengajaran dan pembimbingan yang khusus agar proses tumbuh kembang mereka dapat berjalan dengan optimal”
ANAK BERBAKAT(Gitted Learnes) Oleh: Achyar
Wiyaiswara PPG Tertulis Bidang Studi IPA, Mahasiswa Pascasarjana (S2) UPI) :
“Kemampuan dasar atau bakat luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian perangsang (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang ada, yang dimiliki menjadi aktual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat luar biasa yang sebetulnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi tidak berfungsi”


Realitas 3-4 :
UNDANG-UNDANG RI NO. 20 TAHUN 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB IV PASAL 5 AYAT 4 menyatakan bahwa:
“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”
dan dalam BAB V PASAL 12 AYAT 1 MENEGASKAN BAHWA :
“Setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak :
1. Mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya
2. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dariketentuan batas waktu yang ditetapkan”
UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2002
Tentang Perlindungan Anak Pasal 52 menyatakan:
”anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibiltas untuk memperoleh pendidikan khusus”





Realitas 5 :
United States Office of Education,1972 :
“Anak gifted adalah mereka yang diidentifikasikan oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang terdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah reguler agar dapat merealisasikan kontribusi dirinya ataupun masyarakat”
T.W and Jones Southern, The Academic Acceleration of Gifted Children.1991 mengungkapkan:
“Kelebihan program akselerasi adalah :
1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
2. Penghargaan terhadap siswa
3. Meningkatkan waktu karier
4. Membuka siswa pada kelompok baru
5. Ekonomis “

Realitas 6 :
ANAK BERBAKAT(Gitted Learnes) Oleh: Achyar
Wiyaiswara PPG Tertulis Bidang Studi IPA, Mahasiswa Pascasarjana (S2) UPI) :
“Selain potensi intelegensi anak-anak berbakat memiliki keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu emosi. Menurut French (1959) dan Gearheart (1980) anak-anak yang berbakat memiliki stabilitas emosi yang mantap sehingga mereka akan mampu mengendalikan masalah-masalah personal (Heward, 1980). Rasa tanggung jawab mereka sangat tinggi serta mempunyai cita rasa humor yang tinggi pula. Karakteristik sosial yang dimiliki anak-anak berbakat ialah cakap mengevaluasi keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki dirinya dan orang lain. Sifat ini akan membuat anak berbakat, tampil bijaksana”
Tabloid Nakita tentang Indikator Anak Berbakat :
“Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya). Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal”

Realitas 7 :
Davis and Rimm,1985 dikutip Prof.DR. SC Utami Munandar,1999 :
“Underachiever atau berprestasi di bawah kemampuanya adalah jika ada ketidaksesuaian antara prestasi sekolah anak dan indeks kemampuannya sebagaimana nyata dari tes intelegensi, prestasi atau kreativitas atau dari data observasi, dimana tingkat prestasi sekolah nyata lebih rendah daripada tingkat kemampuan anak”
Marland, dikutip Utami Munandar,1999 mengungkapkan :
“Di Amerika Serikat jumlah siswa gifted yang berprestasi kurang dari potensi kemampuan sekitar 15%-50%”
Pringle,dikutip Utami Munandar menyatakan :
“Di Inggris 25% siswa gifted berada pada kategori Underachiever”
Yaumil Chairiah Agoes dalam desertasi Program Pascasarjana UI “Bakat dan Prestasi” mengungkapkan :
“ Di Indonesia sekitar 38,7% siswa gifted tergolong underachiever”
Penelitian Monk, dikutip Alva Handayani,Psikolog mengungkapkan :
“Setengah dari populasi anak cerdas dan berbakat istimewa mengalami masalah sekolah karena prestasi yang dicapai berada di bawwah potensinya”

imamwibawamukti

Tidak ada komentar: