Minggu, 29 Maret 2009

ADVERSITY QUOTIONT

Makhluk apalagi ini dan apa manfaatnya bagi siswa akselerasi?

Setelah kita mendengar teori tentang Intellegence Quotient (IQ) yang dicetuskan oleh Alfred Binet pada tahun 1923 dengan deret angka dan penafsirannya, lantas kita dikejutkan dengan terbitnya buku Emotional Intellegence (EQ) Daniel Goldman yang membuktikan bahwa 85% orang yang berhasil ternyata karena kecerdasan emosinya baik. Karena dengan kecerdasan emosi, seseorang memiliki kemampuan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan dan dirinya sendiri sehingga mereka memiliki kompetensi pribadi dan kompetensi social.
Pengetahuan terus berkembang, kemudian kita juga mengenal adanya Spiritual Quotient (SQ) yang dipaparkan oleh Danah Johar dan Ian Marshal , sekarang dimunculkan sebuah teori yang berusaha untuk menjembatani semua kecerdasan tersebut dengan teori yang disebut Adversity Quotient yang dicetuskan oleh Paul G Stolz pada tahun 1997.

Mengenal Adversity Quotient
Adversity menurut kamus Cambridge adalah “a difficult or unlucky situation or event”. Bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah kemalangan atau kesulitan dan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi dari ketidakbahagiaan, kesulitan atau ketidakberuntungan. Dan dalam bahasa psikologi kata adversity sering diterjemahkan menjadi tantangan kehidupan. (Dra.Tjut Rifameutia, kiat memantapkan AQ Siswa Akseleran).
Dra.Tjut Rifameutia menjelaskan lebih lanjut bahwa AQ mempunyai tiga bentuk sebagai berikut :
1. AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual baru dalam memahami dan meningkatkan semua bagian dari keberhasilan.
2. AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan.
3. AQ adalah seperangkat alat yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki kemauan respons seseorang terhadap kesulitan.
AQ berguna untuk mengukur secara sistematis kemampuan seseorang atau individu dalam menghadapi kesulitan hidup. Kita tentunya tahu bahwa hidup ini sering berhadapan dengan berbagai tantangan atau kesulitan dan tidak semua orang mampu menghadapi dan bertahan dalam menjalaninya.
AQ diibaratkan oleh Stolz sebagai pohon sukses yang semakin tinggi maka hembusan dan terpaan angin akan semakin besar. Ketika pohon yang lain tumbang maka pohon sukses ini akan terus tumbuh di tanah dan iklim yang keras.
Pengandaian ini kemudian diuraikan dengan menjelaskan element pohon dengan beberapa karakter yang mendukung kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan. Simbolisasi ini dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Akar = Genetika, pendidikan dan keyakinan
Pohon yang baik akan dimulai dari akar yang kuuat dan mampu menyerap semua zat penting bagi pohon. Akar ini diibaratkan sebagai faktor genetika sebagai faktor bawaan, pendidikan sebagai faktor lingkungan dan keyakinan sebagai faktor intern seseorang dalam mengarungi kehidupan. Ketiga faktor ini menjadi landasan bagi perkembangan kemampuan seseorang dalam menghadapi hidup dan segala permasalahannya.
2. Batang = Intelegensi, kesehatan dan karakter
Batang menjulang dan menopang segala yang berada diatasnya. Kekuatan pohon nampak dari batangnya. Kehebatan akar diwakili keberadaannya oleh eksistensi batang. Lantas apa artinya bila diinterpretasikan pada manusia? Batang menjadi simbol bagi intelegensi, kesehatan dan karakter. Genetika dan pendidikan tidak akan terlihat dan menunjukkan kehebatannya tanpa bukti dalam bentuk kecerdasan intelektual. Begitu juga dengan kesehatan, menjadi syarat mutlak untuk menopang perkembangan pribadi seseorang. Kemudian semua menjadi sebuah karakter yang tercermin dalam perilaku sehari-hari.
3. Ranting/Dahan = Bakat dan Hasrat
Ranting dan dahan itu kecil, nampak sepintas dan dipenuhi daun atau buah atau bunga. Dahan adalah representasi dari kekuatan batang dan keteguhan akar. Bakat adalah bekal yang terpendam dan membutuhkan hasrat untuk berbuah. Demikian juga sebaliknya.
4. Daun = kinerja/karya
Daunlah yang sering tampak dan diamati oleh orang bila hendak melihat kesehatan dan bakat serta hasrat. Daun paling mudah diidentifikasi keindahannya, diukur kesehatannya. Kinerja atau karya adalah hasil yang tampak dan paling mudah untuk mengukur semua faktor diatas.

Selanjutnya, ada empat dimensi pokok dalam AQ, yaitu :
1. Kontrol (control), seseorang terhadap suatu kemalangan.
2. Asal-usul dan pengakuan (origin and ownership), kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari suatu kesulitan yang tengah dihadapi.
3. Jangkauan (reach), seberapa jauh kesulitan tersebut berdampak bagi llingkungan
4. Daya tahan (endurance) , kemampuan menghadapi kesulitan.

Dalam menghadapi kesulitan, tidak semua orang mampu bertahan sampai titik akhir untuk menghadapi dan menyelesaikannya. Ada yang langsung menyerah, berusaha lalu berhenti dan ada pula yang terus berusaha dan berusaha.
Dalam teori motivasi kita mengenal ada tiga tipe manusia dalam menghadapi masalah, yaitu :
1. Tipe Quitter, berhenti dan puas menjadi pecundang.
2. Tipe Campers, yaitu orang yang mencoba berusaha, berhenti dan puas dengan apa yang telah diraihnya.
3. Tipe Climbers, adalah tipe orang yang akan terus mendaki, berusaha untuk mengatasi kesulitan dan menaklukannya. Untuk kemudian berjuang lagi menghadapi kesulitan berikutnya.

Apa Pentingnya AQ Bagi Anak Akselerasi? (bersambung...)

Bandung, 27 Maret 2009

Tidak ada komentar: