Kamis, 12 Maret 2009

MEMANFAATKAN WAKTU LUANG UNTUK MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA !!!
Untuk siswa akselerasi….

Adakah waktu luang bagi siswa yang mengikuti program akselerasi? Pertanyaan itu sangat sering dipertanyakan oleh orang tua atau guru. Ini berhubungan dengan materi yang dipadatkan dan waktu belajar di SMP/SMA yang hanya dua tahun dan di SD yang hanya lima tahun.
Pertanyaan ini muncul karena ada dua factor, pertama karena kita sebagai guru, orang tua dan masyarakat belum memahami karakter anak akselerasi. Siswa yang mengikuti program akselerasi adalah siswa yang termasuk kategori cerdas istimewa sehingga idealnya siswa mampu menampung dan memahami informasi lebih banyak dan lebih cepat dari siswa lainnya. Sehingga pemampatan materi tidak lagi menjadi masalah dalam proses pembelajaran karena dilakukan melalui metode yang telah diatur dan direncanakan secara individual oleh guru. Idealnya!!! Apabila dalam proses terjadi penyimpangan, maka sekolah, orang tua dan guru harus melakukan introspeksi dan segera memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Kedua, karena masih ada pandangan kalau belajar adalah kegiatan yang berhubungan dengan kelas, guru, buku pelajaran dan tugas. Sehingga dengan pandangan ini, kegiatan anak yang tidak bersentuhan dengan faktor-faktor diatas maka kegiatan tersebut bukanlah belajar. Kekurangpahaman ini pula yang pada akhirnya menjadi beban tertentu bagi anak atau siswa. Anak selalu merasa dituntut untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kata ”belajar”. Padahal mereka ingin memanfaatkan waktu luangnya untuk kegiatan yang bersifat individual, sosial dan pengembangan diri secara emosional.
Waktu luang siswa akselerasi bermanfaat untuk dipergunakan sebagai ajang pengembangan aspek lainnya yang sering menjadi pertanyaan dan ketakutan orang tua, khususnya di tingkat kematangan psikologis.
Sebagai pendidik dan orang tua, permasalahannya bukan pada kegiatan anak tapi sejauh mana orang tua menciptakan suatu kondisi yang dapat erangsang merangsang anak secara tidak sadar untuk memanfaatkan waktu luangnya secara kreatif.

Waktu Luang dan Kreativitas
Waktu luang adalah waktu dimana siswa keluar dari kegiatan rutin. Sementara pemanfaatan waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan secara positif guna meningkatkan produktifitas hidup yang efektif. Seberapa penting waktu luang akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam prestasi akademis dan kreatifitas? Waktu luang siswa yang dimanfaatkan dengan kegiatan positif, secara sadar atau tidak sadar akan menumbuhkan sikap kreatif dan memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan psikologis, psikis maupun sosial. Sementara pemanfaatan waktu luang yang tidak fokus dan cenderung negatif akan menumpulkan keterampilan rasa, emosi dan sosial sehingga akan berdampak pada perkembangannya kelak.
Masa remaja adalah masa pertumbuhan dalam seluruhaspek baik fisik, mental, sosial dan emosi. Ditandai dengan adanya tanda pbertas, kematangan seksual dan pertumbuhan badan serta yang bersifat hormonal (Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya Monks,dkk,1989,) sehingga cenderung ingin menunjukkan eksistensi dan energinya kedalam berbagai kegiatan.
Oleh karena itu, maka orang tua dan sekolah harus mampu membuat dan menciptakan situasi kondisi yang bersifat pembelajaran tanpa adanya beban buku, kelas, guru dan tugas. Sekolah dituntut untuk mampu menyediakan fasilitas yang memadai untuk menjadi media dan wadah bagii siswa atau remaja untuk menyalurkan minat dan bakatnya secara maksimal sehingga mampu meminimalisir mereka untuk membuang waktu luangnya secara percuma.
Kegiatan positif ini dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu :
Kegiatan istirahat (relaxation activity), berikan waktu anak untuk jalan-jalan, menonton televise, mendengarkan radio atau sekedar berleha-leha di kamar tidur.
Kegiatan hiburan (entertainment activity), dengan kemajuan tekhnologi anak dengan mudah melakukan aktivitas ini seperti olah raga, menyanyi dan outdorr activity.
Kegiatan pengembangan diri (personal development activity), berteman, bergaul dan mengikuti aktivitas di sekitar rumah atau sekolah atau kegiatan yang berhubungan dengan kesiapannya menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Kusumaningtyas, 1999, dalam Skripsinya Hubungan antara perhatian orang tua dan penggunaan waktu luang dengan sikap pergaulan pada siswa SMU, Fakultas Psikologi UGM, mengungkapkan bahwa waktu luang harus dimanfaatkan dengan kegiatan yang bersifat edukatif, rekreatif dan produktif.
Waktu, menurut Hurlock E, 1990, Psikologi Perkembangan, Erlangga Jakarta adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas. Oleh karena itu setiap orang, khususnya remaja harus memiliki waktu luang untuk bermain dengan gagasan serta konsep yang jelas sehingga pada akhirnya, setiap kegiatan yang dilakukan pada saat waktu luang.

Permasalahan Dalam Memanfaatkan Waktu Luang
Permasalahan yang biasa ditemukan dalam pemanfaatan waktu luang ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Remaja cenderung tidak menyukai pemanfaatan waktu luang dengan sesuatu yang menurutnya menuntut pemikiran dan beban target. Strategi yang bisa diambil oleh orang tua atau guru adalah dengan memberikan kegiatan yang diminati oleh anak tersebut. Mereka tidak perlu diceramahi dengan beban target dan mencari pengalaman dan hikmah yang terkandung di dalam kegiatannya. Itu akan menjadi beban pikiran bagi para remaja. Lepaskan mereka untuk beraktivitas pada hal yang digemarinya. Sekolah bisa menyiapkan sarana prasarana (ekstrakurikuler) dan permainan yang bisa dimanfaatkan siswa untuk bermain. Di rumah, orang tua bisa juga menyediakan alat permainann yang disukai anak. Dengan demikian maka anak akan cenderung memainkannya tanpa menyadari nilai yang terkandung didalamnya. Dan sebenarnya memang mereka tidak perlu memahaminya pada saat bermain. Misalnya kita menyadari kebaikan permainan jaman dahulu justru ketika kita tellah dewasa. Pada saat kita bermain dahulu kala, yang ada dalam benak kita adalah kesenangan. Atau orang tua bisa
2. Waktu luang dianggap remaja sebagai waktu untuk melakukan apapun yang disenanginya semata. Misalnya ada seoarng anak yang awalnya menyenangi koleksi perangko. Tiba-tiba datang ayahnya berbicara banyak tentang keuntungan dari hobinya mengumpulkan perangko, seperti mengenal sejarah perkembangan suatu negara, nama tokoh-tokohnya atau bahkan keuntungan secara finansial, maka tidak mustahil si anak kemudian justru merasa tidak menikmati hobinya lagi. Kenyamanan dan kenikmatan rohaninya terganggu dengan berbagai atribut yang dilekatkan pada hobinya tersebut. Oleh karena kecenderungan remaja hanya menyenangi sesuatu hal yang menurutnya ”lepas” dan bebas, maka sekolah dan orang tua hanya berfungsi sebagai pengamat kegiatan mereka. Mereka harus diberi kebebasan untuk menemukan jati dirinya melalui aktivitasnya secara wajar. Pertengkaran, percintaan, sepak bola, kekalahan dan kemenangan.
3. Bagi orang tua, waktu luang adalah waktu yang harus dimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaat dan produktif dari sudut pandang orang tua, bukan dari sudut pandang anak. Apa indikator suatu tindakan itu produktif, bermanfaat atau tidak? Sering yang menetapkan indikator itu adalah orang tua atau guru. Orang tua dan guru pun belum tentu melakukan hal yang sama pada saat remaja dulu. Hanya pengalaman yang mengatakan bahwa apa yang kita lakukan itu adalah sia—sia atau tidak. Oleh karena itu maka biarkanlah anak-anak kita untuk menyimpulkannya sendiri dalam menyerap dan memahami pengalamannya sendiri.
4. Orang tua menganggap bahwa waktu luang adalah waktu sia-sia sehingga rehatnya anak di waktu luang dianggap tidak memanfaatkan waktu secara maksimal. Ketika anak selonjoran di tempat tidur dengan buku komik atau novel , sedang main game, jalan-jalan atau sekedar menonton televisi, maka cenderung kita akan mennganggap mereka telah membuang waktu.

Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan
Anak tetaplah anak, mereka masih membutuhkan pendampingan, tapi tolong jangan dalam posisi aku dan kamu, tapi kita. Buatlah seolah kita juga sedang dan akan melakukan hal yang sama. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Berperanlah sebagai rekan yang terlibat langsung dalam proses pemilihan atau kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak kita. Sering orang tua mengajak anak sejak dini untuk mengikuti kegiatan anak-anaknya.
2. Membuat komitmen dari awal untuk menetapkan batas waktu, kegiatan dan biaya yang mungkin terjadi. Ini sering terjadi apabila anak menginginkan sebuah permainan yang akan menyita waktu seperti game, komputer, baca novel atau jalan-jalan. Ini untuk menghindari adanya konflik dan ketidakkonsistenan dalam menagakan peraturan yang berubah-rubah dan cenderung tidak disukai anak.
3. Hindari menetapkan target dan beban dalam memantau kegiatan di waktu luang mereka. Akstrimnya, melakukan hal sia-sia pun adalah hak mereka apabila itu dilakukan di waktu luang.

Tidak ada komentar: